Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Anda Muslim, tetapi Childfree?

TintaSiyasi.com -- Netizen dibuat gemas oleh pernyataan influencer yang kini tinggal di Jerman bersama suaminya sejak masih usia belia. Pernyataan itu sebenarnya untuk menjawab salah satu followersnya yang memuji bahwa mbak influencer terlihat muda di usianya yang 30 tahunan. Bukannya mengucapkan terimakasih atau balasan sewajarnya, momen ini justru dimanfaatkan mbak influencer untuk mengampanyekan childfree. Ditambah, mengaitkannya dengan awet muda atau tidaknya seseorang karena faktor memiliki anak.

Sontak, netizen yang responsif, terutama dari kalangan emak-emak, langsung bereaksi menyikapi hal ini. Sudah pasti termasuk saya, ibu beranak dua, dengan usia masih 5 dan 3 tahun. Usia yang memang sedang menguji kesabaran seorang ibu. 

Reaksi yang diberikan cukup beragam, misalnya yang mengatakan bahwa memilih childfree atau tidak itu adalah preferensi seseorang. Setiap orang berhak menyampaikan opini, terlebih kita tidak tahu menahu tentang masa lalu seseorang. 

Atau kubu lain yang juga bereaksi bahwa seharusnya social reaction atas si mbak influencer tadi tidak perlu dijadikan konten untuk mendapatkan engagement di media sosial. Bisa ditempuh dengan cara yang lebih baik, seperti didoakan atau di Direct Message lewat Instagram, misalnya. 

Baiklah, mari kita bahas. Tentu dari sudut pandang Islam sebagai satu-satunya the way of life yang kita yakini dan pastinya membawa kita pada tujuan dan akhir hidup terbaik. Sama sekali bukan dari sudut pandang preferensi pribadi karena sejatinya kita adalah manusia yang lemah dan serba terbatas. 

Dari Mana Paham Childfree?

Setelah ditelusuri, tidak diragukan lagi bahwa childfree berasal dari ide barat di akhir abad ke-20. Dimulai dari St. Agustine, seorang filsuf dan teolog Kristen, sekaligus pengikut kepercayaan Maniisme yang percaya bahwa membuat anak adalah suatu sikap amoral, dan menjebak jiwa-jiwa dalam tubuh yang tidak kekal. Sebagai upaya pencegahan, mereka memanfaatkan penggunaan kontrasepsi berdasar sistem kalender. 
 
Menurut Oxford Dictionary, istilah childfree adalah kondisi seseorang atau pasangan tidak memiliki anak karena mereka punya pilihan. Ini berkaitan erat dengan pemikiran yang juga berkembang di kalangan para feminis. Feminisme merupakan paham yang bergerak mewujudkan kesetaraan gender secara kuantitatif. 

Laki-laki dan perempuan harus setara dan saling berperan dalam segala hal, baik di ranah domestik maupun publik. Keputusan childfree disebutkan sangat personal karena merupakan hak perempuan untuk memilih kebebasannya apakah memilih untuk menjadi seorang ibu yang mengalami proses kehamilan, melahirkan, dan menyusui, hingga mengasuh anak-anaknya atau tidak.  

Ide Childfree Sangat Toxic bagi Generasi 

Cepat atau lambat, virus atau racun selalu akan menular. Apalagi jika yang menjadi gembong opini dilakukan oleh seseorang yang memiliki kekuatan untuk memengaruhi atau meng-influence publik dengan kekuatan media sosial. Terlebih, semenjak isu ini dihembuskan oleh mbak influencer berinisial GS tersebut, banyak orang makin penasaran. 

Meskipun banyak orang menganggapnya tabu, tapi tidak menutup kemungkinan ini akan menjadi satu hal sangat toxic yang akan merusak pemikiran anak muda yang saat ini terkungkung kehidupan liberal, serba bebas dan mengagungkan kebebasan atas nama HAM. 

HAM yang juga bertentangan dengan Islam ini memiliki prinsip bebas dalam hal apapun tanpa pandang bulu dalam konteks apapun. Seperti bebas untuk memiliki atau tidak memiliki sesuatu, bebas berpendapat, bebas beragama, dan bebas berperilaku. Jelas ini tidak mengakui Allah SWT sebagai Al-Mudabbir (Sang Maha Pengatur) selain sebagai Al-Khaliq (Sang pencipta).

Terlebih, para influencer yang saat ini banyak menjadi role model di media sosial sebagian besar memang berasal dari mereka yang menjajakan gaya hidupnya saat tinggal di luar negeri yang kebanyakan negara Barat yang dianggap lebih modern, maju, dan keren. Awalnya, mereka ini menempuh studi di luar sana yang identik dengan tingkat intelektualitas yang lebih mumpuni. 

Kuatnya pengaruh barat lewat program beasiswa dsb ini sedikit banyak telah menggiring pemikiran-pemikiran generasi muslim menjadi amnesia atas identitasnya sendiri.

Childfree Sangat Bertentangan dengan Islam

Umat Islam tentunya harus selalu melakukan perbuatan berdasarkan sumber yang benar yang sudah Allah wariskan, yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadits. Tidak dibenarkan dalam Islam, seseorang menurutinya nalurinya atau melakukan segala sesuatunay berdasarkan preferensinya sendiri, tanpa dasar yang benar.  

Banyak sekali ayat dan hadits yang bertentangan dengan apa yang digaungkan paham childfree ini. Dalam Islam, Allah juga berfirman dalam QS. Ali Imran ayat 14 bahwa memiliki keturunan adalah fitrah manusia. Sebagai berikut :

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, berupa wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS Ali ‘Imran: 14)

Selain itu, Rasulullah SAW melarang keras untuk membujang dan menganjurkan menikahi perempuan yang bisa memberikan banyak keturunan. Sesuai dengan hadits berikut : 

Anas bin Malik RA berkata: “Rasulullah SAW memerintahkan untuk menikah dan melarang keras untuk membujang dan berkata : “Nikahilah wanita yang sangat penyayang dan yang mudah beranak banyak karena aku akan berbangga dengan kalian di hadapan para nabi pada hari kiamat.” (HR Ibnu Hibban)

Pandangan paham childfree bahwa memiliki keturunan bisa mengakibatkan dampak negatif pada lingkungan seperti over population, pencemaran, kelangkaan SDA, serta keterbatasan finansial jika harus menghidupi lebih banyak orang yang menambah beban keluarga, sama sekali tidak beralasan. Sebab Allah SWT sudah menjamin tentang rizki dalam firman Nya :

“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kami-lah yang akan memberi rizki kepada mereka dan juga kepadamu.” (QS Al-Isra’: 31)

Allah SWT juga sudah menjamin bahwa anak adalah salah satu dari amal jariyah yang kelak doanya akan menyelamatkan orang tuanya. Begtu juga dengan amal shalih anak yang berasal dari pendidikan yang ditanamkan orang tuanya. Rasulullah SAW bersabda :

“Sungguh, Allah benar-benar mengangkat derajat seorang hamba-Nya yang shalih di surga.
Maka ia pun bertanya : “Wahai Rabbku, bagaimana ini bisa terjadi?” Allah menjawab: “Berkat istighfar anakmu bagi dirimu.” (HR. Ahmad)

Teruntuk para ibu, sungguh fitrah Allah menitipkan anak melalui rahimmu adalah suatu anugerah luar biasa, begitu juga dengan hamil, melahirkan, menyusui dan membesarkan anak. Selalu ingat bahwa tugas utama seorang ibu adalah menjadi ummu warabatul bait (manajer rumah tangga) dan madrasatul ula (pendidik utama) bagi anak-anaknya.

Allah sebut bahwa kesemuanya itu merupakan jihadnya perempuan yang setara dengan jihad fisabilillah nya laki-laki. Allah SWT sudah menerapkan aturan paling sempurna tanpa butuh konsep kesetaraan gender yang toxic dan kemudian melahirkan paham childfree.

Kalau para Nabiyullah a.s sekelas Nabi Ibrahim as dan Nabi Zakaria as saja berdo’a siang dan malam agar memiliki keturunan, apalah kita sekelas hamba akhir zaman? Rasanya berani memiliki pilihan dan mendahului takdir Allah untuk tak memiliki keturunan sangatlah naif, tak berdasar, dan tentu akan mengancam regenerasi generasi muslim yang kuat dan memimpin peradaban di masa depan. Pastikan itu bukan pilihan kita.[]

Prita HW
Momwriter, speaker, social influencer

Baca Juga

Post a Comment

0 Comments