Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Terancam Tunawisma, Derita Ribuan Muslim India Tanpa Institusi Politik Islam

TintaSiyasi.com -- Tertindas. Diskriminatif. Tergusur. Dan terancam punah. Adalah sederet istilah yang tidak hiperbol untuk disematkan kepada kondisi atau situasi kaum Muslim yang hidup di wilayah minoritas. Meskipun mereka hidup di tanah mereka sendiri yang dibeli, dibangun dan lahir di sana. Tetapi kehidupan yang mereka alami tidak lebih dari sekedar imigran atau pendatang yang hak-haknya dibatasi oleh rezim setempat. Bahkan diperlakukan seperti warga kelas dua. 

Begitulah derita yang dialami oleh mayoritas kaum Muslim yang ada negara sungai Gangga alais India. Walaupun kebanggaan termashyur negara ini adalah Taj Mahal dan Qutb Minar dari bekas kejayaan Islam , rezim India seperti amnesia sekarang. Seolah-olah Islam, kaum Muslim dan tanah Hind tidak memiliki akar sejarah yang sangat kuat. Rezim BJP yang berkuasa saat ini seperti ingin menghapus segala memori tentang Islam dari India. 

Partai-partai politik yang mendominasi di negara India adalah mereka yang bernafas sayap kanan nasionalis Hindu. Tidak ubahnya dengan isi kepala BJP yang dipimpin oleh Narendra Modi sekaligus PM India aktif saat ini. 

Kebencian kaum Hindu sayap kanan secara politik sangat tampak nyata keluar dari lisan-lisan mereka. Ujaran-ujaran kebencian terus dilontarkan. Ancaman verbal maupun fisik juga tak luput dari rencana. Bahkan, setiap tahunnya, ada saja isu politik rasis yang digaungkan oleh kelompok Hindu Radikal untuk menyerang kaum Muslim. Sementara pemerintah sendiri tanpa suara bak melegalkan. 

Belum hilang dari ingatan umat Islam tentang perlakuan garis sayap kanan Hindu ektrem terhadap penghinaan kepada Muslimah yang berhijab, serta pelarangan belajar di kampus Karnataka karena para perempuan Muslimahnya memakai hijab. Kini, teriakan warga Muslim di India kembali menggema, memanggil dunia. 

Seperti dilansir dari berita DOAM, Ahad (08/01/2023), mengabarkan bahwa lebih dari 4000 warga Muslim di wilayah Uttarakhand, India sedang terancam menjadi tunawisma alias gelandangan. Kebijakan penggusuran tersebut merupakan kebijakan pemerintah Pusat India (BJP) dengan dalih ingin menertibkan batas atau garis railway di daerah yang dekat dengannya. Namun, menurut salah satu warga India yang dilansir dari berita tersebut, kebijakan pemerintah itu sangat dipertanyakan. Karena menurutnya, jarak antara railway dan perumahan warga masih cukup jauh yaitu sekitar 2,19 km. Namun, ia menyangkakan bahwa rencana penggusuran itu adalah salah satu bentuk percobaan untuk mengusir atau menghilangkan satu komunitas, yaitu Muslim. Sebab, yang tinggal di wilayah yang dimaksud adalah residen (tempat tinggal) warga beragama Islam di Haldwani. 

Masyarakat setempat dikabarkan oleh DOAM sangat histeris dan melakukan perlawanan dengan turun ke jalan sebagai bentuk perlawanan dan penolakan. Ironisnya, justru warga yang protes dipukuli dan terus menangis serta berteriak-teriak. 

Bahkan, mereka juga mengatakan sudah siap mati demi mempertahankan tanah mereka. Tidak akan sejengkal mereka berikan walaupun nyawa taruhannya. Sebab wilayah itu adalah tanah mereka yang ingin dirampas atau dirampok dengan cara penggusuran melalui kebijakan pemerintah. Warga yang protes kebanyakan adalah perempuan yang terdiri dari anak-anak dan orang tua. Konon, yang berusia 80-90 tahun pun ada bersama di tengah-tengah aksi penolakan tersebut. 

Sungguh miris bukan? Umat Islam yang dimuliakan oleh Allah SWT dalam Al-quran kini sedang dihinakan oleh kaum kufar di tanah mereka sendiri. Bagaimana membayangkan warga Muslim menjadi gelandangan di tanah yang bukan dipinjam atau dikontrak melainkan mereka beli dengan keringat dan tumpah darah? 

Dan betapa sadis perlakuan rezim India yang sangat tega kepada warga negaranya sendiri. Bukan imigran bukan perampok atau penjajah. Melainkan bagian integral dari tanah India yang pernah menjadikan India disegani oleh dunia di bawah naungan syariat Islam yang mulia. 

Derita yang menimpa kaum Muslim di India yang terancam tunawisma sebanyak 40000 lebih harus menjadi duka seluruh kaum Muslim di dunia. Sama seperti yang menimpa umat Islam lainnya di Kashmir, Xinjiang, Arakan, Moro, Suriah, dan lainnya yang tertindas rezim kapitalis global. 

Para penguasa sekuler kapitalis hanya menginginkan tanah dan kekayaan kaum Muslim semata. Sehingga mereka merasa perlu untuk mengeliminasi etnis Muslim agar tidak ada yang menghalangi keinginan mereka untuk menguasainya. 

Sementara, kaum Muslim yang berada di wilayah penderitaan demikian, hanya bisa menangis, berdoa, dan berharap agar semuanya berakhir dan kebahagiaan itu akan segera datang. Namun, tanpa kepedulian, pertolongan nyata dari segenap kaum Muslim di dunia, adakah penghinaan kepada kaum Muslim bisa berakhir? Bukankah Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an tentang perubahan nasib ma manusia (Ar-Ra'du:11)?

Bahkan, Allah pun telah berjanji akan menggantikan kaum yang diam itu dengan yang mendengar dan melihat. Artinya dengan yang peduli dan menyambung seruan Allah SWT. Karena kemenangan Islam dan kaum Muslim itu adalah janji Allah SWT (An-Nur: 55).
Satu jawaban yang sangat penting untuk menyelesaikan konflik dan persoalan umat Islam di wilayah minoritas adalah mengembalikan institusi politik Islam yang telah lama hilang dan lenyap dari perjuangan umat. Adanya institusi politik Islam akan menjawab tangisan dan teriakan kaum Muslim di manapun mereka berada. 

Dengan kebijakan politik luar negeri yang diterapkan oleh suatu institusi politik Islam, akan menyelesaikan persoalan kaum Muslim seluruh dunia. Maka, sungguh tidak ada solusi yang benar-benar akan mampu menyelesaikan penggusuran, penindasan, dan penjarahan terhadap tanah kaum Muslim selain mengembalikan institusi politik Islam ke tengah-tengah umat.

Sikap umat Islam yang ada di India mempertahankan tanah mereka agar tidak dijarah atau diranpas oleh kaum kufur rezim India, adalah benar dan begitulah seharusnya sikap yang diambil. Bukan menyerah begitu saja. 

Walaupun sebenarnya pertolongan terdekat seharusnya bisa saja didapatkan dari negara-negara tetangga yang mayoritas Muslim seperti Pakistan dan Bangladesh. Tetapi sekat-sekat nation state telah menenggelamkan ukhuwah Islamiyyah dan pemahaman satu tubuh diantara umat ini. Jikalau kedua negara tersebut bersedia menolong dan menampung mereka yang tergusur, setidaknya mereka masih punya harapan kuat untuk menyambung hidup dan tidak khwatir dengan anak-anak mereka. 

Semua itu hakikatnya bisa terwujud dan bukan mimpi jika umat Islam memiliki satu institusi politik Islam yang menerapkan Islam scara sempurna dan memiliki kebijakan politik luar negeri yang melindungi segenap nyawa kaum Muslim di manapun berada. 

Dan semoga dunia Islam semakin menunjukkan kepedulian kepada nasib warga Muslim di wilayah minoritas yang tertindas. Juga menjadi motivasi untuk terus memperjuangkan tegaknya institusi politik Islam sebagai pemersatu umat seluruh dunia dengan ukhuwah, syariah dan dakwah. Sebab umat Islam adalah ummatan wahidah (ummat yang satu). Wallahu a'lam bissawab.

Oleh: Nahdoh Fikriyyah
Analis Mutiara Umat Institute

Baca Juga

Post a Comment

0 Comments