Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Generasi Islam Mulia dengan Visi Misinya


TintaSiyasi.com -- Aksi tawuran berdarah di kota Palembang makin masif, sempat mereda selama pandemi kini mulai marak lagi. Terakhir kasus tawuran di Palembang Minggu 15 Januari 2023. Satu orang dikabarkan tewas.

Masifnya aksi tawuran ini mulai terjadi di akhir tahun dan jelang tahun baru 2023, dan puncaknya hari ini, satu korban tewas bersimbah darah. Catatan sumeks.co tawuran itu mulai marak kembali, meski sempat beberapa kali digagalkan anggota polisi. Di antaranya: 

Senin, 8 Januari 2023 sekelompok remaja di Palembang diamankan Polsek Kalidoni. Mereka akan melakukan aksi tawuran di Lorong Ramayana Kelurahan Kalidoni, Kecamatan Kalidoni Palembang, dini hari 00.30 WIB. Delapan buah senjata tajam, tiga unit sepeda motor diamankan polisi. Mereka adalah MB (17), Ra (18), RP (21), dan MR (21). 

Tawuran pelajar memang jadi permasalahan dari masa ke masa. Mata rantai dendam yang tak pernah putus diajarkan senior ke yuniornya. Naluri untuk berkelompok praktis mencerabut rasa takut saat mereka berada dalam kawanannya. Sejak generasi X sampai generasi digital seperti sekarang tawuran intensitasnya tak mengendur bahkan semakin subur.

Bukan tanpa sebab, ada banyak faktor yang melatar belakangi para pemuda di masa sekarang melakukan hal tersebut, di antaranya:
Pertama. Minimnya visi dan misi generasi masa kini.
Kedua. Tidak adanya madrasah pembentukan kepribadian anak di rumah.
Ketiga. Kurikulum sekuler masih diadopsi.
Keempat. Tidak adanya visi negara dalam menyelamatkan generasi.
Lantas timbullah pertanyaan seputar remaja yang tak punya visi ini, siapa yang harus disalahkan atas kekacauan yang terjadi di kalangan remaja masa kini?

Setali tiga uang dengan ibu. Jargon pemberdayaan perempuan telah membuat para ibu melupakan kodratnya sebagai ummun wa rabbatul bayt. Sebagai dampaknya, ibu pun turut absen dalam memantau perkembangan anak. Ayah dan ibu tak lagi merasa perlu untuk membentuk kepribadian anak dengan menanamkan nilai-nilai ketakwaan padanya. Anak jauh dari Islam pun mereka tak merasa resah.

Anak yang semestinya memiliki komunikasi yang baik dengan orang tuanya malah merasa asing berada di rumahnya sendiri. Semua problematika anak ditumpahkan pada teman-temannya. Belum lagi abainya negara dengan sebuah generasi makin memperparah generasi itu sendiri. Apa solusi untuk semua ini?

Tidak banyak orang faham akan Islam, mereka hanya mengetahui Islam adalah sebuah agama mayoritas di negeri ini tapi yang mereka tidak tahu bahwa Islam adalah agama dan juga ideologi yang memiliki aturan yang menyeluruh untuk mengatasi semua problematika hidup manusia. Pun ketika berbicara tentang remaja, dalam Islam, remaja akan senantiasa diurusi karena Islam tahu remaja ini akan menjadi ujung tombak peradaban. 

Remaja dalam Islam akan di bentuk kepribadiannya agar memiliki syakhsiyah islamiyah, agar pola pikir dan pola sikap remaja ini bisa terikat dengan syariat Islam. 

Remaja yang bersyakhsiyah islamiyah akan memahami makna hidup. Pemahaman terhadap makna hidup yang hakiki akan membuat mereka menjadi remaja yang bertakwa dan produktif. Berkelompoknya mereka akan membentuk kelompok yang membawa kemaslahatan bagi umat manusia. Bukan kelompok yang membawa kerusakan dengan berkelahi sana-sini. Pastinya di sini keluarga berperan penting dalam pembentukan syakhsiyah Islam tersebut.

Adapun negara memiliki peran yang paling sentral, yakni penggunaan kurikulum yang berbasis Islam. Dengannya ditetapkan tujuan-tujuan pembelajaran yang menghantarkan seorang anak pada ketaatan. Pembuatan kurikulum yang berdasarkan akidah Islam dan paradigma pendidikan berbasis Islam.

Demikianlah bagaimana Islam menyelesaikan problematika umat dengan sangat sempurna karena aturan yang ada dalam Islam bukan buatan manusia tapi dari Sang Khaliq, Pencipta manusia yang mahasempurna, Allah SWT. Maka dari itu sudah sepatutnya remaja generasi masa kini kembali kepada Islam, agar kelak menjadi generasi peradaban yang cemerlang yang tertulis dalam sejarah kejayaan umat Islam. []


Oleh: Nanis Nursyifa
Aktivis Muslimah
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments