TintaSiyasi.com -- Di zaman serba online, ternyata muncul juga yang namanya pengemis online. Teknologi makin canggih, cara mengemis pun ikutan canggih. Alih-alih memanfaatkan cara mengeruk cuan mudah dan cepat, mengemis lewat jalur online pun dilakukan dengan menggunakan aplikasi yang sedang naik daun yakni TikTok.
Menteri Sosial Tri Rismaharini pun turun tangan. Mensos mengaku bakal menyurati pemerintah daerah (pemda) untuk menindak orang-orang yang melakukan fenomena "ngemis online" di media TikTok. Beliau menegaskan bahwa fenomena mengemis baik online maupun offline memang tidak diperbolehkan (nasional.kompas.com, 15/01/2023).
Pengemis online ini tak akan muncul tanpa sebab. Kemiskinan yang mendera, dimanfaatkan untuk mencari simpatik orang lain. Mereka menampilkan wajah memelas, merendahkan harga diri agar orang lain terketuk hatinya untuk memberikan uang dalam bentuk "gift". Para pengemis online ini memanfaatkan figur gift ini untuk ditukarkan dengan uang.
Sungguh kondisi yang sangat miris. Kemiskinan yang makin akut mendera negeri ini menjadikan orang-orang tak bisa berpikir jernih untuk mencari nafkah. Mereka berputus asa. Dan mengambil jalan menjadi pengemis. Padahal sudah jelas dalam hadis Rasulullah SAW bahwasanya Islam melarang meminta-minta. Rasulullah bersabda,
“Barang siapa meminta-minta kepada orang lain dengan tujuan untuk memperbanyak kekayaannya, sesungguhnya ia telah meminta bara api; terserah kepadanya, apakah ia akan mengumpulkan sedikit atau memperbanyaknya.” (HR. Muslim no. 1041).
Adanya fenomena pengemis online menunjukkan bahwa kemiskinan di Indonesia makin parah. Kemiskinan yang hingga kini belum terselesaikan. Kemiskinan muncul akibat negara abai mensejahterakan rakyatnya. Dikarenakan negeri ini mengadopsi kapitalisme. Sistem yang selalu menomorsatukan uang di atas segalanya. Sistem inilah yang menyebabkan kemiskinan tak akan pernah tuntas bahkan makin meningkat.
Kapitalisme menjadikan tujuan kehidupan hanya untuk mengumpulkan materi dunia. Segala cara dilakukan untuk meraihnya. Sekalipun itu dengan cara merendahkan harga diri mereka. Kapitalisme juga yang menjadi teknologi canggih sebagai pisau bermata dua. Menjadikan teknologi baik atau buruk tergantung yang berperan dan untuk tujuan apa. Dalam hal fenomena pengemis online ini, teknologi disalahgunakan karena dijadikan ajang meraih keuntungan dengan cara mengemis. Dan di balik itu, ada pihak lain yang disinyalir ikut merasakan keuntungannya yakni platform media sosial dan pemilik "gift".
Oleh karena itu, sebagai penguasa sudah seharusnya melindungi rakyatnya. Negara memberikan jaminan pemenuhan kebutuhan pokok terhadap rakyatnya. Negara harus menjamin rakyatnya mendapatkan pekerjaan yang layak. Sehingga tidak mencari jalan pintas menjadi pengemis. Dan pemenuhan tersebut tidaklah berbayar alias gratis.
Namun, hal tersebut tidak mungkin terjadi bila negara masih bersikukuh menerapkan kapitalisme. Sistem seharusnya diganti dengan sistem terbaik. Sistem itu bernama sistem Islam. Sistem ini sangat memuliakan manusia. Dikarenakan sistem ini berasal dari Allah. Sudah tentu yang terbaik dalam menyelesaikan setiap persoalan hidup.
Dalam sistem Islam, kebutuhan pokok seperti sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, dan keamanan dijamin negara. Negara tidak akan membiarkan rakyatnya kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Negara memudahkan rakyatnya mendapatkan lapangan pekerjaan yang layak. Sehingga tidak ada kemiskinan.
Negara juga memberikan pemahaman kepada rakyatnya bahwa menjadi pengemis itu dilarang Islam sehingga rakyat makin taat kepada Allah tanpa harus terbebani dengan pemenuhan kebutuhan dunia. Mereka bisa mendapatkan pekerjaan yang halal dan tayib dengan mudah.
Hanya sistem Islam yang bisa mewujudkan kesejahteraan seluruh rakyat secara adil. []
Oleh: Alfiana Prima Rahardjo, S.P.
Sahabat TintaSiyasi
0 Comments