TintaSiyasi.com -- Sebuah hadis riwayat Bukhari, Rasulullah SAW menyampaikan, “Tidaklah Allah menurunkan suatu penyakit, melainkan akan menurunkan pula obat untuk penyakit tersebut.” Namun dalam kasus penyakit HIV/AIDS yang telah lama kita dengar masih terus meneror kita seolah memang sampai saat ini belum ditemukan cara untuk menyembuhkannya.
Oleh sebab itu setiap tahun dan diberbagai negara jumlah pasien HIV/AIDS terus meningkat. Tidak terkecuali Indonesia mulai dari kota kecil sampai kota besar. HIV/AIDS ini bahkan menyerang segala usia dan didominasi usia 14 hingga 45 tahun yang masuk kategori usia produktif.
Update berita terbaru dari kota Batam mencatat jumlah kenaikan kasus mencapai 446 orang pada 2022. Dari 446 kasus positif HIV/AIDS, di antaranya meliputi 333 pria dan 113 perempuan, terdiri dari 2.594 orang yang dites. Sedangkan meninggal dunia sebanyak 57 orang dari total 8.800 orang terindikasi positif HIV/AIDS.
Disambung dari Kota Lhokseumawe, Aceh, yang dijuluki kota Serambi Mekkah juga tidak luput dari penularan HIS/AIDS. Tercatat sebanyak 88 warga di daerah itu positif HIV/AIDS yang penularannya didominasi karena perilaku seks bebas. "Jadi total kasus positif HIV/AIDS di Kota Lhokseumawe mencapai 88 kasus.
Dinas Kesehatan dari dua daerah tersebut mengatakan rata-rata penularannya diakibatkan oleh seks bebas dan perilaku menyimpang dari pasangan sejenis. Selanjutnya, penularan terjadi melalui jarum suntik bagi pengguna narkotika. Itu baru dua kota yang melaporkan jumlah positif HIV/AIDS, belum lagi kota-kota lainnya yang kemungkinan tidak kalah banyak jumlah telah terindikasi HIV/AIDS.
Walaupun penyakit HIV/AIDS ini masih terbilang tabu ditengah masyarakat namun ini bukan sebuah penyakit baru. HIV/AIDS menjadi krisis kesehatan global yang selalu diperingati setiap tanggal 1 Desember menjadi Hari Peringatan AIDS Sedunia. Dengan tujuan untuk mengajak masyarakat di seluruh dunia untuk mengatasi ketidaksetaraan yang menghambat kemajuan dalam mengakhiri HIV/AIDS.
Banyak organisasi atau para aktivis berbagai Negara melakukan kegiatan kampanye membahas penyakit HIV/AIDS. Mereka mencoba membuat masyarakat paham mengenai permasalahan HIV/AIDS atau mengubah pandangan buruk dari masyarakat terhadap sesorang yang terkena HIV/AIDS dan untuk saling peduli. Setidaknya langkah yang mereka ambil bisa menekan jumlah penularan HIV/AIDS.
Namun pada kenyataannya upaya dan berbagai program yang selama ini mereka lakukan tidak cukup maksimal dalam mengurangi jumlah kasus HIV/AIDS dan justru sebaliknya. Teknologi yang semakin canggih pun tidak dapat membantu untuk menemukan solusi. Bahkan usaha mereka terasa sia-sia dalam menanggulangi HIV/AIDS. Karena solusi yang mereka tawarkan tidak menyentuh pada akar persoalan. Apalagi legalisasi perilaku menyimpang justru diserukan. Negara bahkan sampai kekurangan biaya untuk menyediakan pengobatan bagi penderita.
Banyak fakta yang sudah sangat jelas menunjukkan bahwa rata-rata penyebab seseorang terkena HIV/AIDS adalah kegiatan yang banyak dilakukan oleh kaum LGBT juga kaum pecandu obat-obat terlarang maupun seks bebas yang menjadi budaya. Akibatnya perempuan dan anak pun juga banyak yang tertular. Dan dalam Islam semua perbuatan itu merupakan perbuatan dosa yang dimurkai oleh Allah SWT.
Jika kita negara mayoritas Muslim terbesar dimana Islam sangat melarang keras segala bentuk perbuatan maksiat namun belum bisa mengatasi permasalahan HIV/AIDS dalam negeri maka ada yang salah dengan tata cara penanganannya. Dimana seharusnya kita lebih paham bahwa dengan menjaga norma-norma agama lah kita dapat terlindung dari bahaya HIV/AIDS.
Namun sayangnya hidup dalam sistem sekuler yang memisahkan agama dengan kehidupan membuat Negara mengacuhkan aturan Islam dan kehilangan perannya dalam melindungi kesehatan rakyat juga membiarkan rakyat hidup sebebas-bebasnya, maka tidak heran jika HIV/AIDS yang muncul dari kehidupan yang “bebas” tidak dapat teratasi sampai saat ini.
Beginilah jika hukum Allah SWT tidak dilaksanakan, larangan yang Allah beri kepada ummatnya akan mendatangkan mudharat bagi yang mengabaikannya. Itulah pentingnya kita sebagai hamba-Nya harus taat pada apa-apa yang diperintahkan. Hanya penerapan syariat Islam, yang mengharamkan semua kemaksiatan mampu mencegah penularan infeksi HIV/AIDS.
Wallahu a'lam. []
Oleh: Rochie Jiffiani Willys
Aktivis Muslimah
0 Comments