Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Viral Sepasang Pelajar Dansa, Layakkah Menteri Bangga?


TintaSiyasi.com -- Viral sepasang pelajar berdansa hingga Mendikbud Ristek bangga dan memposting ulang video tersebut dalam unggahan di akun Instagram pribadinya. Dengan menuliskan "Bangga sekali dengan Keysha Aditia Putra Winardi dan Devina Anindita dari SMP 1 Ciawi yang bisa menari sekeren ini." Selain itu Mendikbud Ristek berharap mereka bisa terus berkarya dan mampu mengejar mimpi (sindonews.com, 18/01/2023).

Dalam laman yang sama, justru komentar netizen berbeda dengan Mendikbudristek. Netizen justru menuding bahwa dansa yang ditampilkan sepasang pelajar tersebut malah merusak generasi. Tudingan netizen pun membuat pihak sekolah memberikan penjelasan bahwa sepasang pelajar yang viral adalah atlet cabang olahraga Dance Sport, pemenang medali emas PORPROV Jabar 2022. Di mana mereka mengikuti secara pribadi bukan sekolah dan pihak sekolah turut bangga dan mengapresiasi yang dipersembahkan untuk Kabupaten Bogor. 

Berdansa yang dilakukan sepasang pelajar yang salah satunya adalah perempuan. Tentu hal ini sangat disayangkan, perempuan Muslimah berjalan dengan lenggak-lenggok di depan yang bukan mahramnya saja tidak boleh dalam Islam, apalagi berdansa dan dilihat seluruh warga sekolah. Seolah perempuan Muslimah tersebut hilang harga dirinya dan merendahkan dirinya dengan berdansa depan khalayak umum. Padahal perempuan sangat dimuliakan dalam Islam maka karena itulah perempuan Muslimah dilarang berlenggak-lenggok ketika di area umum. Namun, Terlepas dari bagaimanapun kemenangan dan medali yang didapatkan, skala nasional maupun internasional. Bagaimanapun kemenangan atlet dansa tersebut begitu dibanggakan dan diapresiasi. Hal itu, tidak menjadikan dansa berubah boleh dilakukan bagi seorang Muslim di depan umum. 

Tidak heran, ini semua terjadi di sistem kapitalis sekuler seperti saat ini, memisahkan agama dari kehidupan remaja juga seluruh rakyat. Sistem yang menilai kesenangan juga kesuksesan diukur dengan materi. Para pelajar merasa senang ketika melakukan sesuatu yang menghasilkan materi, mengikuti ajang perlombaan dan menjadi juara agar bisa dibanggakan meskipun perlombaan yang diadakan melanggar syariat. Maka sangat benar, jika netizen berkomentar bahwa dansa yang dilakukan sepasang pelajar tersebut adalah budaya asing dan merusak generasi. Generasi yang sangat jauh dari pemahaman islam yang benar, dan malah mengikuti arus fun, food, fashion kapitalis yang jelas merusak profil remaja muslim. Maka sebenarnya tidak layak jika prestasi dansa diapresiasi bahkan dibanggakan menteri negeri ini. Bagaimana potret generasi akan mengisi dan memimpin peradaban jika masih seperti saat ini? Berbagai kenakalan remaja, pergaulan bebas, tawuran, mengejar kesenangan semu, dan kerusakan remaja di berbagai lini. Lantas apakah layak masih berharap pada sistem kapitalis sekuler penyebab berbagai kerusakan di negeri ini? Sungguh rugi, jika masih berharap. 

Maka sudah cukup kerusakan yang terjadi. Sudah cukup generasi hari ini jadi tumbal kapitalisme. Sudah saatnya generasi bangkit dan sadar bahwa mereka adalah generasi pemimpin peradaban. Hanya saja, generasi bangkit tidak cukup jika hanya skala individu tanpa dukungan masyarakat dan aturan negara yang akan menjamin remaja dan pemuda negeri ini pada jalan yang benar, menjamin remaja dan pemuda memiliki pemahaman yang benar sesuai islam, berlomba menjadi pengisi dan pemimpin peradaban, dan bukan menjadi sampah peradaban. 

Maka, harus ada langkah nyata dalam menjadikan remaja dan pemuda bangkit:

Pertama, individu remaja harus memahami Islam secara kaffah, menjadikan islam sebagai landasan berpikir dan bersikap. Sehingga dalam pembelajaran sekolah menuntut ilmu dengan baik. Bahkan ketika materi pelajaran yang dipelajari adalah budaya asing dan pemahaman asing yang jelas bertentangan dengan Islam maka remaja akan mampu membentengi diri. 

Kedua, keluarga harus mendidik anaknya dengan pendidikan yang sesuai dengan Islam. 

Ketiga, masyarakat yang paham Islam akan melakukan amar makruf nahi mungkar jika di lingkungan masyarakat ada yang bertentangan dengan syariat. 

Keempat, peran sekolah yang mendidik siswanya dan tidak menyediakan ekstra kulikuler yang membahayakan dan merusak siswa. 

Kelima, negara memberikan aturan pada sekolah untuk menunjang kemampuan siswa tanpa melanggar syariat. 

Hanya saja, semua langkah tersebut sulit di terapkan tanpa adanya penerapan islam secara kaffah yang dilakukan negara, dan tidak akan mungkin semua langkah tersebut bisa diterapkan dalam sistem saat ini yang memisahkan agama dari kehidupan. Solusi tuntas kerusakan seluruh negeri hanya ada pada islam yang akan memberikan rahmat bagi seluruh alam. []


Oleh: Safda Sae, S.Sosio
Aktivis Dakwah Kampus
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments