As-syakhshiyyah al-Islamiyah (Kepribadian Islami) adalah perpaduan antara cara berpikir (aqliyyah) dan cara bertindak (nafsiyah). Seseorang dikatakan memiliki syakhshiyah islamiyah jika ia memiliki ‘aqliyah islamiyah dan nafsiyah islamiyah. Mereka adalah orang-orang yang senantiasa berpikir atas dasar pola pikir islami dan berperilaku di dalam memenuhi kebutuhan jasmaniah dan naluriahnya sesuai dengan aturan islam dan tidak mengikuti hawa nafsunya. Pola pikir seseorang ditunjukkan oleh cara pandang atau pemikiran yang ada pada dirinya dalam menyikapi atau menanggapi berbagai pandangan dan pemikiran tertentu. Adapun cara bertindak (perilaku) adalah perbuatan-perbuatan nyata yang dilakukan seseorang dalam rangka memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya.
Bagaimana cara memperkuat syakhshiyah islamiyah? Upaya untuk memperkuat syakhshiyah islamiyah adalah dengan cara meningkatkan ‘aqliyah islamiyah dan nafsiyah islamiyahnya.’ Aqliyah islamiyah dapat ditingkatkan dengan cara menambah khazanah ilmu-ilmu Islam (tsaqafah islamiyah).
Allah berfirman yang artinya “Ya Tuhanku tambahkanlah ilmu kepadaku”. (QS. Thaha :114)
Adapun untuk meningkatkan nafsiyah islamiyah dengan selalu melatih diri untuk berbuat taat dan terikat dengan aturan-aturan Islam dalam segala hal, melaksanakan amalan-amalan ibadah (baik yang wajib maupun yang sunah), serta membiasakan diri untuk meninggalkan yang makruh dan syubhat apalagi yang haram.Islam mengajarkan kepada kita agar senantiasa berakhlak mulia, bersikap wara’ dan qana’ah agar mampu menghilangkan kecenderungan yang buruk dan bertentangan dengan Islam. Allah berfirman yang artinya “Berlomba-lombalah kalian dalam mengerjakan kebaikan”. (QS. Al Baqarah :148).
Pembentukan kepribadian Islami adalah pembentukan kepribadian yang diarahkan kepada peningkatan dan pengembangan faktor dasar (bawaan) dan faktor ajar (lingkungan), dengan berpedoman kepada nilai-nilai keislaman. Faktor dasar pengembangan dan peningkatan kemampuannya melalui bimbingan dan pembiasaan berfikir, bersikap dan bertingkah laku menurut norma-norma Islam. Sedangkan faktor ajar dilakukan dengan cara mempengaruhi individu melalui proses dan usaha membentuk kondisi yang mencerminkan pola kehidupan yang sejalan dengan norma-norma Islam seperti teladan, nasihat, anjuran, ganjaran, pembiasaan, hukuman, dan pembentukan lingkungan serasi (Harahap, 2019)
Implementasi pendidikan karakter dalam Islam juga tercermin dalam karakter pribadi Rasulullah Saw yang juga tertuang dalam Al-Qur’an dalam surat Al-Ahzab ayat 21, yang artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.
Jadi seorang Muslim itu wajib ber-iltizam dengan akhlaq Islam, sekaligus memberikan gambaran yang benar dan menjadi qudwah (teladan) dalam berperilaku. Karena pada dasarnya kepribadian islami adalah merupakan konsekwensi keimanan seorang muslim, dia harus memegang identitas muslimnya dalam seluruh aktivitas kehidupan. Identitas kepribadian muslim seseorang tercermin dari pola berpikir (aqliyyah) dan pola bertindak (nafsiyyah).
Menumbuhkan Kepribadian Islami (Syakhshiyah Islamiyah)
Lalu bagaimana menumbuhkan sikap dan kepribadian yang islami? Sesungguhnya begitu seseorang merasa mantap dengan aqidah Islam yang dianutnya dan ingin membangun kepribadian Islam dalam dirinya itu sudah menunjukan bahwa dia sudah berhasil membentuk kepribadian Islam dalam dirinya, dan harus terus berupaya agar kepribadian yang telah terbangun jangan sampai roboh karena berbagai hal yang mungkin akan mempengaruhi aqidahnya sebagai landasan.
Ada tiga tahap untuk membentuk dan menumbuhkan kepribadian Islam pada diri seseorang , yaitu:
1. Menanamkan aqidah aqliyyah Islam kepada dirinya melalui proses pemikiran yang matang dan mendalam, pemikiran tentang al uqdah al qubro, menanamkan aqidah sebagai dasar (fikroh asasiyah) yakni ide atau pemahaman yang menjadi dasr dari setiap pola pokir dan pola sikap dalam menjalani setiap aktivitas dalam kehidupannya, yang berarti semuanya sudah dilakukan dengan tujuan untuk beribadah kepada Allah Swt.
2. Menjadikan aqidah Islamiyah sebagai dasar dari semua hal yang dipikirkan dan dilakukan, segala sesuatunya harus sesuai ajaran Islam sebagai acuan dan tolak ukur.
3. Senantiasa bersemangat untuk terus menumbuhkan dan mengembangkan kesempurnaan tsaqofah Islamiyah serta mengamalkan dalam seluruh sisi kehidupan sebagai wujud pelaksanaan ibadah kepada Allah SWT.
Kepribadian Muslim (syakhshiyah islamiyah) merupakan perwujudan pola pikir Islami dan pola sikap Islami. Pola pikir Islami (aqliyah Islamiyah) akan terbentuk secara kuat dalam diri seseorang bila dia memiliki keyakinan yang benar dan kokoh terhadap aqidah Islamiyah serta memiliki ilmu keislaman yang cukup mengenai berbagai konsep , pandangan dan pemikiran yang sesuai nilai-nilai keislaman. Sedangkan nafsiyah Islamiyah akan terbentuk jika ia menjadikan aturan islam sebagai cara dalam menjalani kehidupannya. Jadi kepribadian muslim adalah karakter yang benar-benar menunjukan kemuliaan akhlak (aklaqul karimah).
Islam tidak hanya memandang akhlak dari segi perilaku dan sifat moral belaka, tetapi akhlak di pandang sebagai salah satu dari berbagai hukum Islam. Ada hukum Allah yang terkait dengan ibadah (shalat, shaum,zakat, haji dll), ada hokum terkait muamalah (pernikahan,jual beli dll ) dan ada pula hokum tentang sifat-sifat tingkah laku (akhlak), Islam menentukan bahwa akhlak tidak bisa ditentukan oleh manusia sesuai dengan realitas, perkembangan zaman maupun suara mayoritas manusia. Akhlak merupakan bagian dari hokum syariah yang bersifat tetap, memiliki nash dari sumber hukum islam, wajib dilaksanakan oleh orang mukmin sebagai wujud ketaatannya kepada Allah, pelaksanaan aturan akhlak bertujuan mendapatkan keridhaan Allah, akhlak merupakan ketentuan Allah.
Beberapa contoh akhlak mulia seperti:
Jujur dan Menjauhi Sifat Dengki
Rasulullah bersabda yang artinya; “Sesungguhnya kejujuran akan membawa pada kebaikan dan kebaikan itu akan mengantarkannya ke surga. Seseorang yang senantiasa berkata benar dan jujur akan tercatat di sisi Allah sebagai orang yang benar dan jujur. Sesungguhnya dusta itu membawa pada kejahatan yang akhirnya akan mengantarkannya ke neraka. Seseorang yang senantiasa berdusta akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta” (HR.Bukhari dan Muslim)
Menepati janji
Allah berfirman yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah ikatan-ikatan perjanjian itu” (QS. Al Maidah: 1).Rasulullah juga bersabda yang artinya: “Ciri-ciri orang munafik itu ada tiga: jika berbicara ia biasa berdusta, jika berjanji ia biasa mengingkarinya, jika di beri amanat ia biasa berkhianat” (HR. Muttafaq’alaih).
Suka memaafkan
Allah berfirman yang artinya: “Orang yang bertaqwa itu adalah orang-orang yang menahan amarahnya serta memaafkan orang lain, Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebajikan” (QS.Ali Imran : 134)
Menjauhi hal yang tidak bermanfaat
Rasulullah bersabda yang artinya: “Sesungguhnya diantara kebaikan Islam seseorang adalah ia meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat baginya” (HR. Malik, Ahmad, ath Thabrani).
Menjauhi perbuatan menggunjing dan adu domba
Allah berfirman yang artinya:” Janganlah sebagian dari kalian menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kalian memakan daging saudaranya sendiri yang telah mati? Tentu kalian merasa jijik” (QS. Al Hujurat: 12). Rasululah juga bersabda yang artinya:”Tidak akan masuk surga orang yang suka mengadu domba” (HR.Muttafaq’alaih).
Amar ma’ruf nahi munkar
Rasulullah bersabda yang artinya: “Sesungguhnya di kalangan Bani Israil, jika salah seorang dari mereka malakukan kesalahan (dosa), maka orang lain tidak mencegahnya. Pada pagi harinya mereka duduk, makan dan minum seolah mereka tidak pernah melihat perbuatan dosa yang kemarin dilakukan. Melihat kondisi mereka Allah mensifati hati mereka melalui lisan Dawud dan Isa bin Maryam dengan mengatakan,”
Demikianlah, itu terjadi karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui batas”. (QS. Al Baqarah: 61).
Demi zat yang jiwaku ada dalam kekuasaanNya, sungguh telah diperintahkan atas kalian beramar ma’ruf nahi munkar, mencabut kekuasaan orang jahat dan meluruskannya pada kebenaran, atau (jika tidak demikian) Dia akan mencampakkan hati kalian dan mengutuk kalian sebagaimana Ia mengutuk mereka (Bani Israil)” (HR.Thabrani).
Menghormati tamu
Rasulullah bersabda yang artinya: “Siapa saja yang mengimani Allah dan Hari Akhir maka muliakanlah tamunya”. Para sahabat bertanya “Selebihnya itu apa ya Rasulullah? Jawab beliau,” Siang dan malamnya. Menjamu tamu itu selama tiga hari. Lebih dari itu termasuk sedekah baginya”. (HR. Muttafaq’alaih).
Menyebarkan salam
Allah berfirman yang artinya:” Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian masuk ke dalam rumah orang lain sehingga kalian mendapat izin dan mengucapkan salam kepada penghuninya” (QS. An Nur: 27).
Rasulullah bersabda yang artinya:” Apakah kalian mau aku tunjukkan sesuatu yang jika kalian lakukan akan mendapatkan jalinan cinta kasih? Yaitu sebarkanlah salam diantara kalian” ((HR. Muslim)
Semoga dengan memahami makna dari syakhshiyah islamiyah, kita dapat menata pola pikir dan pola perilaku agar senantiasa berusaha untuk menjadi hamba yang memiliki akhlaqul karimah sebagai mana dicontohkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat. Aamiin yaa Rabbal Alamiin.
Oleh: Rustatik, dkk
Aktivis Muslimah
0 Comments