Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Tanpa Junnah, Makanan Berbahaya Mengintai Generasi


TintaSiyasi.com -- Hari Diabetes Nasional telah diperingati pada 18 April lalu, peringatan tersebut ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menjaga kesehatannya agar terhindar dari penyakit diabetes.

Baru-baru ini, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyebut bahwa pada tahun 2023, kasus diabetes pada anak meningkat hingga 70 kali lipat sejak 2010 lalu. Ketua Unit Kerja Koordinasi Endokrinologi IDAI Muhammad Faizi mengatakan, kasus diabetes pada anak bahkan bisa lebih tinggi dari yang sudah tercatat saat ini.

Saat ini, data IDAI ( Ikatan Dokter Anak Indonesia) mencatat ada sekitar 1.645 anak di Indonesia yang mengalami diabetes. Data yang tercatat ini berasal dari 15 kota di Indonesia. Mulai dari Jakarta, Surabaya, Palembang, hingga Medan. Dari jumlah tersebut, laporan paling banyak berasal dari Jakarta dan Surabaya. "Jumlah ini meningkat 70 kali dari data di 2010 lalu," ujar Faizi dalam konferensi pers daring IDAI, Rabu (1/2). Meski demikian, Faizi tidak mengungkap berapa data anak diabetes pada 2010 lalu. 

Selain itu, diabetes juga ditemukan lebih banyak menyerang anak perempuan (59%) dibandingkan anak laki-laki. Diabetes menjadi salah satu penyakit yang tidak hanya menyerang orang tua, tapi juga pada mereka yang usianya masih muda. Bahkan kondisi ini juga bisa menyerang anak-anak.

Penyakit yang dikenal juga dengan julukan 'kencing manis' tersebut berkembang ketika pankreas yang menghasilkan hormon insulin tidak bekerja dengan baik, atau ketika tubuh tidak menggunakan insulin dengan benar.

Ada berbagai jenis diabetes, tapi yang paling umum terjadi pada anak-anak adalah diabetes tipe 1. Jenis diabetes ini merupakan penyakit autoimun ketika sistem kekebalan tubuh menghancurkan sel-sel di pankreas yang memproduksi insulin.

Tidak ada obat untuk diabetes tipe 1 pada anak-anak, tetapi kondisi ini dapat dikelola. Pasien diabetes anak harus menjalani manajemen gula darah dengan cara mengubah pola makan dan gaya hidup secara teratur (cnbcindonesia.com, 2/2/2023).

Ketua Umum IDAI, Piprim Basarah Yanuarso, menjelaskan pola makan sangat berkaitan erat dengan penyakit diabetes mellitus pada anak.
“Apabila makanan seorang anak dari awal mula yaitu sudah selalu tinggi karbohidrat, gula, dan minyak. Ini yang menjadi cikal bakal musibah (diabetes) seluruh dunia. Karena kalau anak-anak kita diberi makanan berupa snack-snack junk food. Gula darah mereka cepat naik kemudian turun drastis. Mereka lapar lagi, makan yang seperti itu terus menerus sehingga insulinnya akan diproduksi secara terus-terusan,” jelasnya.

Piprim pun menyarankan agar anak-anak mengutamakan mengonsumsi protein hewani untuk mencegah terjadinya diabetes mellitus. “Karena kalau anak-anak kita diberi makanan sehat berupa protein hewani dan sayur-sayuran hijau. Ini kenyangnya lama jadi mereka tidak akan kalap makan terus snack-snack. Protein hewani itu mengenyangkan,” ucapnya.

Selain pola makan, gaya hidup yang lain terhadap anak seperti sering menggunakan gadget turut memicu penyakit diabetes mellitus (voa.indonesia, 1/2/2023).


Sistem Kapitalis Sumber Masalah

Sesungguhnya masalah kesehatan anak diatas adalah karena masalah sistem. Suatu sistem akan melahirkan kebijakan-kebijakan yang akan diterapkan di tengah-tengah masyarakat. Dan sekarang ini kita sedang berada dalam sistem sekuler kapitalis dimana segala sesuatu dinilai dari manfaat, uang, bisnis dan profit.

Sistem sekuler kapitalis yang dianut negeri ini membuat penguasa hanya menjadi jongos dan antek para oligarki, bekerja untuk kepentingan mereka sehingga kekayaan negeri ini pun akhirnya hanya dinikmati oleh mereka juga. Maka tak heran jika rakyat negeri ini yang malah miskin tak menikmati kekayaan negerinya sendiri bahkan dana untuk memenuhi kebutuhan mereka didapat dari berhutang dan berhutang, karena pendapatan negara hanya berpangku pada pajak atas rakyat. 

Pemenuhan kebutuhan rakyat seperti ketahanan dan keamanan pangan, maupun pendidikan serta kesehatan pun banyak terabaikan. Dan kemiskinan pun berkorelasi dengan pendidikannya. Tingginya angka kemiskinan menambah besarnya tingkat kesalahan dalam pola makan, sebab kemiskinan menyebabkan masyarakat tidak dapat mengakses makanan yang terkategori sehat dan bergizi. 

Pendidikan dalam sistem kapitalis menjadikannya sebagai ajang bisnis menggiurkan. Tak ayal, pendidikan tinggi bak pungguk merindukan bulan bagi kaum papa. Akibat pendidikan yang diperoleh masih tergolong rendah, pengetahuan mengenai kebutuhan gizi dan kesehatan anak pun kurang.
 
Begitupun dalam berbisnis, dengan prinsip ekonomi kapitalis yang bertujuan mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dengan modal sekecil kecilnya menyebabkan banyak para pedagang makanan kemudian menggunakan bahan makanan yang murah walaupun berbahaya.

Keserakahan mereka seringkali mengabaikan syarat-syarat kesehatan demi mendapatkan keuntungan yang besar. Dan selama pasar menyukai dan menginginkan maka produk akan terus diproduksi.


Jaminan Keamanan Pangan dalam Sistem Islam

Di dalam surat Al-Baqarah ayat 168 Allah SWT berfirman:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الْأَرْضِ حَلَالًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
 
"Wahai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan, karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu."

Ibnu Katsir berpendapat bahwa penjelasan mengenai Halalan Thayyiban dalam Surat Al Baqarah 168 adalah sebagai berikut:

"Sesuatu yang baik, tidak membahayakan tubuh dan pikiran." (Imam Ibnu Katsir, Tafsir Al Quran Al Adhim, [Beirut: Dar Ihya' Al Kurtub al Arabbiyah] jilid 1, hal 253).

Sedangkan Imam al-Qurthubi, dalam tafsirnya Al-Jami’ li Ahkamil Qur’an memaparkan kata halalan merupakan objek (maf’ul) dan kata thayyiban merupakan penjelas (hal) dari objek tersebut.

Jadi, status halal diperlukan karena ia inhilal (membebaskan) dari larangan yang ada untuk mengonsumsi sesuatu. Kemudian thayyib, merujuk kepada Imam al-Syafi’i yakni sesuatu yang lezat dan layak untuk dikonsumsi.

Jadi jenis makanan halalan thayyiban yaitu makanan atau minuman yang secara hukum syariat tidak ada nash yang secara shahih dan sharih menyatakan keharamannya serta rasanya enak dan tidak mengandung segala unsur yang buruk dan membahayakan tubuh dan jiwa manusia.

Konsep inilah yang harus diterapkan dalam kehidupan kaum Muslim. Dan yang terpenting adalah menerapkan konsep tersebut pada tatanan sistem. Karena negara lah yang berkewajiban untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan pangan yang halal dan tayib bagi rakyatnya.
Sebagaimana Rasulullaah SAW bersabda:

إِنَّمَا اْلإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ

"Sesungguhnya al-imam (khalifah) itu (laksana) perisai, di mana (orang-orang) akan berperang di belakang (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)-nya." (HR. Muslim).

Maka negara dengan sistem Islam akan memastikan terpenuhinya kebutuhan pangan yang halal dan tayib bagi rakyatnya sebagai upaya menghindarkan mereka dari penyakit akibat pola makan yang salah.

Negara akan memberikan bagi para laki-laki jaminan pekerjaan yang layak dan gaji yang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup agar kewajiban mereka dalam hal mencari nafkah bagi keluarganya tertunaikan. 

Sistem pendidikan yang gratis, berkualitas dan dapat dicapai oleh oleh seluruh rakyat akan memudahkan dalam mengedukasi mereka tentang pola makan dan pola hidup yang sesuai dengan syariat.

Negara akan membuat aturan yang ketat bagi para produsen makanan dan minuman agar mereka menggunakan dan memproduksi produk yang halal dan tayib bagi konsumen.

Demikianlah, semua hal diatas akan terealisasi jika sistem ini berganti dengan sistem Islam. 
Maka mari bersama kita perjuangkan.

Wallahu a'lam bishshawab. []


Oleh: Atik Kurniawati
Aktivis Muslimah
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments