Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Di Balik Eksploitasi Kemiskinan di TikTok


TintaSiyasi.com -- Berita tentang perjuangan warga miskin seringkali mengeksploitasi derita mereka, demi mendulang klik simpati publik tanpa mengeksplorasi akar masalah penyebab kemiskinan.

Kita tahu bahwa media seringkali mereduksi kisah kemiskinan jadi sirkus di layar kaca. Tidak hanya jadi komoditas hiburan di tayangan reality show, cerita tentang warga miskin seringkali juga dipertontonkan secara vulgar dalam media sosial.

Seperti halnya aksi seorang ibu paruh baya sedang duduk di tengah kolam air dan mengguyur dirinya sendiri sudah berlangsung kira-kira empat jam tampil dalam siaran langsung di TikTok. Konten ini disaksikan 1.400 orang. Kalau ada penonton yang memberikan hadiah virtual berupa koin, bunga, atau gambar hati, ia akan berkata "terima kasih, terima kasih banyak" sembari mengguyur tubuhnya berkali-kali di depan kamera (kompas,com, 15/01/2023).

Fenomena mengemis online dengan cara-cara tersebut tidak hanya dilakukan satu orang, namun juga sejumlah orang bahkan orang tua atau lansia. Pada akhirnya mereka berharap bisa mendapatkan gift dengan jumlah banyak dari penonton dan kemudian menukarnya dengan uang.


Kapitalisme Akar Kemiskinan

Siapa pun tidak bisa menolak, kondisi ekonomi pascapandemi justru makin sulit adanya. Apalagi banyak kebijakan negara yang terus memperberat beban kehidupan mereka. Mulai soal kenaikan harga-harga barang kebutuhan pokok, kenaikan tarif PPN, pencabutan subsidi BBM, naiknya biaya asuransi kesehatan dan ketenagakerjaan, biaya pendidikan tinggi yang naik dua kali lipat. Kenaikan berkala harga listrik dan LPG, serta berbagai kejadian bencana yang nyaris tidak ada putusnya.

Sehingga dalam sistem kapitalis, apapun dimanfaatkan demi meraih keuntungan materi. Serta kemiskinan pun dieksploitasi menggunakan kemajuan teknologi, meski merendahkan harkat dan martabat diri sendiri ataupun orang lain.

Dalam penerapan sistem sekuler demokrasi kapitalisme ini menafikan peran Allah SWT yakni penerapan syariat Islam dalam kehidupan hingga umat terjauhkan dari berkah, bahkan terus diterpa berbagai krisis dan dirundung berbagai bencana maupun kemiskinan yang bertubi-tubi. 

Fenomena ini menggambarkan masyarakat yang sakit yang hidup di tengah sistem yang rusak, yang tak mampu mensejahterakan rakyatnya. Seharusnya negara menyelesaikan problem kemiskinan dari akar masalah, sehingga tak terjadi hal yang merendahkan manusia atau ada mafia yang memanfaatkaan kemiskinan rakyat demi meraih keuntungan pribadi.  


Dunia Butuh Islam

Merosotnya level ekonomi rumah tangga bahkan tingkat kemiskinan makin tinggi dan sederet problematika umat yang dihadapi sekarang, tidak bisa kita pandang secara sempit. Karna semua itu tidak terlepas dari gejolak ekonomi kapitalisme global yang juga sedang menunggu keruntuhannya, setelah selama ini melahirkan sederet kesengsaraan.

Oleh karena itu, jika umat ingin kembali merasakan hidup bahagia, sejahtera, dan penuh berkah, satu-satunya cara adalah dengan mencampakkan sistem sekuler kapitalisme yang jahiliah dan beralih menuju sistem Islam yang berasal dari wahyu Allah SWT. Jadi, bukan sekadar mengganti orang, karena kerusakan bukan sekadar ada pada orang, melainkan ada pada asas sistem yang diterapkan.

Sejarah menunjukkan, ketika umat hidup dalam naungan sistem Islam. Kesejahteraan, persatuan hakiki, dan keberkahan terwujud dalam kadar yang tidak pernah ada bandingannya. Selama belasan abad, umat Islam mampu tampil sebagai umat terbaik. Memimpin peradaban cemerlang, sekaligus menebar rahmat ke seluruh alam.

Solusi tuntas persoalan ini adalah membutuhkan kerjasama semua pihak. Mulai dari individu yang memiliki kesadaran untuk menjaga kemuliaan sebagai manusia. Masyarakat yang memberikan kontrol dan juga negara yang menjamin hidup rakyat. Selain itu memberikan asas yang tepat dalam memanfaatkan teknologi untuk kemajuan bangsa dan kebaikan umat manusia. 

Walhasil, dengan target dakwah tidak lain agar umat paham bahwa Islam adalah satu-satunya jalan kebangkitan, dan hanya Islam yang memiliki solusi tuntas atas seluruh problem kehidupan dunia.

Wallahu a'lam bishshawab. []


Oleh: Zul'aiza, S.P.
Pemerhati Generasi
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments