TintaSiyasi.com -- Saat ini kita berada pada zaman yang apa-apa tuh dibuat konten. Dari masalah umum bahkan sampai pribadi pun dibuat konten. Bahkan aktivitas normal sampai abnormal rela dilakukan cuma demi konten dan viral. Lebih mirisnya lagi anak-anak yang gak tau apa-apa ikut jadi objek konten yang dibuat.
Demi Konten Rela Abaikan Keselamatan Anak
Baru-baru ini salah satu postingan dari seorang selebgram terkenal tanah air ramai menuai kritik pedas netizen indonesia. Postingan yang berisi orangtua yang mengajak anaknya yang masih bayi untuk menaiki jetski dan ATV menuai banyak konflik. Saat menaiki jetski, kedua orangtuanya memaki jas pelampung, sementara bayi yang belum genap satu tahun itu hanya digendong oleh sang ayah yang sedang mengendarai jetski.
Saat menaiki ATV sang bayi digendong dengan gendongan oleh ibunya. “Mau dilatih berani,” kata sang ibu saat berbicara dengan bayinya. Namun, mayoritas netizen merasa percaya bahwa yang dilakukan kedua orangtua ini kepada anaknya dapat membahayakan sang bayi.
Bahaya terus mengintai ketika orangtua terus bersikeras mengajak anak menaiki wahana yang tidak sesuai usianya, seperti cedera ringan bahkan bisa sampai kehilangan nyawa. Mengapa bisa terjadi? karena, tidak semua wahana aman dinaiki oleh setiap orang, terutama anak-anak. Ada banyak syarat dan ketentuan yang dibutuhkan dalam menjalankan wahana baik sebagai pengendara ataupun hanya sebagai penumpang.
Potret Buram Kapitalisme
Inilah potret ketika hidup dalam ideologi kapitalisme, apapun akan dilakukan demi konten yang dibuat mendapatkan view yang banyak. Tak peduli konten itu akan membahayakan anak tetap akan dilakukan.
Tidak bisa kita pungkiri bahwa popularitas telah menjadi salah satu tujuan yang selalu ingin diraih. Demi untuk mendapatkan manfaat seperti popularitas dan uang dari view konten yang dibuat orangtua rela melakukan apapun. Paham kebebasan selalu dijadikan dalil untuk membenarkan tindakan yang mereka lakukan.
Dorongan eksistensi diri bisa menjadi hal yang membahayakan keselamatan. Inilah realitas yang ada dalam sistem kehidupan saat ini. Manusia dibuat untuk fokus pada kepuasan dan mencari kenikmatan dalam pemenuhan kebutuhan jasmani dan nalurinya. Mereka tidak lagi melihat aspek keselamatan, bahkan seringkali tidak melihat standar halal haram. Miris!
Islam Solusi Tuntas Eksploitasi Anak
Islam memiliki aturan yang lengkap. Islam tidak hanya mengatur tata cara shalat, zakat, puasa dan haji. Sebaliknya, Islam juga mengatur hubungan kita dengan diri kita sendiri, seperti makan dan berpakaian. Islam mengatur hubungan kita dengan orang lain, termasuk hubungan antara ibu dan anak. Seorang ibu harus melindungi dan mendidik anak-anak dari dari segala usia, bukannya malah memanfaatkan anak atau bisa dikatakan ‘eksploitasi anak’.
Seorang ibu adalah guru pertama dan terpenting bagi anaknya. Tidak hanya mengajar di bangku sekolah, tetapi mendidik di dalam kandungan. Memperkenalkan anak-anak kepada Tuhannya, Rasul, menanamkan aqidah dan membuat pola taat pada perintah Allah juga Rasul. Ini tentu saja bukan tugas yang main-main. Karena masa depan generasi terletak pada keseriusan ibu dalam mendidik anaknya.
Negara berperan dalam menjamin kebutuhan keluarga agar para ibu dapat fokus untuk memberi gizi yang cukup kepada anak-anaknya sesuai dengan kebutuhannya dan mendorong tumbuh dan kembangnya. Sehingga ibu tidak perlu khawatir dengan masalah financial keluarga. Tidak perlu ngonten untuk mencari uang.
Dalam Islam, negara memberlakukan kewajiban untuk memenuhi kebutuhan dasar setiap penduduknya per kapita. Baik itu sandang, pangan, pendidikan, perlindungan, kesehatan dan keselamatan. Bahkan jika Anda ingin menjadi pembuat konten, Anda memiliki izin untuk membuat konten yang mendidik dan menginspirasi kebaikan. Seperti dalam Islam, ada kewajiban untuk berdakwah.
Landasan membuat konten pun bukan untuk mendapatkan popularitas atau uang semata, tapi tujuannya lillahi ta’ala. Demi menjalankan perintah Allah swt. Dengan landasan ini, dia akan istiqomah membuat konten kebaikan walau sepi peminat. Karena yang diharapkan hanya ridha Allah semata.
Oleh karena itu itu, ketika kita kembali kepada kehidupan kita tidak akan menemukan lagi individu yang rela mengabaikan tanggungjawab utama menjadi seorang ibu. Perannya akan diberikan sebagaimana mestinya.
Wallahu a’lam bishshawab. []
Oleh: Lusiana Amri
Aktivis Muslimah
0 Comments