Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Rusaknya Pemuda dan Kehancuran Bangsa


TintaSiyasi.com -- Pemuda merupakan tonggak estafet untuk menuju kesuksesan, baik untuk negara maupun agama. Maka untuk merusak sebuah negeri cukup dengan merusak para pemudanya. Karena pemuda yang rusak akalnya tidak akan mungkin bisa berpikir dengan cerdas. Seperti sebuah kutipan pidato Bung Karno yang sangat terkenal, “Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia”.

Hanya dengan 10 pemuda beliau yakin dunia akan bisa terguncang dan negara Indonesia dapat menuju sebuah kegemilangan. Di sisi lain musuh-musuh islam yang ada di belahan dunia kini justru menjadi kiblat dari gaya hidup masyarakat Indonesia tak terlepas para pemuda. 


Rusaknya Pendidikan Awal Kehancuran Pemuda

Sebuah peradaban akan terbentuk melalui pemuda-pemudi yang cemerlang. Sehingga apabila rusak kepribadian seorang remaja akan berdampak besar bagi seluruh masyarakat juga negara. Karena remaja inilah yang kelak akan menjadi pemimpin dunia. Maka sudah selayaknya kita mempersiapkan para generasi mendapatkan pendidikan dan ahlak yang terpuji. 

Namun sayang apa yang ada di hadapan kita adalah sebuah fakta buruk, dan sungguh tak menggambarkan target dari pendidikan dunia pendidikan sendiri. Dalam undang nomor 20 tahun 2003 tentang pendidikan nasional, pada pasal 3 dinyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Namun kenyataannya ini semua masih jauh dari harapan, bilamana remaja kita saat ini justru tumbuh dengan prilaku yang tidak menunjukkan meraka sebagai generasi yang terdidik. 

Belasan remaja ABG (Anak Baru Gede) di Blitar Raya (Kabupaten dan Kota Blitar) Jawa Timur yang sedang merayakan weekend dengan memacu sepeda motor berkeliling kota, terjaring razia petugas kepolisian. Selain knalpot bersuara bising, mereka juga kedapatan berpesta minuman keras (miras). Pada Minggu (12/2/2023) dini hari itu petugas Polres Blitar Kota telah mengamankan sebanyak 19 motor dan 11 botol miras. (Artikel ini telah diterbitkan di halaman Sindonews.com).

Dua kelompok remaja terlibat tawuran di Jalan Suci, Kelurahan Susukan, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur pada Minggu (12/2/2023) dini hari. Satu orang meninggal dunia dalam tawuran tersebut (Beritasatu.com, 13 Februari 2023) .

Ini hanya beberapa fakta rusaknya para remaja generasi masa depan negeri ini, dan masih banyak lagi kasus-kasus serupa yang terus menjadi PR bagi orang tua, pada pendidik serta negara terutama. Hal yang demikian ini tentu tidak bisa kita anggap sebagai hal yang lumrah terjadi, mengingat mereka adalah anak bangsa yang kita harapkan kelak akan menjadi pemimpin dunia. Jika seperti ini gambaran remaja kita saat ini tentu sudah pasti kehancuran bangsa ini tak terelakkan lagi. Jika mengahadapi pergaulan dan nafsu saja mereka tak mampu, apalagi untuk mengemban tugas besar memimpin bangsa. 


Pendidikan Kapitalisme Liberal Gagal Mencetak Generasi Berkualitas

Pada Tanggal 2 mei selalu diperingati sebagai hari pendidikan nasional (Hardiknas), yaitu hari yang bertepatan dengan hari lahirnya Bapak pendidikan nasional Ki Hajar Dewantara. Momentum tersebut tentu diikuti oleh pihak-pihak yang ikut andil dalam pendidikan Indonesia. Maka buruknya generasi yang lahir dari dunia pendidikan saat ini patutnya menjadi renungan. Sejauh mana pendidikan yang diterapkan berperan bagi para remaja dan generasi saat ini. Bahkan bila kita amati kurikulum pendidikan yang diterapkan di Indonesia ini sangat amatlah labil, yakni sering berubah-ubah sehingga berdampak buruk bagi para anak didik. 

Apalagi Indonesia yang selalu mengadopsi kurikulum dari negara asing yang jelas bukan berlandaskan Islam yakni negeri Barat yang mayoritas non-Muslim dan berideologi kapitalisme sekuler. Dalam kurikulum tersebut tidak ada unsur untuk menjadikan peserta didik tunduk dan patuh terhadap perintah Tuhannya. Sebaliknya kurikulum yang berbasis sekularisme membuat para pelajar tumbuh menjadi manusia-manusia yang lupa akan jati dirinya sebagai Muslim, manusia yang diciptakan Allah dan kelak akan kembali pada-Nya. 

Hal ini diperkuat dengan paham moderasi beragama yang mengajarkan agar umat manusia manjadi insan yang toleran dan tidak merasa agamanya lebih baik dari agama lain. Bahkan pemerintah kini sangat serius dalam program moderasi tersebut. Terbukti dengan masifnya kegiatan bertajuk moderat yang dilakukan diberbagai instansi seperti sekolah, universitas bahkan pesantren dan sekolah islami lainnya. Begitu serius pemerintah dalam menyuarakan agar Indonesia bisa menjadi negara moderat hingga sosialisasi tentang moderasi beragama ini dibuat dalam peraturan pemerintah melalui Keputusan Mentri Agama No. 529 Tahun 2021 tentang Kelompok Kerja Penguatan Moderasi Beragama Pada Kementrian Agama, dan upaya DPD AGPAII dalam meningkatkan kompetensi guru agama dalam bidang IT. 

Bahkan di setiap kesempatan aparatur negara baik yang di ibu kota maupun di daerah terus memasifkan upaya dalam mensosialisasikan paham moderat tersebut. 

Dikutip dari KabarMedan.com, Bupati Serdang Bedagai (Sergai) Darma Wijaya mengungkapkan, semangat kerukunan umat beragama perlu dijaga dan dilestarikan sehingga dibutuhkan peran seluruh pihak terkait. Oleh karenanya perlu sinergi bersama untuk menjamin tidak terjadinya eskalasi yang mengancam keutuhan toleransi khususnya di Kabupaten Sergai.

Hal ini harusnya membuat para orang tua khawatir terhadap masa depan anak-anak. Dengan banyaknya contoh rusak para peserta didik justru pemerintah hanya memprioritaskan paham moderat. Paham moderat ini hanya akan mengantarkan para remaja dan generasi makin jauh dari harapan untuk menjadi penerus bangsa yang berkualitas. Sebab paham moderat ini justru menguatkan paham sekuler yakni memisahkan peran agama dari kehidupan.

Alhasil remaja dan generasi akan makin jauh dari penerapan Islam kaffahnya. Justru mereka akan dibuai dalam kungkungan hidup liberal. Para generasi akan condong pada aktivitas yang berkiblat pada Barat. Para remaja bahkan menjadi risih terhadap ajarannya sendiri bahkan akibat pemahaman moderat yang menjunjung toleran ini membuat remaja Muslim tak ingin berpenampilan yang menunjukkan identitas agamanya. Mereka akan lebih nyaman dengan tidak menunjukkan perbedaan kepada rekannya yang non-Muslim.  

Hal yang paling parah, para remaja turut menjadi pembenci Islam dan menganggap ajaran yang murni dan tegas sebagai sebuah ajaran yang diskriminatif, intoleran, bahkan radikal. Hal ini tentu makin menjauhkan pemuda terhadap perjuangan untuk menerapkan Islam kaffah. Dan keislaman mereka pun memudar berbuntut hilangnya penerapan syariat Islam di kalangan remaja. 

Selain itu pendidikan saat ini bukan lagi dijadikan sebagai pencetak generasi yang cerdas dan berkualitas, melainkan dijadikan ajang bisnis. Standar keberhasilan dalam dunia pendidikan saat ini hanyalah berdasarkan nilai angka yang sejatinya angka tersebut tidak menujukan kualitas dari siswa/i tersebut. 

Apalagi saat ini sangat mudah untuk membeli nilai yang tinggi dalam raport dan ijazah, semua akan mudah dengan adanya imbalan atau materi. Maka wajar generasi yang tak tahu akan nilai yang ingin dicapai di masa depan sangat mudah dibodohi dengan pemahaman islam moderat yang menyesatkan. 


Pentingnya Gerakan Pemuda Muslim untuk Kejayaan Islam

Musuh-musuh Islam begitu sadar betapa pentingnya para pemuda untuk masa depan suatu negeri. Maka mereka tak mau sedikitpun melepaskan berbagai kesempatan untuk menghancurkan para generasi bangsa dengan berbagai hal yang dapat merusak para pemuda tersebut. Musuh Islam yakin dengan merusak pemuda maka akan rusak pula masa depan bangsa tersebut. 

Saat ini remaja kita sudah banyak yang terpapar dengan berbagai kegiatan yang mengalihkan mereka dari tujuan hidup yang sesungguhnya. Mereka dibuat lena dengan euforia gemerlap dunia. Maka bagi para pemuda yang sudah mentekadkan dirinya untuk menjadi agen perubahan harus dengan sungguh-sungguh memperjuangkan hal tersebut. 

Saat ini musuh terbesar kita adalah para pemuda itu sendiri. Bukan diri mereka, melain pemikiran mereka yang sudah rusak akibat gempuran pemikiran sekuler-liberal. Maka perang pemikiran tersebut harus kita lawan dengan pemikiran yang cemerlang pula.

Sebagaimana dahulu Rasulullah membebaskan penduduk Makkah dari kegelapan dengan risalah Islam hingga bangsa Arab menjdi bangsa yang hebat dan bermartabat. Tentu perjuangan terhadap yang haq dan yang batil ini membutuhkan pengkaderan. 

Para pemuda harus digembleng dan dibekali dengan tsaqofah Islam yang mendalam. Para pemuda tersebut juga harus dimantapkan keimanannya hingga mengkristal dan tidak akan mudah terkikis apabila dibenturkan dengan pemikiran-pemikiran liberal yang sesat. 

Pembinaan seperti ini harus dilakukan terus-menerus secara intensif hingga melahirkan sosok pemuda yang cerdas dan tangguh yang akan menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nya secara menyeluruh.

Demikian juga yang dahulu Rasulullah lakukan, yakni membina orang-orang yang baru masuk Islam di rumah Arqam bin Arqam, hingga melahirkan sosok hebat seperti Ali bin Abi Thalib, Mushab bin Umair, dan lainnya.

Mereka siap membela dan membantu perjuangan Rasulullah untuk menegakkan agama yang haq. Kesiapan mereka terlihat dengan sikap rela berkorbannya untuk kemuliaan Islam. Bukan hanya waktu, uang dan tenaga, bahkan nyawa mereka siap berikan demi perjuangan yang mulia tersebut.

Seperti itulah pemuda yang kita harapkan kelak untuk memimpin masa depan kejayaan bangsa dengan Islam yang mulia. Bukan pemuda dan para pejuang yang lemah, yang takut akan kehilangan waktunya, karirnya, kekayaannya, jabatannya apalagi nyawanya. Para pejuang Islam harus yakin bahwa kebenaran pasti akan memenangi kebatilan. 

Terakhir harus pula kita pahami bahwa perjuangan melawan arus deras pemikiran yang rusak dari para musuh Islam tidak akan bisa kita hadapi dengan sendiri-sendiri. Gerakan ini harusnya dilakukan secara berkelompok bersama partai yang siap untuk membersamai perjuangan terhadap Islam kaffah.

Sebuah kelompok yang berideologi Islam, yang berjalan sebagaimana metode Rasulullah yang akan membebaskan umat dari arus deras pemikiran musuh islam yang nyata. Mengistiqamahkan diri dalam perjuangan partai hingga cita-cita mulia mengembalikan kejayaan Islam bisa terwujud. Mereka inilah para pemuda yang akan mengubah dunia mengukir peradaban baru yang cemerlang dengan cahaya Islam. 

Wallahu a'lam bishshawab. []


Oleh: Agus Susanti
Aktivis Dakwah Serdang Bedagai
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments