Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Pembaca Al-Qur'an kok Disawer, Pengaruh Buruk Kehidupan Sekuler


TintaSiyasi.com -- Al-Qur'an adalah kitab yang mulia sebagai pedoman umat Islam dalam menjalani kehidupan ini adalah firman Allah SWT yang diturunkan kepada Rasulullah SAW melalui wahyu yang dibawa oleh malaikat Jibril as. Al-Qur'an merupakan mukjizat terbesar Rasulullah SAW yang sampai kepada kita secara mutawatir. Al-Qur'an adalah kitab yang dijaga dengan penjagaan Allah sendiri sebagaimana firman Allah SWT, “Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-Qur'an dan Kami pasti akan menjaganya.“ (QS. Al-Hijr: 9). 

Sebagai manusia yang mengaku beriman kepada Allah, terhadap kitab-kitab Allah SWT khususnya terhadap Al-Qur'an maka wajib bagi seorang Muslim menghormati dan memuliakannya. Salah satu di antara pengamalannya adalah dengan diam dan mendengarkan tatkala Al-Qur'an dibacakan. Lantas, bagaimana jadinya jika ada yang memperlakukan sang qariah bak penyanyi dangdut tatkala membacakan ayat suci Al-Qur'an?

Baru-baru ini masyarakat Indonesia dihebohkan oleh sebuah video yang beredar di media sosial yang menampilkan sebuah acara di mana sejumlah laki-laki yang diketahui sebagai panitia acara menyawer Nadia, seorang qariah dengan uang tatkala sedang membacakan Al-Qur’an. Jelas saja tindakan yang dilakukan oleh para panitia dalam acara tersebut tentu tidaklah patut ditiru. Perbuatan tersebut termasuk tindakan pelecehan terhadap pembaca Al-Qur'an terlebih terhadap Al-Qur'an yang dibacanya.

Melansir dari Kompas.com (16/01/2023), diketahui bahkan ada seorang laki-laki yang menyelipkan uang di kerudung qariah. “Dan saya tidak tahu kalau pada saat saya ngaji, panitia baik laki-laki maupun perempuan akan sawer saya,” kata Nadia. Fakta ini menunjukkan sudah hilangnya adab terhadap kitab suci yang seharusnya dijunjung tinggi.

Ini adalah bentuk penyimpangan yang kesekian dari diri seorang Muslim dalam riwayat kehidupan di akhir zaman ini. Kehidupan yang jauh dari penerapan agamanya menjadikan mereka tidak paham bagaimana benarnya bertindak. Adab terhadap Al-Qur'an pun diabaikan. Jika dibiarkan tentu saja akan berdampak pada bentuk desakralisasi Alquran. Astagafirullahaladzim

Kesakralan Al-Qur'an telah hilang jika menyamakan mendengarkan pembacaan Kalam Allah dengan mendengarkan nyanyian lagu dangdut, ini sungguh miris! Perbuatan demikian jelas salah. Apalagi dalam banyak ayat Allah sangat menjaga kemuliaan Al-Qur'an, seperti salah satu firman Allah SWT berikut yang artinya, “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (QS Al-Hijr: 9).

Sahabat beriman, apa yang menjadikan mereka demikian? Tiada lain adalah dampak kehidupan dalam kapitalisme. Sistem yang menjadikan manusia hanya berorientasi pada kesenangan duniawi dan materi semata. Orientasi ini jika tertanam dalam pikiran seorang Muslim maka ia akan lemah imannya hingga akhirnya rusak. Mereka disajikan kesenangan hingga menjadi lupa bahkan tidak paham apa tujuan hidup sesungguhnya hingga menghalalkan segala cara guna memuaskan hawa nafsu. Semua ini buah dari paham sekuler yang lahir dalam sistem kapitalisme ini. Naudzubillahimindzalik

Sistem sekuler meniscayakan pelecehan agama terjadi. Ini menjadi satu keniscayaan dalam sistem sekuler yang menjauhkan agama dari kehidupan dan justru berlandaskan HAM yang menjunjung tinggi kebebasan perilaku. Walhasil, setiap individu bisa melakukan tindakan apa pun selagi tidak merugikan orang lain. Jika pun ada yang melakukan pelecehan demikian, dipastikan hukumannya tidak akan memberi efek jera. Tidak heran jika kasus pelecehan agama makin banyak.

Kerapuhan hukumnya pun turut melanggengkan kasus pelecehan serupa terjadi. Hukum ditegakkan tidak mampu menjaga agama dan para penganutnya. Dengan dalih kebebasan, setiap individu berhak mengekspresikan tingkah lakunya. Sebagaimana kasus yang terjadi ini, pemuda yang menyawer menganggap tindakan tersebut adalah bentuk penghargaan terhadap qariah. Tetapi tanpa sadar mereka telah mengotori kesakralan Al-Qur'an. Lagi-lagi ya pengaruh kebebasan berperilaku yang mengedepankan materi.

Berbeda dengan sistem pemerintahan Islam yang kita kenal khilafah dengan syariat sebagi standar dalam berbuat banyak melahirkan generasi berkepribadian Islam. Generasi yang cinta dan bersahabatkan Al-Qur'an dalam hidupnya sebagaimana digambarkan pada diri para sahabat dan di masa khilafah yang tegak selama 13 abad lamanya. Masa yang meninggalkan banyak jejak yang patut dicontoh karena sosok mereka yang mulia dan bertakwa. Kok bisa?

Dalam sistem Islam, tentu saja apa yang kita saksikan saat ini sangat mustahil terjadi. Bagaimana mungkin? Ya, sangat mungkin sebab Islam sebenarnya telah mengajarkan bagaimana seorang muslim bersikap ketika diperdengarkan lantunan ayat suci Al-Qur'an sebagaimana yang Allah SWT firmankan yang artinya, “Jika dibacakan Al-Qur'an, dengarkanlah (dengan saksama) dan diamlah agar kamu dirahmati.” (QS Al-A’raf: 204).

Karena rahmat-Nya yang dapat diraih melalui adab terhadap Al-Qur'an ini juga, Rasulullah dan para sahabat misalnya, selalu menangis jika mendengar bacaan ayat suci Al-Qur'an sebagaimana diriwayatkan dalam hadis, “Aku mendatangi Nabi SAW dan beliau sedang shalat. Dan pada kerongkongannya ada suara seperti suara air di periuk yang mendidih. Yakni, beliau menangis.” (HR At-Tirmidzi, Ahmad, Abu Dawud, dan An-Nasa’i. Hadis ini sanadnya kuat).

Mulianya, begitu pun Imam Ahmad, menyampaikan orang yang mendengarkan ayat Al-Qur'an akan dicatat sebagai kebaikan yang berlipat ganda. MasyaAllah, tentu dengan adanya khilafah ini menjadi solusi terjaganya umat Islam dalam ketakwaanya. Karena sistem Islam mewajibkan manusia menjadikan Al-Qur'an sebagai pedoman dan harus kaffah dalam mengamalkannya. Ridha Allah menjadi satu-satunya orientasi dalam hidup.

Itulah yang diajarkan khilafah. Karenanya Al-Qur'an sedini mungkin adalah yang utama dikenalkan, diajarkan dan dipahamkan hakikatnya kepada anak-anak. Buahnya melahirkan generasi yang berakhlak mulia. So, bukankah ini adalah sebaik-baiknya sistem? Karenanya satu-satunya solusi yang tepat dan benar tiada lain tiada bukan adalah memperjuangkan kembali tegaknya khilafah. 

Semoga setelah membaca tulisan ana, kita khususnya diri saya pribadi menjadi lebih sadar bahwa memang dakwah adalah kebutuhan utama guna mencapai misi menyelamatkan umat saat ini. Umat membutuhkan adanya institusi pelindung yang akan menjaga kemuliaan Al-Qur'an dan pembacanya juga penerapannya secara kaffah dalam kehidupan. So, inilah solusinya! Ngaji Islam kaffah dan perjuangkan khilafah. Bersama muliakan Al-Qur'an, tegakkan peradaban Islam. Allahu Akbar!. []


Oleh: Aisyah Humaira
Pengemban Dakwah
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments