Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Viral Nyawer Qariah, Bentuk Apresiasi?


TintaSiyasi.com -- Media sosial digegerkan dengan video ustazah yang disawer saat membaca Al-Qur'an. Terlihat dalam video uang sawer berhamburan dan uang sawer yang dikalungkan pada ustazah, hingga qariah berhenti untuk melepas kalung uang tersebut. Namun ternyata fenomena tersebut sudah terjadi sejak lama dan bukan hanya dialami oleh seorang ustazah. Seperti di akun Twitter @herricahyadi, yang memperlihatkan qari juga mengalami hal yang sama. Bahkan jemaahnya lebih tidak sopan karena menyelipkan paksa uangnya di dalam peci sang qari (suara.com, 06/01/2023).

Hal ini menuai beragam kecaman berbagai pihak termasuk MUI Jateng, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Tengah menyampaikan bahwa sawer qori yang saat ini viral sangat tidak etis dan peristiwa tersebut bisa ditarik ke ranah penghinaan atau penistaan agama, juga disebutkan perilaku tersebut bisa masuk unsur pidana. Sehingga Ketua MUI tersebut menghimbau kepada pelaku penyawer yang viral untuk segera meminta maaf kepada pihak yang merasa dirugikan. Jika sudah minta maaf maka dimaafkan dan meminta kepada masyarakat yang merasa tidak terima dengan perilaku penyawer tersebut untuk tidak lagi memperpanjang masalah tersebut (rmoljawatengah.id, 06/01/2023).

Begitu juga yang dimuat dalam laman (pikiran-rakyat.com, 05/01/2023). Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Dakwah dan Ukhuwah, KH Cholil Nafis mengecam tindakan warga Pandeglang, Banten, yang sawer Qariah ketika melantunkan ayat suci Al-Qur’an. Bukan hanya menyawer ustadzah yang tengah mengaji, terlihat satu pria berpeci hitam yang bahkan menyelipkan uang lembaran ke antara kerudung sang qariah. Sehingga hal ini dikecam oleh MUI. Melalui Cholil Nafis di akun Twitternya, @cholilnafis, MUI menegaskan tindakan demikian haram dan sangat melanggar adab kesopanan. tak menghormati majelis. Perbuatan haram dan melanggar nilai-nilai kesopanan.

Bukan hanya sekadar diapresiasi tapi untuk dipahami artinya, dipelajari dan diterapkan di kehidupan. Terlepas bagaimana hukum qari terutama qariah tampil di depan umum. Tidak dengan minta maaf penstaan selesai. Bentuk penistaan bagaimana lagi yang akan tercipta di kapitalisme liberalisme.

Tidak habis pikir, bagaimana bisa memikirkan aktivitas membaca Al-Qur'an yang dilantunkan oleh seorang qari dan qariah seolah disamakan dengan aktivitas dangdut yang lebih identik dengan aktivitas seronok, dan aktivitas ibadah dicampur nuansa dangdut. Jika memang ingin mengapresiasi karena suara bagus apakah tidak bisa dengan memberikan melalui panitia, dan dikasihkan di belakang panggung bukan memberikan seperti sawer pada biduwan dalam dangdut. Di sistem sekuler kapitalisme saat ini, standar kebahagiaan dan kesenangan dan kebahagiaan yang tidak jelas, mengikuti hawa nafsu dan standar kebahagiaan yang diukur dari materi. Sangat wajar ketika ada pemahaman dalam diri seorang menilai menyenangkan itu, ketika bisa nyawer tapi bukan untuk dangdutan karena dangdutan tidak boleh maka mencari cara lain agar bisa tetap nyawer. Sehingga muncul trend nyawer qari dan qariah yang dianggap baik. Qari seolah menjadi hiburan pengganti dangdutan.

Inilah fakta yang terjadi pada kaum Muslim, sangat jauhnya dari pemahaman Islam yang benar, tidak mengetahui batasan syariat Islam mana yang harus dijalankan dan mana yang harusnya tidak layak dijalankan. Bahkan tidak mengetahui mana tindakan yang justru melecehkan Islam. Di sisi lain, ketidaknyamanan qari ketika disawer dalam beberapa video terlihat dan dengan keterbatasannya tidak bisa menghentikan orang yang nyawer dan hanya bisa menyampaikan ketika di belakang panggung kepada panitia. Ketika qari tidak bisa menghentikan, maka panitia penyelenggara harus bergerak untuk menghentikan bahkan mensosialisasikan sebelum acara. Peran negara juga sangat besar dalam hal ini, bagaimana negara harusnya membuat aturan terkait hal yang melecehkan agama yang harus ditindak tegas dan memberikan hukuman yang membuat pelaku jera. Sehingga tindak pelecehan terhadap agama terutama islam tidak akan terjadi lagi. Karena banyak tindak pelecehan agama islam yang sudah terjadi di negeri ini dari mulai oknum, masyarakat, bahkan dilakukan penguasa. 

Maka tidak cukup jika dikatakan menghimbau kepada pelaku penyawer yang viral untuk segera meminta maaf kepada pihak yang merasa dirugikan. Jika sudah minta maaf maka dimaafkan dan meminta kepada masyarakat yang merasa tidak terima dengan perilaku penyawer tersebut untuk tidak lagi memperpanjang masalah tersebut. 

Pertanyaannya, apakah dengan himbauan pelaku pelecehan agama berhenti bahkan berkurang di negeri ini? Tentu tidak dan akan makin menjamur, juga makin banyak muncul tindak pelecehan agama dengan gaya baru. 

Al-Qur'an itu sarana Allah membimbing hidup hamba-Nya. Sejauh apa hati kita akrab dengan Al-Qur'an, sebesar itu pula daya hidup ruhnya menghadapi berbagai ujian. Ruh yang kurang asupan Al-Qur'an akan sakit, sebagaimana yang tak pernah mendapat makanan akan sekarat. Maka Rasulullah adalah sehebat-hebat manusia dalam menanggung beban ujian untuk diri, dan bahkan beban umatnya. Karena di dalam dadanya, Al-Qur'an itu hidup memesrai ruh pengabdiannya. Maka ketika sistem saat ini membiarkan pedoman hidup manusia dilecehkan harusnya seluruh kaum Muslim geram dan marah. Bagaimana bisa pedoman hidup manusia ketika dibacakan yang harusnya didengarkan juga diresapi artinya malah dilecehkan dengan demikian. Pedoman hidup yang harusnya dibaca, dipelajari, dipahami dan diterapkan. Malah dijadikan bahan senda gurau demi kesenangan dunia. Inilah bukti bobroknya sistem ini, memuja kebebasan melakukan apapun termasuk bebas melecehkan agama. Umat Islam terbelenggu gaya hidup liberal sekuler. Atas nama kebebasan, agama tidak berhak mengatur hidup manusia, dan kebebasan dijadikan legitimasi untuk berbuat apa pun sekehendak hatinya.

Sehingga umat Islam harus kembali pada ajaran Islam secara kaffah. Menjadikan Islam sebagai standar berbuat, berpikir, dan bersikap. Menjadikan Al-Qur’an sebagai penutun hidup, induk dari segala serba-serbi kebaikan dan keberkahan seisi bumi. Membedakan mana yang haq dan batil, menjadi cahaya yang menyingkap segala gelap dan menjelaskan semua hakekat. Inilah Al-Qur’an yang jika suatu kaum membaca dan mengkajinya maka rahmat dicurahkan, malaikat menaungkan sayap-sayapnya, sakinah turun ke dalam hati mereka dan Allah mengampuni segala dosanya. []


Oleh: Safda Sae, S.Sosio 
Aktivis Dakwah Kampus
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments