Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Ojol dan Opang Pangkalan Kembali Konflik, di Mana Peran Negara?

TintaSiyasi.com -- Sebuah video amatir beredar di sosial media, menunjukan ratusan pengemudi Ojek Online (Ojol) melakukan penggerudukan terhadap Ojek Pangkalan (Opang) di Pasir Impun, Bandung pada Selasa, 3 Januari 2023. Dalam video tersebut, sebuah spanduk bertuliskan larangan Ojol melintas di Kawasan Pasir Impun dirusak. Sejumlah pengemudi Ojol juga melakukan pengerusakan terhadap pos ojek pangkalan Pasir Impun. Namun kericuhan yang terjadi tidak sampai menimbulkan kontak fisik antar pengemudi (jabar.inesw.id 03/01/2023). 

Kericuhan yang terjadi bukan tanpa alasan. Pada hari sebelumnya (2 Januari 2023), sebuah video dari akun tiktok @azzamberkahgallery menunjukan intimidasi yang dilakukan oleh sejumlah Ojek Pangkalan Pasir Impun. Mobil dihentikan secara paksa. Pengemudi dan penumpang diminta untuk turun. Mereka menolak, namun Ojek Pangkalan tetap memaksa turun. Peristiwa inilah yang memicu solidaritas Ojol untuk melakukan perlawanan atas intimidasi yang diterima pengemudi online. Seolah sudah jengah, karena baik taksi online maupun Ojek Online sama-sama tidak dibiarkan melintas di Kawasan Pasir Impun untuk menjemput penumpang oleh Ojek Pangkalan. 

Akibat Kekhawatiran Berlebih 

Kericuhan yang terjadi antara Ojol dan Opang tentu saja sangat disayangkan. Kericuhan ini memang bukan yang pertama kali terjadi, baik di Bandung maupun di kota besar lainnya yang memiliki layanan Ojol. Sejak kemunculan Ojol 2015 lalu, pengemudi Opang memang menentang keras kehadirannya karena dianggap mengambil lahan rezeki milik mereka. Penetapan zona merah di beberapa Kawasan oleh Opang adalah bukti kekhawatiran mereka akan kehilangan rezeki. Bahkan saat ini, setelah 7 tahun kehadiran Ojol, Konflik antara Ojol dan Opang masih memanas. 

Di tengah kehidupan yang serba sulit, kekhawatiran akan rezeki memanglah wajar. Untuk memenuhi kebutuhan pokok saja sudah sangat sulit dengan penghasilan yang tidak menentu. Maka kehadiran Ojol hanya dipandang oleh Opang sebagai saingan dalam mata pencaharian. Padahal, baik Ojol maupun Opang, sama-sama sedang berjuang untuk nafkahnya dan keluarganya masing-masing. 

Kekhawatiran berlebihan terhadap rezeki muncul karena belum sepenuhnya memahami konsep rezeki yang telah Allah SWT tetapkan. Disinilah dibutuhkan penerapan akidah dalam kehidupan. Islam bukan hanya agama ruhiyah yang mengatur bagaimana manusia beribadah kepada penciptanya. Namun akidah Islam juga harus nampak dari seorang muslim dalam kehidupan sehari-hari. 

Kekhawatiran berlebihan terhadap rezeki pada kehidupan saat ini juga muncul karena ketiadaan peran negara dalam mengurusi hak-hak dasar rakyatnya. Tidak hanya Ojol ataupun Opang, setiap orang saat ini harus berjuang sendirian dalam memenuhi kebutuhan asasinya, seperti harga pangan yang murah, pendidikan, dan Kesehatan. Semuanya harus dibeli oleh rakyat. Selain itu, bagi individu dengan kemampuan yang terbatas tentu amatlah sulit untuk mendapatkan lapangan pekerjaan. Negara pun tidak hadir dalam memberikan akses lapangan kerja sehingga dengan bekal kemampuan yang terbatas, kelompok masyarakat ini semakin sulit untuk bisa mencari nafkah bagi dirinya dan keluarganya. 

Rezeki dalam Islam 

Allah SWT telah menjamin rezeki setiap makhluknya di bumi ini. Allah SWT berfirman, 
“Dan tidak ada satupun makhluk yang berjalan di muka bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya” (Huud: 6)
Allah SWT telah menjamin rezeki setiap makhluknya, maka jika sudah memiliki keyakinan ini tidak akan ada kekhawatiran rezeki akan diambil orang lain, karena masing-masing sudah Allah tetapkan rezekinya. Oleh karena itu, kehadiran Ojol semestinya tidak dipandang sebagai ancaman oleh Opang. Jika Allah sebagai pencipta sudah menjamin rezeki, maka tidak akan ada yang mampu menghentikannya. Tugas manusia hanya menjemputnya, dengan cara yang halal tentunya. 

Kadar rezeki setiap orang bisa jadi berbeda. Manusia tidak ada yang mengetahui berapa banyak rezeki yang akan ia dapatkan. Sebagian orang Allah lebihkan rezeki berupa harta dari pada yang lain. Ini merupakan ketetapan Allah SWT yang tidak bisa manusia ubah. Allah SWT berfirman, 
“Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia (pula) yang menyempitkan baginya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu” (Al-‘Ankabuut: 62).

Namun, sebagai seorang muslim hal ini tidak lantas mengecilkan hati atau menggugat pada Allah SWT atas rezeki yang selama ini ia terima. Karena pada hakikatnya, kelapangan maupun kesempitan rezeki adalah sama-sama ujian. Kelapangan rezeki bukanlah tanda kemuliaan, kesempitan rezeki bukan pula tanda kehinaan dari Allah SWT. Hanya yang paling bertakwalah yang paling baik di hadapan Allah SWT. Seorang muslim akan bersabar dalam kesempitan. Bila ia dalam kelapangan, maka ia akan sadar bahwa semua yang ia dapatkan hanyalah titipan dari Allah SWT. Titipan yang harus digunakan sesuai kehendak-Nya. Juga tidak boleh jadi lalai karena harta yang dimilikinya. 

Peran Negara Mengurusi Rakyat

Konflik antara Ojol dan Opang di Pasir Impun, Bandung beberapa hari yang lalu akhirnya diselesaikan secara mediasi oleh Polsek Antapani. Pihak berwenang hanya memandang perseteruan ini sebagai sebuah kesalahpahaman akibat tidak adanya “permisi” dari pihak Taksi Online yang melintas di Pasir Impun. Sementara keberatan dari pihak Ojol atas penetapan zona merah yang ditetapkan oleh Opang tidak terselesaikan. Ojol tetap tidak bisa melintas di Kawasan zona merah. Tidak hanya Ojol yang merasa dirugikan oleh pihak Opang, namun masyarakat juga merasa dirugikan karena menjadi kesulitan mendapatkan layanan Ojol. Padahal Ojol merupakan salah satu transportasi yang bisa diandalkan. 

Kebutuhan masyarakat terhadap transportasi yang memadai dan efisien sesungguhnya adalah tugas negara untuk menyediakannya. Negara semestinya mampu menyediakan moda transportasi masal yang mampu menjangkau setiap titik yang mudah dijangkau oleh masyarakat. Sehingga masyarakat tidak perlu pusing memilih Ojol atau Opang, bila transportasi umum yang disediakan negara memadai. 
Pada sistem kapitalisme saat ini, para pemilik modal diberi hak untuk menguasai hajat hidup masyarakat. Akhirnya, terjadilah ‘saling sikut’ antara Ojol yang merupakan mitra dari perusahaan swasta dan Opang yang merupakan rakyat biasa. 

Negara juga abai dalam pemenuhan hak-hak dasar rakyat, seperti ketersediaan pangan dengan harga yang murah, pendidikan serta Kesehatan. Dalam pandangan Islam, adalah kewajiban negara untuk memberikan hak-hak dasar rakyat secara Cuma-Cuma. Sehingga beban kepala keluarga dalam mencari nafkah tidak akan terlalu berat seperti saat ini. 

Negara yang menjadikan Islam sebagai landasannya akan mendorong setiap individu untuk menunaikan kewajibannya mencari nafkah dengan memberikan lapangan pekerjaan. Seseorang menjadi Opang mungkin bukanlah pilihannya. Karena ia tidak memiliki skill atau kemampuan lain, maka menjadi Opang dijalaninya. Maka disini juga dibutuhkan peran negara dalam membekali rakyatnya kemampuan / skill yang bisa dijadikan mata pencahariannya. 
Islam memandang negara sebagai pelayan bagi rakyatnya. Rasulullah SAW bersabda, 
“Pemimpin manusia adalah pengurus mereka dan dia bertanggung jawab atas (urusan) rakyatnya.” (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, at-Tirmidzi dan Ahmad). 

Negara yang menjadikan Al-Qur’an dan Sunnah dalam sebagai landasannya tidak akan memandang rakyat sebagai beban. Setiap urusan rakyat menjadi tanggung jawabnya dan akan berupaya maksimal dalam pemenuhannya. Untuk mengurusi rakyat, Islam perlu diterapkan secara kaffah. Tidak hanya menanamkan akidah bahwa Allah SWT sebagai penjamin rezeki pada setiap individu muslim, namun juga setiap syariat perlu ditegakkan dalam kehidupan. 

Sistem ekonomi Islam akan menopang seluruh kebutuhan asasi rakyat. Sistem pendidikan akan menghasilkan generasi yang bertakwa dan memiliki skill untuk bekal kehidupan. sistem pergaulan juga diatur sedemikian rupa sesuai dengan panduan hukum Islam di ruang-ruang publik. Tidak ada campur baur antara laki-laki dalam perempuan dalam transportasi publik. Maka negara harus menyediakan trnasportasi publik yang aman, nyaman dan efisian bagi seluruh rakyatnya tanpa mengabaikan hukum-hukum Allah SWT dalam sistem pergaulan. 
Demikianlah Islam mampu menyelesaikan setiap permasalahan umat manusia. Sistem kehidupan yang manusia ciptakan tidak akan mampu menggantikan hukum-hukum sempurna yang telah Allah SWT ciptakan. Saatnya umat manusia hanya Kembali pada hukum-hukum pencipta-Nya. 
Wallahu’alam bishawab

Oleh: Tita Rahayu Sulaeman
Aktivis Muslimah

Baca Juga

Post a Comment

0 Comments