TintaSiyasi.com -- Aksi seorang youtuber yang mengunggah video liburan bersama keluarganya telah menuai komentar warganet. Dalam video tersebut terlihat sang youtuber tengah asik menaiki jet ski yang dikendarai oleh suaminya di laut Bali. Masalahnya dalam video yang diunggah tersebut terlihat ia dan suaminya mengajak serta buah hati mereka yang masih di bawah enam bulan tanpa menggunakan life jacket sebagai alat pelindung.
Dilansir dari liputan6.com, dalam video yang diunggah oleh Ria Ricis dalam akun Instagram pribadinya, Moana hanya digendong oleh Teuku Ryan yang mengendarai jet ski. Ria Ricis dan Teuku Ryan sama-sama terlihat menggunakan pelampung, sedangkan tidak untuk bayi yang usianya belum genap satu tahun tersebut. Tak berhenti di sana, Ria Ricis dan Teuku Ryan juga mengajak Moana bermain ATV (all-terrain vehicle) dengan menggunakan gendongan. Moana yang terlihat mengantuk di gendongan Ria Ricis pun bahkan sampai tertidur di ATV.
Banyak yang berpendapat apa yang dilakukan sang youtuber beserta suaminya sangat membahayakan keselamatan anaknya. Terlebih anak mereka belum mengerti permainan yang dilakukan oleh kedua orangtuanya itu.
Aksi tersebut tenyata juga menarik komentar media asing, salah satu media Amerika Serikat (AS) yakni Insider menyoroti aksi Ria Ricis yang menuai banyak kecaman tersebut dengan judul "A YouTube mom with 30 million subscribers filmed her baby on a jet ski with no life jacket, sparking concern among viewers". Tidak hanya Insider, salah satu media Hong Kong, South China Morning Post juga menyoroti aksi Youtuber dengan jumlah pelanggan 30.8 juta di Youtube itu. "Menurut beberapa situs web jet pribadi, tidak ada aturan yang melarang orang tua membawa anak mereka di jet ski," tulis South China Morning Post. "Namun, sebagian besar panduan keselamatan dari pabrik jet ski merekomendasikan seluruh penumpang harus bisa menyentuh lantai jet ski secara aman dengan dua kakinya," lanjut laporan tersebut (CNBCIndonesia.com).
Ancaman Sekularisme pada Popularitas
Dalam kapitalisme sekuler seperti saat ini, popularitas telah menjadi salah satu tujuan yang ingin diraih dalam kehidupan seseorang. Terlebih di era teknologi yang semakin canggih, di mana sebaran informasi secara cepat ditunjang oleh platform-platform media sosial, segala upaya dilakukan seseorang untuk memviralkan konten-konten yang mereka buat.
Dorongan eksistensi diri bisa menjadi hal yang membahayakan keselamatan. Dan sayangnya arus kehidupan saat ini justru dikuasai hal ini. Ditambah lagi dalam kapitalisme popularitas bisa menjadi pundi-pundi uang yang menggiurkan. Tak heran banyak generasi muda saat ini yang berlomba-lomba menjadi konten creator. Para konten creator berlomba-lomba membuat konten dengan berbagai tujuan. Ada yang bertujuan mengedukasi masyarakat, ada yang menghibur, dan adapula yang sekedar mencari atau menambah jumlah follower. Ada yang membuat konten-konten receh bahkan adapula yang membuat konten berbahaya yang bertaruh nyawa.
Sekularisme sejatinya mendewakan materi dengan mencari keuntungan sebesar-besarnya. Bagi konten creator makin viral konten yang mereka buat maka akan semakin menguntungkan karena dengan begitu akan makin mendatangkan cuan bagi mereka. Segala macam dilakukan untuk meraih kata popularitas, mirisnya popularitas membuat seseorang mengabaikan hal-hal yang seharusnya dijaga seperti privasi keluarga dan keselamatan anaknya sendiri yang masih bayi.
Selain itu penerapan kapitalisme dalam kehidupan termasuk pendidikan menjadikan para ibu tidak memahami perannya sebagai pengasuh, pelindung, dan pendidik anak-anaknya. Bahkan tak sedikit anak-anak di bawah umur yang menjadi korban eksploitasi demi kepentingan orang tuanya.
Demikianlah wajah kapitalisme sekuler yang memisahkan kehidupan dengan agama, yang membuat manusia tak lagi sadar tujuan hidup mereka yang sesungguhnya yaitu untuk beribadah dan mencari keridhaan Allah SWT. Tujuan hidupnya digunakan hanya untuk mencari materi atau kebahagian jasadiah semata. Sedangkan agama hanya dijadikan sebagai ibadah ritual dan diletakkan pada ranah individu. Aturan yang digunakan untuk keberlangsungan kehidupan adalah aturan yang mereka buat sendiri dari akal manusia yang terbatas. Oleh karenanya tak heran jika pada sistem saat ini kita jumpai berbagai masalah kehidupan yang tak kunjung tersolusikan akibat tidak diterapkannya syariat Islam secara kaffah.
Islam Melahirkan Ketakwaan Individu yang Tinggi
Berbeda dengan sistem sekuler, sistem Islam menjadikan hukum syariat sebagai sumber hukum yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia baik dari level individu, masyarakat juga negara. Dengan penerapan Islam secara totalitas negara akan mengkondisikan suasana Islami di tengah masyarakat, sehingga akan lahir ketakwaan individu yang tinggi. Dengan begitu individu, masyarakat dan negara dalam sistem Islam tidak akan berjalan di luar hukum syarak, semua yang dilakukan semata-mata untuk mendapatkan keridhoan Allah SWT. Hal ini sejalan dengan visi misi yang dimiliki seorang Muslim yaitu beribadah dan taat kepada Allah dalam setiap amal perbuatan yang dilakukan. Oleh karena itu paham sekuler adalah paham yang batil, tidak cocok untuk kaum Muslim.
Selain itu juga Islam memandang anak sebagai anugerah dan amanah dari Allah SWT, yang harus dipertanggungjawabkan oleh setiap orang tua. Anak juga merupakan aset generasi masa depan yang akan melanjutkan estafet perjuangan kedua orang tuanya. Wajib bagi orang tua menjaga tumbuh kembang anak dengan kesabaran dan kasih sayang. Oleh karena itu Islam memberikan tuntunan yang jelas bagaimana seorang perempuan dan ibu menjalankan kehidupan termasuk dalam menjaga keselamatan anak.
Di sisi lain, Islam juga mewajibkan negara untuk menjadi pelindung seluruh rakyat termasuk anak-anak. Orangtua dan negara berperan penting memberikan perlindungan bagi anak. Perlindungan tersebut berupa memberikan rasa aman bagi anak dari hal-hal yang bisa membahayakan anak baik ancaman berupa fisik ataupun psikis. Oleh karenanya orangtua dilarang melakukan eksploitasi terhadap anak dalam bentuk apapun. Negara akan memberikan sanksi tegas sesuai hukum syariat kepada orang tua yang kedapatan melakukan ekploitasi terhadap anaknya.
Wallahu a'lam. []
Oleh: Wiwit Irma Dewi, S.Sos.I
Pemerhati Sosial dan Media
0 Comments