TintaSiyasi.com -- Fakta menyesakkan dada telah terjadi nyata di hadapan kita. Beritanya viral beredar menghebohkan jagat sosmed di negara ini. Fakta yang melibatkan perilaku pemuda yang menyelisihi hukum syara. Juga seorang ibu yang seharusnya menjaga kehormatannya. Fakta tentang seorang laki-laki yang sudah berzina beberapa kali dengan ibu mertuanya sendiri. Sesungguhnya ini terjadi bukan di sinetron lagi. Namun ada di hadapan mata kepala kita sendiri.
Dilansir dari detikfinance, telah terjadi perselingkuhan menantu dan mertua di Serang, Banten, masih terus menjadi sorotan. Kisah perselingkuhan ini awalnya terungkap dari unggahan Norma Risma. Norma Risma bercerita suaminya yang diketahui bernama Rozy Zay Hakiki selingkuh dengan ibu kandung Rosma sendiri.
Keduanya bahkan disebut sampai digerebek dan membuat publik heboh di media sosial. Norma mengungkapkan rasa kecewanya lewat akun TikTok @user284365778 (detikfinance, 30/12/2022). Sungguh sebuah kejadian yang menunjukkan kekacauan pergaulan dalam sebuah keluarga.
Kerusakan Pola Hubungan
Manusia diberikan Allah potensi kecenderungan pada lawan jenisnya. Agar tidak salah memenuhimya, islam memberikan rambu-rambu khusus dari hukum pokok hingga rincinya. Semua itu agar manusia tak salah memenuhi naluri biologisnya.
Islam benar-benar ingin agar kelestarian keturunan terjaga dan terwujud dari pemenuhan naluri ini. Sehingga pola hubungannya pun diatur sedemikian rupa secara manusiawi. Tentu agar manusia tidak memenuhinya seperti hewan yang tak memperdulikan apapun dan siapapun dalam memenuhinya saat naluri itu bangkit.
Nah, saat manusia meninggalkan aturan itu. Pola hubungan yang shahih itu rusak karena manusia itu mencampakkan aturan Allah yang sudah dibuat.
Kedua, sistem pergaulan ala kapitalisme sekuleris juga rupanya telah membuat manusia mengikuti hawa nafsunya semata.Tak peduli kepada siapa naluri biologis itu dipenuhi. Layaknya dunia hewan, manusia berfikir dan bertindak bebas tanpa mengindahkan syariat dan norma. Pemikiran yang serba boleh (permisivisme) dan liberalisme telah menguasai manusi hingga tataran bernegara. Jadilah manusia hari ini seenak maunya melakukan apa saja yang merusak pola hubungan yang sudah ditetapkan agamanya yaitu islam.
Begitulah efek sebuah kerusakan sistem kehidupan. Dampaknya meluas dan beruntun layaknya domino. Efek masalahnya selalu berpola. Polanya mengenai banyak orang.
Semua bermula dari sistem pendidikan kapitalis sekuler yang tidak membentuk karakter siswa setelah selesai dididik. Siswa hanya memiliki kemampuan akademis dan "miskin" perilaku. Transfer ilmu mungkin berhasil, namun transfer behavior atau perilaku yang sesuai syariat tak terjadi.
Semua wajar, karena sistem pendidikan yang kapitalistik sekuleris tidak didesain untuk merubah perilaku (behavior). Artinya ilmu yang didapat memang untuk bisa bekerja secara materi menjadi karyawan, buruh bahkan robot. Bukan untuk menjadi seorang pemimpin. Konsep pendidikan seperti ini pasti gagal membentuk karakter yang sesuai dengan syariat.
Jadi, selama sistem pendidikannya yang kompatibel dengan sistem pemerintahannya ini masih kapitalistik, selama itu pula akan tercetak secara otomatis output orang yang sama pemikirannya. Bagaimanapun pemikirannya yang sekuler kapitalistik itu mempengaruhi perilakunya yang selalu bermaksiat. Melanggar batas agama. Jika sang pemudanya menjadi budak nafsu seksualnya, pemudinya justru menjadi budak cinta yang gelap mata. Hingga sampai di titik fitrahnya tak lagi sanggup menerima, di titik itulah pemudinya menyadari ada yang salah dalam pola relasi hubungan dengan suaminya. Sayangnya semua sudah terlambat. Perzinahan ke sekian terjadi lagi. Dosa investasi mengenai semua kaum muslimin yang mengetahuinya.
Bagaimana dengan kontrol masyarakat? Tentu sangat minim dalam negara yang kapitalistik sekuleris ini. Bukan cuma diam, padahal sudah curiga. Parahnya masyarakat yang sudah curiga itu tak bisa " mencegah" sejak dini. Negara pun abai atas hal ini. Pencegahan harusnya bisa dilakukan lebih awal agar perselingkuhan tak terulang lagi. Sistem kehidupan di negeri ini memang tidak memiliki mekanisme preventif untuk terjadinya maksiat, menyumbang peran terbesar terjadinya hubungan pergaulan yang melanggar tatanan agama.
Inilah sistem yang dinamakan sekuler. Dimana tatanan agama dicampakkan dan dibuang saat hidup di ruang publik. Bahayanya dahsyat. Hidup manusia pasti berantakan. Justru sang ibu mertua yang layaknya kehormatannya dijaga karena dia seorang perempuan, martabatnya ternoda oleh nafsu syahwat keduanya yang tidak bisa dikendalikan.
Satu hal lagi, saat satu kemaksiatan terjadi akan mendorong kemaksiatan berikutnya jika tidak ada sanksi yang tegas. Konsep hidup sekuler tak punya mekanisme mencegah kemaksiatan berikutnya. Justru sistem hidup sekuler membebaskan siapa saja melakukan apa saja dengan alasan HAM dan My body my otority. Jika demikian, seperangkat aturan kapitalis sekuler itulah justru yang menjadi penyebab utama rusaknya hubungan ibu, anak, menantu dan ayah.
Bayangkan saja, pihak yang mendiamkan kemaksiatan terjadi dan lalu memakluminya akan menyebabkan rentetan maksiat berikutnya yang lebih dahsyat. Itu mengapa Rasulullah sering menyatakan bahwa pihak yang diam melihat kemungkaran itu sebagai setan yang bisu. Pola relasi hubungan pergaulan anak dan ibu hingga menantu serta mertua kacau berantakan. Penyebabnya adalah sistem hidup kapitalis sekuler yang telah diadopsi negara ini.
Maka jangan heran, ke depannya nanti akan terus berulang kasus yang sama. Bahkan bisa lebih parah dari sebelumya. Hingga kasus yang tak terpikirkan oleh kita hari ini. Selama sistem kapitalis sekuler itu yang diterapkan di negeri ini dengan nama dan wajah yang ramah, selama itu pula kekacauan hubungan keluarga akan terjadi.
Tidak ada jalan lain. Jika sistem kapitalis sekuler itu yang menjadi biang kerok masalah kekacauan pola hubungan ini, maka sistem ini harusnya diganti. Tidak boleh dipertahankan. Masyarakat di negeri ini harus menolak sistem ini diberlakukan di setiap lini kehidupan. Karena sistem ini adalah akar masalahnya. Akar masalah itu harus dibuang hingga tuntas.
Tak ada jalan lain juga untuk tujuan menghindari kasus berulang, kita harus mengambil sistem pergaulan Islam yang juga kompatibel dengan sistem pemerintahannya. Karena sistem tata pergaulan itu tak bisa berdiri sendiri. Dia membutuhkan sinergi dengan sistem pendidikan, politik ekonomi Islam hingga sistem lain yang berhubungan dengannya. Manusia harus kembali pada aturan Islam itu. Sebab aturan itu berasal dari Allah pencipta manusia.
Hanya Allah saja yang paling mengetahui apa yang baik bagi manusia. Baik untuk harmoninya pola relasi hubungan ibu, anak, mertua, menantu dan hubungan lain yang tercabang dari sebuah pernikahan. Allah pasti memberikan kemaslahatan jika konsep syariah ini diterapkan, dan memberikan mudarat jika konsep ini ditinggalkan. Cukuplah kasus ini terjadi sekali saja, kita harus mencegahnya. Demi masyarakat yang bermartabat sebagaimana kehendak pencipta-Nya. Wallahu a'lam bisshowaab.
Oleh: Alfisyah Ummuarifah S.Pd
Pegiat Literasi Islam Kota Medan
0 Comments