Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Sekularisme: Menghasilkan Remaja Biadab Bukan Remaja Beradab


TintaSiyasi.com -- Usia remaja menjadi usia awal dalam pencarian jati diri, usia yang sangat penting menjadi penentu awal bagaimana remaja menentukan kehidupan yang akan datang. Sehingga, tidak jarang banyak kenakalan-kenakalan pada usia remaja yang terjadi dan terbawa kenakalan tersebut sampai dewasa. Kenakalan ini akibat salah pergaulan, kurangnya pendidikan awal dalam keluarga, media, lingkungan masyarakat, atau karena penyebab lainnya. 

Dalam laman CNN Indonesia (21/11/2022), polisi menangkap enam pelajar yang memukul dan menendang seorang nenek di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Keenam pelajar merupakan pelajar di salah satu sekolah tingkat atas di Tapsel dan salah satu diantaranya lulusan salah satu sekolah keagamaan di Tapsel. 

Kenakalan remaja tidak hanya terjadi di sekolah bahkan tejadi di lingkungan Pondok Pesantren. Bullying yang menimpa santri Pondok Pesantren di Cisayong Tasikmalaya. Diduga dibully teman-temannya dengan aksi kekerasan hingga menderita luka di punggung dan muka (tribunnews.com, 26/11/2022).

Begitu juga, bullying yang terjadi pada santri salah satu Pondok Modern Gontor Jawa Timur. Juru Bicara Pondok Pesantren Gontor membenarkan adanya kasus santri Ponpes Gontor yang meninggal karena dianiaya (Kompas, 06/09/2022).

Ini menunjukkan bagaimana generasi di negeri ini sedang tidak baik-baik saja, generasi negeri ini mengalami krisis adab, bahkan yang mengenyam pendidikan di pondok pesantren juga tidak ada jaminan memiliki adab yang baik. Namun apakah solusi kenakalan remaja atau bullying dengan pendidikan adab atau pendidikan karakter akan menyelesaikan persoalan? 

Saat ini, tengah terjadi persoalan kompleks pada remaja. Misalkan, individu remaja yang tidak memiliki keperibadian yang baik yaitu berkepribadian Islam yang memiliki pola pikir dan pola sikap yang islami yang pastinya akan tercermin pada adab atau perilaku baik yang dilakukan. Remaja dibiarkan mudah mengakses atau mendapatkan tontonan rusak dan merusak diri remaja dan tidak jarang remaja melakukan sesuatu karena mengikuti apa yang ditonton. Remaja dibiarkan memilih gaya hidup bebas tanpa batas dan tanpa aturan yang jelas, gaya hidup bebas pacaran bahkan free sex, dan banyak remaja terlibat tawuran. 

Dalam ranah keluarga yang tidak memiliki atau kurangnya pengetahuan dan pemahaman dalam mendidik anak. Keluarga tidak memilki bekal yang cukup untuk mendidik anaknya dan keluarga dengan kesibukannya mencari nafkah, bahkan tidak jarang seorang ibu yang seharusnya mendidik anaknya malah menjadi wanita karir, akhirnya anaknya dibiarkan tanpa diawasi. Meskipun, tidak semua ibu memilih bekerja karena ingin menjadi wanita karir tapi karena kesulitan ekonomi yang dialami keluarganya yang membuat seorang ibu memutuskan bekerja untuk membantu suaminya memenuhi kebutuhan keluarganya, dan untuk membiayai pendidikan anaknya yang tidak murah.

Selain itu, sekolah yang seharusnya menjadi tempat untuk mendapatkan pendidikan yang baik, tapi hanya mengajarkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan minim pendidikan agama yang diajarkan. Begitu juga pondok pesantren diharapkan agar seorang anak yang dimasukkan pondok pesanten bisa mendapatkan pendidikan yang baik, dengan harapan orang tua bahwa anaknya bisa menjadi individu yang baik, baik pergaulan dengan teman sebayanya, baik dengan lingkungan sekitarnya, dan baik ketika nanti akan kembali pada masyarakat. 

Namun nyatanya, di sisi lain masyarakat pun abai dengan kenakalan atau penyimpangan yang dilakukan remaja, seperti masyarakat abai dengan pacaran yang dilakukan remaja di tengah masyarakat dan masyarakat cenderung menormalisasi pacaran, bahkan menganggap remaja yang tidak memiliki pacar adalah remaja yang aneh dan tidak laku. Tidak jarang remaja meniru penyimpangan yang terjadi dalam masyarakat. 

Sehingga, tidak cukup solusi kenakalan remaja hanya dengan pendidikan karakter. Nyatanya persoalan remaja sudah menjadi persoalan yang kompleks yang tidak bisa kenakalan remaja yang disalahkan hanya individu remaja tersebut. Persoalan remaja terjadi karena buah sistem sekularisme yang bercokol di negeri ini. Sistem yang memisahkan agama dari kehidupan, agama Islam yang sempurna mengatur urusan kehidupan manusia tidak dijadikan sebagai pengatur urusan manusia dalam kehidupan. Aturan Islam yang berasal dari Pencipta manusia dinilai tidak layak menjadi aturan yang diterapkan dalam kehidupan. Wajar saja, yang terjadi adalah kerusakan generasi di berbagai lini kehidupan. Maka, tidak cukup jika solusi yang ditawarkan hanya solusi pendidikan adab ataupun pendidikan karakter. Karena akar masalah bukan individu remaja yang rusak sehingga itu yang harus diperbaiki. 

Sistem sekuler yang bercokol dan membuat kerusakan diberbagai lini, sekali pun remaja dimasukkan di pondok pesantren tidak ada jaminan remaja akan menjadi baik. Buah dari sekularisme yang merusak remaja menambah tantangan berat bagi pondok yang pastinya akan berpengaruh pada kepribadian santri. Selain itu, ditambah dengan arus moderasi beragama di pondok yang gencar disuarakan. 

Sekularisme adalah ajaran yang sangat berbahaya dalam pendidikan. Inilah akar masalah pendidikan bahkan akar seluruh masalah diberbagai lini kehidupan di negeri ini karena membuang jauh-jauh nilai agama dalam kehidupan. Bahkan sekularisme terbukti menghasilkan remaja biadab bukan remaja beradab. Sehingga, tidak ada solusi lain selain mencabut akar masalah yaitu mencabut sistem aekuler dan diganti sistem Islam yang akan membawa rahmat bagi seluruh alam. 

Di sini pentingnya peran negara dalam penyelesaian persoalan remaja ataupun pendidikan remaja. Diselesaikan dengan menyeluruh bukan hanya dengan pendidikan adab tapi melalui perubahan paradigma pendidikan sekuler menjadi paradigma Islam, menjadikan Islam sebagai dasar atau arah tujuan pendidikan. Pendidikan Islam yang mencetak generasi unggul, cerdas, dan mempunyai kepribadian Islam yaitu memiliki akhlak yang baik. Peta Jalan Pendidikan Islam adalah untuk mensukseskan misi penciptaan manusia sebagai hamba. Asas pendidikan Islam adalah akidah Islam dan tujuannya adalah menguasai tsaqofah Islam dan membentuk kepribadian Islam dan menguasai ilmu kehidupan. Sedangkan visi pendidikan Islam adalah membangun dan memajukan peradaban Islam. Sehingga, negara memiliki tanggung jawab penuh dalam mengarakan potensi remaja atau calon intelektual dan mengupayakan pendidikan diperoleh semua rakyat secara mudah. []


Oleh: Safda Sae, S.Sosio.
Aktivis Dakwah Kampus
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments