Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Pemuda Bukanlah Problem Solver Literasi Keuangan dan Digital


TintaSiyasi.com -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartato mengadakan Seminar Nasional yaitu program Ekon Goes to Campus yang bertemakan “Menuju Indonesia sebagai Pusat Ekonomi Syariah Terkemuka di Dunia” bertempat di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Airlangga mengatakan jika forum ini adalah bagian untuk mempercepat literasi dan inklusi keuangan, dan sudah seharusnya pemuda ikut andil menjadi pihak untuk meningkatkan literasi keuangan dan digital (liputan6, 25/11/2022).

Dalam rangka menjadi pusat ekonomi dan keuangan syariah terkemuka di dunia maka pemerintah menempuh berbagai langkah dan aksi yaitu untuk mencapai visi dari Master plan Ekonomi Syariah Indonesia (MekSI) tahun 2019 hingga 2024 yang mengangkat tema “Indonesia yang Mandiri, Makmur, Madani, dan Menjadi Pusat Ekonomi dan Keuangan Syariah Terkemuka di Dunia”. Langkah yang diambil oleh pemerintah diantaranya dengan memperkuat regulasi dan tata kelola, mengembangkan kapasitas riset, meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia, terakhir langkah yang diambil pemerintah adalah dengan meningkatkan kesadaran pentingnya literasi keuangan dan digital kepada publik.

Langkah ini ternyata mendapatkan kinerja baik, berdasarkan data dari Global Islamic Financial Report, Indonesia menempati peringkat pertama Islamic Finance Country Index tahun 2021, diurutan kedua ada Arab Saudi dan diurutan ke tiga yaitu Malaysia. Prestasi ini seimbang dengan potensi Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia. Agar langkahnya lebih optimal maka pemerintah mengambil tindakan lebih besar lagi yaitu dengan menyelenggarakan kegiatan edukasi sebanyak 542 kegiatan oleh para pelaku usaha jasa keuangan. Bahkan OJK sangat mendorong untuk para pemuda Muslim untuk menjadi pelaku literasi keuangan dan digital. Tujuan dari edukasi ini adalah agar bisa mempengaruhi mahasiswa khususnya pemuda supaya mampu menumbuhkan jiwa kewirausahaan mereka, sehingga mereka tidak menjadi orang yang mencari lowongan pekerjaan (job seeker) saja tetapi mampu membuka lapangan pekerjaan (job creator).

Pantas jika pemuda lebih digencarkan agar menjadi problem solver atas literasi keuangan dan digital, karena pemuda adalah generasi yang cepat tanggap terhadap perkembangan teknologi, dan memiliki inovasi dan kreativitas yang terbarukan, serta banyak menghabiskan waktunya dalam dunia maya atau digital. Oleh karena itu, pemerintah terus berupaya menjadikan pemuda untuk ikut andil menjadi pelaku literasi keuangan syariah yang terbuka (inklusif), akan tetapi dalam sistem kapitalisme sangat tidak memungkinkan untuk menggandeng ekonomi syariah yang benar-benar berbasis islam, karena sistem ini sangat sarat akan kebebasannya dan menjauhkan agama dari kehidupan (sekulerisme).

Syariah hanyalah kedok semata, pada pelaksanaan teknisnya apakah transaksi muamalah sudah benar-benar sesuai syariat islam? Apakah benar-benar tidak ada hal-hal yang diharamkan syariat? Jika masih sistem kapitalisme yang digunakan maka sangat tidak mungkin memberlakukan konsep ekonomi syar’i terlebih pada ranah literasi digital, hal ini akan semakin mendatangkan riba (bunga), sehingga syariah benar-benar hanya dijadikan cap atau kedok saja.

Allah SWT berfirman, “….Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan) dan urusannya kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba) maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya." (TQS. Al-Baqarah Ayat 275).

Memang benar peningkatan literasi keuangan dan digital kepada pemuda sangatlah penting. Apalagi jika melihat data demografi di Indonesia, tingkat kuantiti pemuda sangatlah besar bahkan bisa dikatakan memiliki bonus demografi pemuda yang jumlahnya bukan main. Tidak hanya dari jumlahnya saja tetapi dengan adanya pemuda juga mampu memberikan kekuatan yang besar untuk negeri ini bahkan dunia. Namun pada kondisi saat ini, edukasi dan dorongan yang diarahkan serta dikerahkan oleh pemerintah sejatinya hanya akan menumbalkan potensi pemuda demi kepentingan para kapitalis (pemilik modal) yang sudah berjasa menyuntikan modalnya kepada negara, sehingga negara harus membalas jasa para kapital (asas manfaat).

Meskipun yang digaung-gaungkan adalah konsep ekonomi atau keuangan syariah sebagaimana tujuan dari pemerintah, serta narasi menjadikan pemuda sebagai job creator sebenarnya hanyalah perangkap yang justru akan mengeksploitasi peran pemuda. Ditengah kencangnya arus PHK besar-besaran yang dilakukan oleh startup maka narasi serta edukasi yang diberikan pemerintah semakin pantas untuk dipertanyakan. Bukankah dengan adanya konsep literasi keuangan dan digital dalam kapitalisme akan makin membajak potensi dari pemuda.

Pada akhirnya pemuda lagi yang dijadikan sebagai perangkap untuk memenuhi kepentingan para kapitalis yang sangat-sangat jauh sekali dari syariat Islam. Pada kondisi seperti ini pemuda lebih khususnya pemuda Muslim haruslah sadar bahwa potensinya saat ini dijadikan tumbal. Kesadaran juga harus diimbangi dengan perhatian kepada umat (politik) agar jiwa-jiwa mereka tidak hanya menjadi pembebek saja. Kapitalisme memerah potensi pemuda demi asas manfaat, jika sudah terpenuhi kepentingan mereka maka bukan tidak mungkin jika nantinya pemuda yang akan semakin dirugikan sama hal nya dengan pepatah “habis manis, sepah dibuang”.

Islam adalah agama yang begitu komprehensif lagi sempurna, Islam memiliki cara terbaik untuk memberdayakan pemuda sesuai dengan potensinya serta agent of change demi kebaikan seluruh umat manusia. Islam tidaklah mengebiri pemuda, lain hal nya dengan kapitalisme yang menjadikan pemuda sebagai budak. Sesungguhnya, pemuda adalah sosok yang sangat dibutuhkan oleh umat untuk mengubah tatanan dunia dan pemimpin dari peradaban. Potensi terbesar pemuda terletak pada pemikiranya, sehingga sangat dianjurkan bagi seluruh pemuda untuk menggunakan akal dan pikirannya demi memperjuangkan dan menegakan kejayaan Islam dan mengembalikan kehidupan Islam.

Pemuda adalah orang yang mampu mengguncang dunia serta memiliki sejagat energi yang begitu tinggi. Jika pemikirannya salah, bahkan sudah terjerumus pada kapitalisme maka hanya hawa nafsu saja yang akan menuntunnya menjalani kehidupan di muka bumi ini. Akibatnya lalai dan enggan mengemban misi yang sangat besar lagi mulia yang mana sesuai dengan visi dan misi dari penciptaan mereka ada di dunia ini (menjalankan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya).

Begitu hancur dan meruginya negeri ini hanya mengekor pada kapitalisme yang jelas-jelas menjajah yaitu bukan menjajah dari fisik namun dari pemikiran. Tidak hanya negeri saja yang makin hancur melainkan juga pemudanya, mereka hanya dijadikan korban bahkan dibajak potensinya dan akhirnya diperah agar menjadi problem solver permasalahan yang dibuat para kapitalis (pemilik modal). Mengatas namakan literasi keuangan dan digital dengan label syariahnya sebenarnya hanyalah dalih agar para pemuda terjerumus. Sehingga membuat pemuda muslim tidak menggunakan pemikiran dan potensi mereka untuk memuliakan agamaNya serta menegakan sistem yang akan membawa pada perubahan hakiki dunia dan jelas akan membawa pada ridho Allah SWT.

Wallahu a’lam bishshawab. []


Oleh: Dewi Sri Murwati
Mahasiswi, Pegiat Pena Banua, Aktivis Dakwah
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments