Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Kejahatan Anak Menjadi-jadi, Bukti Minimnya Iman

TintaSiyasi.com -- Siapa yang tidak ingin hidup aman? Bisa dipastikan semua orang ingin mendapatkannya. Segala aktivitas akan aman terjaga tanpa dihantui rasa takut akan adanya pelaku kejahatan yang mengancam. Namun, tampaknya ini hanyalah mimpi di siang bolong. Bagaimana tidak, seperti yang terlihat oleh mata kita bahwa kejahatan membanjir di mana-mana tanpa pandang usia. Siapa pun bisa menjadi sasarannya. 

Sebagaimana yang dialami oleh bocah perempuan usia enam tahun yang diculik oleh pemulung di Gunung Sahari Jakarta Pusat (Jakpus) selama hampir satu bulan. Ia dipaksa oleh pelaku untuk memungut barang-barang bekas di jalanan. Sang Ibu korban menceritakan bahwa sang anak kerap dimarahi hingga dipukuli oleh pelaku. Sang Ibu menceritakan pula bahwa sang anak mengeluh kakinya sakit sebab dipaksa oleh pelaku siang malam menyusuri jalanan untuk mengumpulkan barang-barang bekas (Jakarta, 04 Januari 2023).

Jakarta, CNN Indonesia juga mengabarkan bahwa pelaku tercatat sebagai eksnarapidana. Pihak kepolisian mengatakan bahwa sang pelaku pernah dipenjara selama tujuh tahun akibat pencabulan kepada anak di bawah umur. 

Astaghfirullahalazim, sedih sekali rasanya melihat kondisi negeri ini dengan berbagai problematika yang kian menjerat masyarakat. Namun pada dasarnya, kasus seperti ini bukan kali pertama terjadi. Keluguan anak-anak menjadi salah satu penyebab berbagai tindak kejahatan menyasar padanya. Masih banyak kasus yang menimpa anak-anak tak berdosa di luar sana yang belum terpergok.

Meroketnya angka kejahatan di negeri ini tentu ada penyebabnya. Tidak mungkin jika ada asap namun tidak ada api. Maka ada dua faktor yang menyebabkan tingginya kejahatan di negeri ini yakni:

Pertama faktor internal, yaitu dari diri individu itu sendiri yang lemah imanannya. Sehingga dengan mudah menghalalkan segala cara demi memenuhi kebutuhannya. Dan orang semacam ini cenderung memiliki pemikiran yang pragmatis (instan dalam berfikir) sehingga dalam menyelesaikan masalah tidak dipikirkan apakah menimbulkan dampak dari perbuatannya atau tidak. Ketika seseorang sudah lemah iman juga ilmu agama maka amat sangat mudah termakan oleh bisikan-bisikan setan. 

Kedua faktor eksternal, yaitu masyarakat dan negara. Banyak sekali saat ini kita jumpai masyarakat yang individual atau kurangnya rasa kepedulian pada tetangga juga lingkungan sekitar. Mereka tidak tau kondisi tetangganya apakah baik-baik saja atau sebaliknya. Misalnya ada yang tidak tercukupi kebutuhan pokoknya, dan itu dibiarkan. Bukan hanya itu, masyarakat juga minim rasa kepedulian dalam amar ma'ruf nahi munkar (saling menasehati dalam kebaikan dan mencegah dalam keburukan). 

Adapun negara, kita tau kondisi negara kita saat ini yang cenderung memilih untuk berlepas tangan terhadap urusan rakyat. Rakyat dibiarkan berjuang sendiri dalam memenuhi kebutuhannya atau menyelesaikan persoalannya. 

Kebijakan-kebijakan yang lahir dari akal manusia yang lemah akan semakin menambah angka kemiskinan negri ini. Ketika angka kemiskinan itu melambung tinggi, maka bisa dipastikan angka kriminalitas pun melonjak. Mengapa demikian? Sebab kejahatan dan kemiskinan bagai dua sisi koin yang tak bisa dipisahkan. 

Permasalahan dalam hal ekonomi memang kerap kali menjadi sebab munculnya problem baru. Berawal dari tuntutan memenuhi hajatul udwiyah (kebutuhan hidup) sebagaiman kelaziman seorang manusia, akhirnya bisa mengantar seseorang untuk bertindak kejam. Lebih-lebih pada kondisi saat ini yang minimnya lapangan kerja atau pun sulit untuk mencari nafkah sehingga banyak yang 'terpaksa' melakukan cara instan untuk memperolehnya. 

Namun, kita tau hukuman yang ditetapkan kepada pelaku tidaklah tegas. Sehingga menimbulkan peluang besar bagi para pelaku itu sendiri atau pun orang lain untuk melakukan kejahatan yang sama atau bahkan lebih parah lagi. 

Inilah faktor-faktor yang menjadi penyebab menjamurnya kriminalitas yang terjadi di dalam negri. Tak lepas dari sistem yang dianut oleh negri ini, yakni kapitalisme sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan. Sistem yang aturannya lahir dari akal manusia yang lemah lagi terbatas. Tak peduli apakah Allah ridha atau tidak. 

Ketika sekularisme telah terbukti dengan peringkat tertinggi dalam menyuburkan kriminalitas dan berbagai kegagalan di berbagai bidang, lain halnya dengan Islam yang mampu mengatasi segala problematika. Islam selalu memiliki cara untuk menyelesaikan segala persoalan yang ada sehingga masyarakat hidup dalam lingkungan yang aman dan nyaman. Di antaranya :

Pertama, dilakukan pembinaan akidah setiap individu sehingga terbentuk iman yang kokoh. Keimanan dan ketaqwaan yang kokoh akan menjadi bekal dan landasan dalam menyusuri lembaran-lembaran kehidupan. Akan timbul rasa takut pada Allah dalam jiwanya dan senantiasa merasa diawasi oleh Allah SWT. Ia sadar bahwa kelak akan ada hari di mana setiap manusia akan dimintai pertanggungjawabannya. Ia akan senantiasa menakar perbuatannya apakah sesuai dengan syariat-Nya atau tidak. 

Kedua, masyarakat juga dibina dengan Islam untuk senantiasa amar makruf nahi mungkar sehingga timbul rasa peduli terhadap orang lain. Seperti membantu ketika sulit, menasehati ketika salah. Sehingga terbentuklah masyarakat yang memiliki kepekaan sosial yang tinggi. 

Ketiga, pejabat atau aparat negara bertugas secara optimal dalam menjalankan amanahnya. Melayani dan menjaga keamanan dalam negara. Islami membina nafsiyah para penanggung jawab keamanan agar lillah dalam bertugas. Orientasi yang tertanam dalam jiwanya adalah akhirat, bukan materi duniawi. Mereka menegakkan hukuman kepada siapapun yang bermaksiat tanpa pandang bulu. 

Keempat, negara akan menjamin hak-hak rakyatnya atas dasar amanah berat yang Ia pikul. Sebagai contoh, negara memberikan lapangan pekerjaan yang luas sehingga tidak ada alasan seseorang mencuri atau melakukan kejahatan sebab terdesak ekonomi. 

Keempat faktor tersebut dapat meminimalisir terjadinya kejahatan seperti halnya kasus yang menimpa bocah perempuan usia enam tahun ini. Dan jika masih terjadi, maka negara akan berlaku tegas terhadap pelaku dan memberikan sanksi yang setimpal sehingga menyebabkan pelaku jera dan menjadikan orang-orang yang menyaksikan pun enggan untuk mengikutinya. 

Demikianlah cara Islam mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Perempuan dan anak-anak hanya akan aman dalam naungan sistem Islam rancangan Allah SWT yang memiliki aturan menyeluruh dari segala aspek. Terbukti tidak ada sedikit pun kecacatan ketika hukum Allah yang menjadi landasan dalam berpikir dan berprilaku. Maka, harapan yang didambakan akan terwujud jika sistem Islami diterapkan di tengah-tengah umat. 

Wallahu a'lam bishshawab. []


Oleh: Afifah Qia
Part of @geosantri.id
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments