Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Jual Kemiskinan demi Cuan


TintaSiyasi.com -- Bak kata pepatah “uang bukanlah segalanya tetapi segalanya butuh uang”. Ukuran kehidupan hari ini hanya diukur dengan uang demi memenuhi kebutuhan dan juga gaya hidup. Orang-orang dengan ekonomi rendah memutar otak mencari penghasilan dengan praktis tetapi tidak menguras tenaga, salah satunya dengan menjadi pengemis online di platform tiktok. Aksi mereka membuat gajat maya terguncang pasalnya mereka beraksi sambil mandi lumpur, mandi di kolam berjam-jam berharap penonton memberikan gift atas aksi mereka. Satu koin dibandrol dengan harag RP. 250 sedangkan gift termahal dengan stiker TikTok univers jika dirupiahkan senilai Rp. 8 juta. 

Menurut Devie Rahmawati, Sosiolog dari Universitas Indonesia aksi ngemis online ini sudah terjadi sejak lama. Tetapi mulai mekar sejak pandemi covid 19 dan dianggap menguntungkan karena mudah, menjangkau potensi yang luas untuk dimintai pertolongan, bagi para pecandu obat-obat terlarang ini merupakan cara mudah untuk mudah untuk mendapatakan uang, memenuhi gaya hidup melalui jalan pintas, dan adanya sindikat kejahatan. Mereka mengeksploitasi kemiskinan di media sosial untuk meraih keuntungan (BBC News, 13/01/2023).

Mirisnya Direktur Jendral Informasi Dan Komunikasi Publik Kementrian Komunikasi dan Informatika menganggap hal ini bukanlah suatu bahaya. Sedangkan Tri Rismaharini, Menteri Sosial akan menyurati pemerintah daerah untuk menindak fenomena ngemis onlie di tiktok tak hanya yang online tetapi juga aksi ngemis di jalanan secara konvensional.


Sadisnya Hidup di Era Kapitalisme

Fenomena ini tidak akan terjadi secara tiba-tiba tanpa ada penyebab, diketahui bahwa aksi ini semakin marak sejak Covid-19 dan ditambah lagi dengan adanya pemutusan hubungan kerja secara besar-besaran oleh perusahaan. Tentu ini menjadi jalan pintas bagi para pengemis online untuk memperoleh cuan. Ada beberapa faktor membuat aksi negmis ini menjamur di media sosial dengan melakukan hal-hal ekstrem. 

Pertama, tuntutan gaya hidup. Nilai kebahagiaan dalam kapitalisme hanya diukur dengan materi yaitu uang, barang merah, makan mahal dan lainnya. Demi memenuhi ekspektasi tersebut mereka melakukan berbagai cara untuk memperoleh cuan secara mudah termasuk mengeksploitasi kemiskinan mereka untuk mengharapkan belas kasihan para penonton. Kapitalisme mengiring umat manusia dengan gaya hidup hedonisme yaitu pandangan hidup yang diwujudkan dalam bentuk gaya hidup dimana kenikmatan atau kebahagiaan pribadi menjadi tujuan utama dalam menjalani hidup. Sebagai seorang muslim jelas pandangan ini adalah pandangan yang salah yang tidak diajarkan oleh Rasulullah. 

Kedua, lemahnya peran negara dalam memberantas kemiskinan. Kehidupan yang semakin sempit dan lapangan pekerjaan yang minim membuat masyarakat semakin tercekik ditambah lagi dengan bahan pangan yang semakin mahal membuat masyarakat mencari solusi sendiri untuk memenuhi kebutuhannya. Akhirnya muncullah fenomena ngemis online ataupun negmis offline dengan menjual wajah kesedihan mereka demi memenuhi kebutuhan hidup. Seharusnya negara bertanggung jawab mengurusi umat termasuk memberantas kemiskinan. Kejamnya, dalam sistem kapitalisme antara rakyat dan pemerintah hanya dianggap kontrak kerja. Rakyat seolah bukan tanggung jawab negara.

Ketiga, krisis tujuan hidup. Ini semua akibat perang pemikiran yang diluncurkan oleh kafir penjajah untuk menjatuhkan Islam dengan mengedepankan food, fun, dan fashion sebagai tanda kesuksesan. Kesuksesaan hanya dipandang dari segi materi bila tidak dapat memenuhi hal tersebut maka ia akan merasa sangat stres dan orang yang paling hina. Padahal kesuksesan yang sesungguhnya tidak dipandang dari segi harta melainkan ketakwaan kepada Allah. Sehingga orang-orang yang menganggap kesuksesan hidup adalah materi akan menghalalkan segala cara untuk mencari uang termasuk merendahkan diri sendiri depan media sosial. Mirisnya platform itu sendiri juga akan memperoleh keuntungan dengan ada nya fenomena ini. Sehingga ini sudah menjadi siklus saling memanfaatkan sesuai asas kapitalisme.


Sejahtera Hanya dengan Islam

Rasulullah sudah memberikan peringatan kepada orang yang suka meminta-minta hanya untuk memperkaya diri bukan untuk memenuhi kebutuhannya dalam sabdanya yang berbunyi:

Barangsiapa membukakan bagi dirinya pintu meminta-minta tanpa kebutuhan yang mendesak, atau bukan karena kemiskinan yang tidak mampu bekerja, maka Allah akan membukakan baginya pintu kemiskinan dari jalan yang tidak disangka-sangka.” (HR. Baihaqi).

Barangsiapa yang meminta harta benda kepada orang lain dengan tujuan memperbanyak (kekayaan), maka sebenarnya dia meminta bara api, karena itu terserah kepadanya mau memperolehnya sedikit atau memperolehnya banyak.” (HR. Muslim).

Hadis di atas cukup memberikan peringatan kepada umat manusia bahwasanya haram hukumnya meminta-minta untuk memperkaya diri, sedangkan bagi mereka yang tidak berkecukupan maka usaha yang dapat dilakukannya adalah tetap beriktiar bekerja mencari rezekinya Allah SWT tanpa harus meminta-minta. Rasulullah bersabda, “jika salah seoarang diantara kalian pergi di pagi hari lalu mencari kayu bakar yang di panggul di punggungnya (lalu menjualnya), kemudian bersedekah dengan hasilnya dan merasa cukup dari apa yang ada si tangan orang lain, maka itu lebih baik baik baginya dari pada ia meminta-minta kepada orang lain, baik mereka memberi atau tidak, kerena tangan di atas lebih baik dari pada tangan dibawah. Dan mulailah dengan menafkahi orang yang engkau tanggung.” (HR. Bukhari).

Fenomena ngemis online tidak hanya terjadi satu atau dua kasus saja tetapi terjadi pada banyak kasus, jika negara menjalankan perannya secara maksimal tidak akan ada bermunculan profesi untuk menjadi pengemis. Maka seharusnya negara juga turut meriayah warganya untuk harkat dan martabatnya sesuai dengan perintah Allah. Disini tidak cuma negara tetapi kontrol masyarakat juga diperlukan untuk saling menasihati agar terciptanya kepedulian sesama individu untuk tetap berada di jalan Allah. Pemimpin ibaratnya seorang gembala memastikan semua warganya tidak terjerat kemiskinan karena negara bertanggung jawab atas kebutuhan pokok warganya.


Khatimah

Sebagai seorang yang sadar akan kerusakan yang terjadi akibat dari tidak adanya penerapan hukum Islam secara kaffah hendaklah kita selau mendakwahkan kepada lingkungan kita tentang betapa rusaknya sistem hari ini dan hanya dengan Islamlah kesejahteraan itu akan datang sesuai dengan janji Allah. []


Oleh: Putri Cahaya Illahi
Aktivis Muslimah
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments