Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Dampak Penerapan Sistem Rusak pada Kondisi Mental Anak-Anak

TintaSiyasi.com -- Bulan Januari tahun 2023 dibuka dengan tumpukan problematika umat yang kian meningkat. Dari kasus pencurian, pembegalan, elgebete, pembunuhan, hingga seks bebas tanpa pandang usia. Nyaris tidak kita temui tempat aman sebagai benteng pertahanan diri dari ancaman kejahatan. Carut marutnya kehidupan saat ini dengan berbagai ancaman kejahatan tak pandang tempat atau pun siapa, semua layak menjadi sasarannya. 

Seperti kasus yang dikabarkan oleh media Liputan6.Com, Mojokerto - Seorang bocah berusia 6 tahun yang masih duduk di bangku TK (Taman Kanak-kanak) menjadi objek kekerasan seksual oleh tiga pelaku yang amat sangat belia usianya. Si korban mendapatkan perlakuan tak senonoh secara bergiliran yang menyebabkan trauma hingga enggan pergi sekolah. 

Si korban diperkosa oleh tiga pelaku yang masih berusia tujuh tahun. Hal ini membuat korban mengalami trauma berat sebab perlakuan yang tak wajar kepada anak seusianya, (detikjatim, mojokerto).

Amat sedih melihat kondisi saat ini yang semakin bobrok dengan tumpukan problematika yang tak kunjung terselesaikan. Jika kita amati, maka kita akan menjumpai banyaknya kasus yang semakin abnormal bahkan belum pernah terlintas dalam benak kita. Semua orang terkungkung dalam ancaman kejahatan, terlebih kejahatan seksual yang menghantui kaum perempuan dan anak-anak. 

Usia tujuh tahun adalah masa di mana anak-anak masih bermain-main dengan sebayanya. Usia di mana daya rekam otak mereka sangat kuat. Namun, justru saat ini banyak terjadi kasus seksual yang pelakunya anak-anak dengan tampang polosnya. Tentu hal ini terjadi dengan sebab. Lantas apa penyebab terbesar anak-anak sekarang sangat mudah melakukan perbuatan keji seperti seks bebas?? 

Hal ini dapat terjadi di antaranya, Pertama, Kelalaian orang tua. Karena orang tua sangat dekat hubungannya dengan anak, maka dari itu orang tua memiliki peran yang sangat besar dalam membersamai sang anak. Orang tua harus memiliki banyak waktu bersama anak, sehingga ia merasa terawasi. Bukan seperti saat ini, banyak dari orang tua yang memilih membiarkan anaknya hidup berjalan sesuai lingkungan yang tak terjamin bersih. Para orang tua (terkhusus ibu), mereka cenderung memilih untuk menghabiskan waktu mereka di luar rumah karena alasan mencukupi kebutuhan hidup. Ditambah bekal ilmu yang minim, sehingga anak belum bisa menentukan benar dan salah terhadap apa yang Ia temui. 

Kedua, masyarakat. Sebab masyarakat adalah orang-orang yang hidup di sekitar kita. Mereka memiliki peran besar dalam pertumbuhan setiap individu. Dan kondisi masyarakat saat ini adalah mereka yang cenderung memiliki sifat individual (memilih sendiri) sehingga rasa kepedulian itu belum terpupuk dalam setiap individu. Tak jarang mereka malah memilih untuk diam dan tidak peduli ketika ada keburukan yang Ia temui. Yang lambat laun akan membentuk masyarakat yang memaklumi segala keburukan yang ada, mulai dari perkataan buruk, tamparan tangan, tendangan kaki, bahkan menjurus pada zina atau seks bebas. 

Ketiga, negara. Kita tau negara saat ini sangat mudah memaklumi keburukan kecil, hingga negara lalai dengan keburukan besar. Negara juga kurang tegas dalam memfilter tontonan yang layak di konsumsi oleh rakyatnya. Sehingga sering kali terjadi tontonan yang amat sangat tidak pantas hadir didepan anak-anak justru kerap kali kebobolan menonton tayangan tersebut. Mungin, hal ini juga tak terlepas dari langkah yang di ambil oleh negara dalam menyusun kurikulum pendidikan di negri ini.

Dalam dunia pendidikan, anak hanya di berikan ilmu sains, budaya, dan ilmu-ilmu umum lainnya yang sunyi dari nilai keagamaan (agama islam). Apalagi ilmu agama itu sendiri yang terlampau minim dalam dunia pendidikan. Kebijakan negara pula yang membuat para guru terhipnotis oleh berbagai iming-iming duniawi, yang berimbas pada cara mereka menyampaikan ilmu pada anak didiknya. Para guru cenderung hanya mentransfer ilmu saja tanpa memastikan apakah anak didik benar-benar memahami dan mengaplikasikannya atau tidak. Para guru saat ini cenderung lalai dengan peran mulia yang tersemat dalam dirinya. Kebanyakan dari mereka lebih tergiur dengan manisnya dunia hingga menjadikan aktivitas belajar mengajar sebagai rutinitas belaka. 

Kebijakan-kebijakan seperti ini yang melahirkan anak-anak dengan mental pragmatis (berfikiran instant). Mereka dengan mudah menelan mentah-mentah apa yang Ia dapat karena lemahnya ilmu agama. Negara juga telah melahirkan anak-anak yang tidak takut pada Rabb-Nya. Bahkan mereka sangat lantang melontarkan kata-kata kasar lagi kotor kepada orang tua, mereka berani mencuri, menantang guru di kelas sebab apa yang Ia mau tidak sesuai dengan apa yang guru mau, mereka juga berani berpacaran dan ini adalah perbuatan yang sangat dekat dengan zina. 

Lantas bagaimana Islam mengatasi masalah ini? 
Islam dengan sifatnya yang syamil (menyeluruh) dan kamil (lengkap) pastilah mampu mengatasi segala problematika umat, seperti kasus seks bebas ini. Terlebih aturan Islam ini berasal dari Allah SWT yang maha pencipta sekaligus Sang Mudabbir (pengatur). Layaknya Sang Pencipta mainan robot yang paham seluk-beluk ciptaannya. Akan tetapi Allah lebih dari Sang Pencipta mainan robot yang lemah dari segala sisi. 

Ada beberapa cara dalam menangani masalah seks bebas menurut Islam, diantaranya :
Pertama, Islam memastikan para orang tua mampu menjaga dan mendidik Sang buah hati dalam menyusuri kehidupan. Negara akan memastikan bahwa kewajiban mencari nafkah ada pada kepala keluarga sehingga peran Ibu sebagai madrasah pertama bagi anak terwujud. 

Negara Islam akan mendidik para orang tua dengan tsaqofah Islam sehingga mampu menanamkan rasa takut pada Allah Sang Pencipta dalam jiwa Sang buah hati karena Ia sadar bahwa anak adalah amanah dari Allah SWT yang harus dijaga dan dididik. Dengan itu, terbentuklah syakhsiyah islaminyah (kepribadian islam) dalam diri anak. Anak akan memikirkan juga memutuskan sesuai apa yang Allah ridhai. Maka, tidak akan ada cerita anak dengan usia belia yang berani melakukan hal keji seperti seks ini. Ia akan merasa takut sebab Allah selalu mengawasinya dimanapun dan kapanpun. 

Kedua, setelah terbentuknya individu yang baik dengan menanamkan tsaqofah islam, maka akan secara otomatis terbentuk pula masyarakat yang baik pula. Mereka akan saling menegur jika ada saudara yang salah. Mereka akan saling menerima jika nasihat itu disampaikan, sebab itu adalah bentuk kepedulian dan rasa sayang antar saudara sesama muslim. Mereka akan memiliki sifat ingin berbagi ilmu baru yang didapat karena konsekuensi sebagai seorang muslim yang harus menyampaikan ilmu walaupun seayat. 

Ketiga, adanya individu dan masyarakat yang baik sesuai dengan Al-qur'an dan As-sunnah tentu tidak terlepas dari peran negara yang tegas dalam penerapan ajaran Islam. Negara Islam memiliki tanggungjawab besar dalam menjalankan perannya. Negara akan tegas dan selektif dalam menentukan tontonan yang baik bagi rakyatnya. Ia memiliki sifat lantang untuk menolak keburukan yang mencemari kualitas rakyat terkhusus kaum Muslim. Negara juga akan menanamkan sifat tanggungjawab dan tekat yang kokoh kepada individu anak-anak sehingga kelak mereka dapat menempati garda terdepan dalam membela agama Islam. Negara juga akan mengurangi perkara yang dapat melalaikan mereka dari tujuan hidup ini. Negara juga tidak memberikan kesempatan sedikit pun kepada orang-orang yang melakukan keburukan dengan label islami seperti pacaran islami yang jelan-jelas Islam melarangnya. Negara juga bersikap tegas dengan memberikan sanksi kepada para pelaku kejahatan yang membuatnya jera dan yang menyaksikan pun enggan untuk menirunya. 

Beginilah cara Islam mengatasi problematika umat. Yang mampu menjaga kualitas setiap individunya. Mampu mencetak para generasi muda sebagai penyejuk mata bagi umat. Negara juga berupaya besar dalam memanfaatkan potensi besar yang dimiliki oleh pemuda untuk agama ini. 

Hanya dengan menerapkan Islam secara kaffah yang mampu menjaga kehormatan setiap jiwa. Islam telah terbukti layak dalam penerapannya dengan seperangkat aturan dari Sang ilaahi yang kosong dari kecacatannya. Dan harapan umat akan usainya problem yang semakin meningkat ini hanya mampu diatasi dengan menjadikan Islam satu-satunya pijakan dalam berfikir dan bertindak. 

Wallahu a'lam

Oleh: Afifah Qia
Part of @geosantri.id
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments