TintaSiyasi.com -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, Indonesia memiliki visi Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia 2019-2024. Untuk mencapai visi ini, pemerintah menempuh berbagai strategi seperti penguatan regulasi dan tata kelola, pengembangan kapasitas riset, peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia, serta peningkatan kesadaran dan literasi publik. Dalam rangka meningkatkan penetrasi ekonomi dan keuangan syariah, Menko Airlangga selaku Ketua Harian Dewan Nasional Keuangan Inklusif (DNKI) terus berupaya meningkatkan inklusi keuangan termasuk keuangan syariah. Upaya peningkatan inklusi keuangan masih mempunyai kendala terutama literasi keuangan yang belum optimal. Masih menurutnya mahasiswa dan pemuda seharusnya menjadi bagian daripada unsur untuk peningkatan literasi keuangan dan digital. (Liputan6.com)
Peningkatan literasi keuangan dan digital pada pemuda memang sangat penting. Pemuda dengan segala potensi yang dimilikinya akan menjadi menjadi sumber energi tersendiri, ditambah dengan jumlah pemuda yang sangat besar ini akan semakin menambah kekuatan.
Dengan potensi ini maka wajar pemuda diharapkan menjadi tonggak dari terlaksananya pengembangan ekonomi syariah yang menjadi program pemerintah, dengan digiring melakukan peningkatan literasi keuangan dan digital. Namun, benarkah hal ini sudah sesuai dan tepat dalam menempatkan potensi pemuda ?
Saat ini tengah terjadi arus phk massal perusahaan - perusahan startup. Di tengah-tengah kondisi seperti ini pemuda justru didorong untuk memperkuat literasi digital dan keuangan yang tentunya akan bermanfaat digunakan dalam perusahaan yang mayoritas mengandalkan teknologi. Tentu wajar jika ini menimbulkan pertanyaan, mengapa pemuda yang disasar? Jika Kita melihat lebih mendalam siapa yg ada di balik program ini adalah tidak lepas dari adanya kepentingan Kapitalis. Maka dorongan kepada pemuda untuk meningkatkan ketrampilan digital dan keuangan juga tidak lepas dari kepentingan kapitalis dengan menjadikan pemuda sebagai alat penggerak roda kapitalis, meskipun menggunakan embel-embel ekonomi syariah. Pastinya program ini di bawah sistem ekonomi kapitalisme, tentu tidak mungkin mengusung sistem ekonomi syariah yang berbasis Islam kaffah seutuhnya.
Narasi menjadikan pemuda sebagai job creator sejatinya adalah perangkap yang akan mengeksploitasi pemuda. Ini menunjukkan pembajakan potensi pemuda muslim, sekaligus menjadikan mereka tumbal kepentingan Kapitalis. Barat yang saat ini tengah mencengkeram kehidupan melalui Sekulerisme Kapitalisme tak pernah melewatkan sedikitpun kesempatan untuk memanfaatkan potensi pemuda. Potensi ini mereka giring, tak lain hanya bertujuan untuk mempertahankan eksistensi kapitalisme.
Barat menyadari ada lawan yang mengancam serius eksistensi mereka, yaitu Islam . Oleh karena itu mereka berusaha menjauhkan pemuda dari pemahaman Islam yang benar. Selain itu Barat juga berupaya mengalihkan potensi pemuda. Mereka diarahkan menjadi hedon, liberal, materialistis, konsumtif dan lain-lain. Salah satunya menjadikan pemuda sebagai tonggak pembangunan ekonomi syariah dengan peningkatan literasi keuangan dan digital akan mengarahkan pemuda hanya fokus bekerja mencari cuan, melakukan pengabdian untuk meraih keterampilan dan berprestasi dalam ukuran materialistis semata.
Program yang dibuat sengaja dilabeli dengan ekonomi syariah dengan tujuan menarik pasar masyarakat muslim, mengingat jumlahnya yang mayoritas di Indonesia sekaligus memanfaatkan jumlah generasi muda yang melimpah di Indonesia sebagai penggeraknya. Apalagi, transaksi keuangan di alam kapitalisme terlebih dalam format digital, justru sangat rawan riba dan penipuan. Sudah banyak kasus yang membuktikannya. Ini artinya, ekonomi syariah memang hanya sekedar label, tidak menjamin transaksi ekonomi di dalamnya menerapkan muamalah yang syar’i. Di samping itu, pemuda didesign hanya mencukupkan diri dengan program ekonomi syariah saja, padahal syariah Islam bukan hanya tentang menerapkan sistem ekonomi, tetapi harus total dalam seluruh aspek kehidupan. Ujung-ujungnya mereka akan menjadi budak yang menguntungkan perusahaan-perusahaan kapitalis.
Begitulah Barat menjauhkan pemuda dari Islam untuk mencegah dan menghalangi kebangkitan umat Islam dengan memanfaatkan pemuda-pemuda muslim yang merupakan harta berharga. Program-proram yang dibuat mengarahkan pemuda menjadi tidak sadar akan pentingnya berjuang mengambil peran dalam rangka mengembalikan Islam di tempatnya yang mulia. Potensi pemuda muslim benar-benar telah dirampok dan dirampas.
Memaksimalkan Potensi Pemuda Dalam Islam
Islam menjadikan pemuda sebagai agen perubahan. Islam memiliki cara terbaik untuk memberdayakan pemuda sesuai dengan potensinya untuk kebaikan umat manusia dan tidak mengebirinya hanya sebagai budak kapitalisme. Oleh sebab itu, hendaknya umat muslim tidak tinggal diam . Harus ada upaya mengembalikan posisi dan potensi pemuda untuk meraih masa depan yang cerah yakni dengan Islam. Mengapa Islam ? Karena hanya Islamlah yang mampu memberdayakan pemuda dengan benar sesuai fitrahnya. Islam juga mendorong pemuda untuk beramal dan berkontribusi untuk kebaikan umat di dunia dan akhirat.
Islam telah membuktikan bahwa pemuda muslim terdahulu begitu luar biasa memberikan perannya untuk Umat. Ada Arqom bin Abi Arqom, yang masuk Islam saat usia muda, bahkan rumahnya dijadikan sebagai markas dakwah, kemudian Mushab bin Umair, duta yang diutus Rasul ke Madinah untuk membuka gerbang dakwah Islam di sana. Beliau juga dikenal dengan pemuda yang berani meninggalkan status sosial yang tinggi dan kemewahannya demi menjadi pembela Islam. Ada pula Usamah bin Zaid yang ditunjuk Rasul saat usia 18 tahun untuk menjadi pemimpin pasukan besar, dan masih banyak lagi contoh lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Mereka semua adalah contoh-contoh pemuda muslim yang akal dan hatinya hanya diserahkan pada Islam dan kejayaan umat. Ini semua karena Islam telah berhasil menjadikan generasi muslim terdahulu berdaya dan memaksimalkan potensi mereka sesuai fitrahnya. Bukan hanya untuk diri sendiri, tapi juga umat. Bahkan membawa kemajuan peradaban dunia.
Maka pemuda muslim saat ini harus terlebih dahulu menyadari potensi besar yang mereka miliki yang saat ini tengah dirampok oleh musuh-musuh Islam. Pemuda memiliki potensi sebagai pemimpin yang terdepan dalam kebaikan, kreatif , mampu menyelesaikan masalah dan memiliki visi misi yang jelas serta mampu membawa dan menyebarkan kebaikan. Pemuda adalah penegak peradaban Islam, dan harus peduli terhadap setiap kerusakan yang terjadi sekarang, tidak hanya diam berpangku tangan. Pemuda harus memiliki keberanian dalam menyampaikan dan menegakkan kebenaran.
Pemuda harus sadar dan menjadikan Islam sebagai satu-satunya pandangan hidup sehingga segala perbuatan, makna bahagia dan sukses ditakar dengan standar yang tepat. Bukan seperti sekarang sukses ala kapitalis. Bahagia dan sukses yang hakiki adalah saat meraih ridho Allah dan kelak masuk ke surga Nya. Allah berfirman dalam surat Ali Imron ayat 185 yang artinya :
“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari Kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh, dia memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya.” (TQS Ali Imran : 185)
Maka, kecepatan dan kecerdasan pemuda muslim saat ini, dalam menguasai bidang keuangan dan juga memanfaatkan dunia digital, sejatinya harus diarahkan dan dimanfaatkan dalam memberikan kontribusinya di Umat untuk tegaknya peradaban Islam kelak. Para pemuda muslim adalah generasi cerdas teknologi. Mereka memiliki kreativitas dan inovasi yang luar biasa, termasuk dalam membuat konten di dunia maya. Dengan penguasaan dunia digital yang mumpuni, seharusnya akan memudahkan ide-ide Islam tersebar dengan cepat dan luas cakupannya, sehingga mempercepat kesadaran umat akan pentingnya menerapkan Islam secara sempurna dalam kehidupan. Bukan hanya sekedar melaksanakan program pemerintah yang arah pencapaiannya keberhasilan materi saja, apalagi hanya sekedar menjadi tumbal kepentingan kapitalis demi eksistensi mereka. Ini akan sangat disayangkan sekali.
Oleh: Hanum Hanindita, S.Si
Sahabat Tinta Siyasi
0 Comments