Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Desakralisasi Al-Qur’an Jangan Dibiarkan

TintaSiyasi.com -- Sungguh miris melihat video yang viral hari-hari ini di berbagai media. Kebanyakan berbau sensasional dan tidak pantas. Seperti halnya video seorang qariah yang di sawer saat sedang melantunkan ayat suci beberapa waktu lalu. Sebagai muslim, tentu sangat geram sekaligus sedih melihat kejadian seperti itu. Bagaimana bisa ada orang yang sedang mengaji malah disawer dengan cara yang tidak sopan sama sekali?! 

Peristiwa yang sangat memalukan itu terjadi saat acara Maulid Nabi di Kecamatan Cibaliung, Kabupaten Pandeglang, Banten pada Oktober 2022 lalu. Nadia Hawasyi, sang qariah yang disawer mengatakan kalau dirinya diundang untuk mengisi acara Maulid di sana. Dia tidak tahu sama sekali kalau dirinya akan disawer saat mengaji. Begitu selesai mengaji, Nadia pun langsung menegur panitia acara. Nadia merasa kalau dirinya tidak dihargai. (kompas.com, 6/1/2023)

Banyak yang merasa geram dan marah pada apa yang terjadi dalam video viral tersebut. Netizen pun ramai-ramai menghujat pelaku saweran. Tokoh umat juga merespon video tersebut. Seperti halnya Ketua MUI, Cholil Nafis, yang menyampaikan kegeramannya. Melalui akun Twitternya @cholilnafis pada Kamis (5/1) lalu, beliau menyatakan bahwa saweran merupakan cara yang salah dan tak menghormati majelis. Lebih lanjut, beliau menegaskan bahwa perbuatan ini haram dan melanggar nilai-nilai kesopanan. (cnnindonesia.com, 5/1/2023)

Aksi saweran yang dilakukan seperti pada video viral tersebut adalah bentuk pelecehan terhadap Al-Qur’an. Ini seperti menyamakan pembacaan ayat suci dengan dendangan lagu dangdut. Dengan seenaknya menghamburkan lembaran-lembaran uang di hadapan sang qariah yang sedang khusyuk mengaji. Sama artinya juga menyamakan sang pembaca Al-Qur’an seperti seorang biduan yang menghibur penontonnya. Padahal, keduanya sangat jelas sekali berbeda. 

Sekularisme Menista Al-Qur’an

Inilah dampak penerapan sekularisme. Akibatnya, muslim tak bisa memahami agamanya secara utuh, apalagi menjalankannya. Memisahkan Islam dari kehidupan menjadikan muslim berperilaku aneh-aneh dan sesukanya. Mengadakan pengajian, tetapi di saat yang sama melakukan saweran laksana di panggung musik dangdut. Sangat bertolak belakang.

Sekularisme juga telah menjadikan manusia memandang segala sesuatu dari sisi materi. Mindset sekularisme kapitalisme menganggap kebahagiaan adalah ketika memiliki banyak uang. Bahagia diukur dengan materi. Jika tak mempunyai materi atau uang, maka dianggap menderita. Karena itu, segala cara akan dilakukan untuk mendapatkan uang.

Begitu pula saat memperlakukan orang lain, ia akan menilainya dari uang. Mengira bahwa penghargaan dan penghormatan adalah dengan memberi materi. Padahal, tidak demikian sebenarnya.

Qariah yang sedang mengaji seakan pantas diberi saweran dengan cara yang tidak beradab. Dalih untuk menghargai sama sekali tidak patut diucapkan. Selain tidak menghormati orang yang sedang mengaji, aksi saweran itu juga tidak sesuai dengan adab terhadap Al-Qur’an.

Perilaku-perilaku semacam ini memang tumbuh subur dalam sistem yang sekuler seperti sekarang. Pelecehan terhadap Al-Qur’an tidak boleh dibiarkan. Hal ini berbahaya karena telah mendesakralisasi Al-Quran. Menjadikannya hanya buku dengan lembaran-lembaran tak bermakna. Buku yang hanya dijadikan bacaan, tanpa diamalkan isinya. Bahkan hanya menjadi pajangan hingga berdebu.

Lalu, bagaimana umat akan mendapat keberkahan jika buku pedoman kehidupannya diabaikan? Umat akan jauh dari petunjuk yang benar. Kehidupan akan tersesat dalam arus sekularisme kapitalisme yang pekat di segala sisi. Melihat kebenaran sebagai sesuatu yang asing karena telah terjerumus dalam gelapnya kehidupan sekuler. Jauh dari agama yang menjadi penerang.

Memuliakan Al-Qur’an

Al-Qur’an adalah kalam Allah, Sang Khalik. Di dalamnya merupakan firman suci yang menjadi panduan umat manusia. Karena itu tidak boleh bagi siapa saja memperlakukan Al-Qur’an dengan sembarangan. Baik bentuk fisiknya, maupun isinya harus ditempatkan dengan selayaknya. 

Begitu pula ketika ada orang yang sedang membaca Al-Qur’an, kita diperintahkan untuk diam dan mendengarkan dengan baik. Ini sebagaimana perintah Allah dalam surah Al-A’raf ayat 204: “Jika dibacakan Al-Qur’an, dengarkanlah (dengan seksama) dan diamlah agar kamu dirahmati.”

Namun, memuliakan Al-Qur’an bukan sekadar membaca, mendengarkan bacaannya, menempatkannya di tempat yang tinggi dan terhormat, ataupun menghafalkannya. Namun, lebih dari itu, Al-Qur’an harusnya diaplikasikan secara nyata dalam kehidupan. Allah telah menurunkan wahyu-Nya kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam untuk seluruh umat manusia agar dilaksanakan. Al-Qur’an ini menjadi petunjuk kebenaran sebagaimana yang tercantum dalam surah Al-Isra’ ayat 9: “Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada jalan yang lebih lurus...”

Penting sekali untuk menjadikan Al-Qur’an terealisasi dalam kehidupan sehari-hari manusia. Dengannya, manusia akan selalu berada di jalan yang terang. Tidak akan keliru dalam melangkah atau menyikapi suatu fakta. Kehidupan pun teratur dengan baik sehingga keberkahan bisa dirasakan oleh setiap makhluk.

Untuk itu, hanya satu yang bisa mewujudkannya. Yakni, institusi negara yang bernama Daulah Khilafah Islamiah. Negara inilah yang mampu menjalankan hukum-hukum Allah yang termaktub dalam Al-Qur’an secara totalitas. Al-Qur’an pun akan senantiasa menjadi petunjuk bagi umat manusia di seluruh dunia. Inilah cara memuliakan Al-Qur’an yang sesungguhnya. Wallahu a’lam bishshawwab

Oleh: Ummu Ismail
Aktivis Muslimah

Baca Juga

Post a Comment

0 Comments