Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Program Guru Tamu di SMK, demi Kepentingan Generasi atau Oligarki?

TintaSiyasi.com -- Guru tamu adalah program pembelajaran dimana para siswa akan diajar oleh instruktur yang berasal dari luar instansi sekolah misalnya dari DU/DI. Harapannya siswa SMK akan dibimbing langsung oleh praktisi yang profesional. Sebagai  tindak lanjut visi pemerintah memperkuat SDM melalui lembaga pendidikan, pemerintah membuka Direktorat SMK yang menangani kurus dan pelatihan serta direktorat kemitraaan  dan penyelasrasan dunia usaha dan dunia industri (DUDI).

Sebagaimana yang dilansir oleh (Tirtamedia.id), Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbus) Sulawesi Tenggara (Sultra) menggagas program guru tamu, untuk pelayanan pembelajaran yang berkualitas. Guru tamu ini berlatar belakang profesi usaha dan industri yang akan mengajar di SMK. Kepala Bidang Pembinaan SMK dan PK Dikbud Sultra, JH Bawondes mengatakan, program guru tamu merupakan kebijakan sekolah sekaligus program kurikulum baru SMK Pusat Keunggulan. Program ini sebagai pembaharuan kurikulum lama, disesuaikan dengan kondisi terkini yang dibutuhkan peserta didik sebelum memasuki dunia kerja Dalam program ini, para siswa akan dibimbing langsung oleh guru atau pemateri yang memiliki kompetensi dan berpengalaman di bidangnya, terkhusus di jurusan SMK,” ujarnya, Kamis (25/11/2022).

Ia menambahkan, tujuan program guru tamu ini banyak diantaranya untuk mengetahui perkembangan teknologi, meningkatkan soft skill, leadership dan karakter yang harus dimiliki siswa, mengetahui kemampuan dasar yang harus dimiliki siswa dalam memasuki dunia kerja seperti kemampuan komunikasi, teknologi dan yang lainya.

Secara kasat mata program ini tentu sangat baik untuk sekolah dan para siswa. Namun jika ditelisik lebih dalam, dibalik Program guru tamu ini ada skenario besar yang sedang dijalankan oleh para kapitalis yaitu kapitalisasi melalui dunia pendidikan. Sejatinya eksploitasi potensi generasi selalu diarahkan untuk kepentingan para oligarki. Siswa didorong punya skill dan daya saing untuk terjun di dunia industri setelah pemerintah memberikan karpet merah investasi asing dan membangun perusahan-perusahan untuk mengeruk kekayaan negeri ini dan menjadikan rakyatnya sebagai pekerja dan bersaing dengan tenaga kerja asing. Rakyat hanya mendapatkan remah-remah dari kekayaan alam sendiri, itupun jika mampu bersaing. 

Padahal pemuda sejatinya merupakan ujung tombak dari suatu Negara. Merekalah yang akan melanjutkan estafet kepemimpinan. Jika potensi pemuda dibajak maka tidak mustahil bangsa akan rapuh dari segala sisi. Hari ini pemuda disibukkan dengan skill dan beragam kreativitas yang hanya fokus pada dunia dan melupakan koridor agama. Halal haram tak menjadi pijakan. Mereka berjalan tak terarah. Dari segi moral apalagi. Sebagaimana yang lagi viral di media sosial belakang ini, ada anak SMK yang menendang wanita lansia dan dengan pongahnya mereka tertawa seakan mereka telah memenangkan pertandingan. 

Inilah yang diinginkan oleh para penjajah asing dan aseng serta antek-anteknya. Mereka menginginkan SDM dari negeri ini rapuh, agar mereka gampang menguasai SDA negeri ini. Mereka berpayah-payahan untuk menjauhkan pontensi pemuda dari jati diri sesungguhnya. Berbagai program diwacanakan dan diterapkan di tengah-tengah pelajar. Menyibukkan mereka dari aktifitas yang sebenarnya yakni menjadi agen of change (agen perubahan). Tak ayal para pemuda terperdaya dan terjerumus dalam jebakan mereka.

Tidakkah kita menyadari semua ini merupakan skenario yang dirancang oleh kafir Barat dan koloninya? Sejak runtuhnya kekhilafahan Turki Utsmaniyah mereka berupaya sekuat tenaga agar Islam tidak kembali ke pangkuan kaum muslimin dan menyibukkan para pemuda dengan aktifitas serba instan dan berpikir masa bodoh atau hedonisme. Dibenak mereka hanya mengejar nilai yang tinggi dan materi belaka. Hasilnya terlihat hari ini. Inilah bukti dari penerapan sistem sekuler yakni pemisahan agama dari kehidupan. Akhirnya potensi pemuda tergerus jauh dari fitrahnya yakni Islam. 

Maka, kita harus mampu menjadi barisan terdepan untuk menghalau upaya terselubung dari sistem kapitalisme sekular. Tentunya dengan menanamkan nilai-nilai moral dan agama kepada generasi muda serta menanamkan ketakwaan individu, jika dilihat dalam tatanan keluarga. Kemudian peran kita di tengah-tengah masyarakat, menyampaikan dakwa yang konsepnya adalah dakwah ideologis. Selanjutnya adalah peran negara. Karena Negaralah yang akan menerapkan aturan untuk masyarakat. Jadi, harus berjalan berbarengan antara keluarga, masyarakat, dan negara.

Namun semua ini membutuhkan sistem yang baik untuk menghalau sistem yang telah merusak generasi kita hari ini. Sistem itu tiada lain adalah sistem Islam. Karena sangat berbeda muaranya pendidikan sistem kapitalisme sekular dengan sistem pendidikan di dalam Islam. Sistem Islam tidak hanya memperhatikan kemampuan skill manusia agar bisa bersaing. Pendidikan Islam membentuk akidah yang kuat serta kepribadian yang tangguh di samping penguasaan sains dan teknologi. Negara akan menerapkan syariah Islam sebagai sistem yang menaungi umat Islam bukan menerapkan sistem kapitalisme yang terbukti mengeksploitasi SDA sekaligus SDM umat ini, yang tunduk pada kepentingan asing.  

Sekali lagi hanyalah sistem Islam yang mampu mengembalikan potensi pemuda pada fitrah yang sesungguhnya yakni menjadi agen of change. Mereka akan menjadi garda terdepan menjaga negara dari penjajah dan mampu melawan siapa saja yang mengganggu ketahanan negaranya. Sebagaimana dahulu pernah tercatat dalam sejarah kegemilangan Islam selama 14 abad lamanya. Wallahu A'lam


Oleh: Siti Aminah, S.Pd.
Pemerhati Remaja

Baca Juga

Post a Comment

0 Comments