Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Gelar Pernikahan dengan Fasilitas Negara, Jauh Panggang dari Api dengan Sosok Umar bin Abdul Aziz

TintaSiyasi.com -- Pernikahan anak bungsu Presiden Joko Widodo menjadi sorotan beberapa media Internasional. Di antaranya UK Time News yang menyoroti akun media sosial orang nomor 1 di Indonesia yang memposting pernikahan putera terakhirnya. Media tersebut mewartakan berita berjudul “Son of Indonesia president is getting married, He posts photos on Instragram” atau putra presiden Indonesia akan menikah, ia memposting foto di Instagramnya.

Putra presiden Indonesia Joko Widodo menikah dengan tunangannya, Erina Gudono dalam upacara mewah pada hari jumat, 9 Desember 2022. Tulis media tersebut dalam beritanya di hari yang sama. (Sinar harapan.co, 10/12/2022)

Pernikahan Kaesang Pangarep memang mendapatkan pengamanan yang sangat ketat. Mengingat posisinya dia sebagai anak dari orang nomor 1 di Indonesia. Berbagai pengamanan diterjunkan, baik dari tingkat kepolisian hingga gabungan TNI.

Pangkogabwilhan II Meningkatkan pengamanan dilakukan dengan menerjunkan sekitar 10.800 personel gabungan TNI-Polri yang tersebar di kota Solo dan Yogyakarta, dalam pengamanan demi jalannya acara pernikahan putra bungsu presiden Jokowi. (okezone.com, 8/12/2022)

Sementara itu, Kapolda Jawa Tengah Irjen Ahmad Luthfi melakukan peningkatan keamanan. Bahkan, penebalan personel dilakukan di beberapa titik pengamanan. “Beberapa titik juga dilakukan penebalan pengamanan untuk memastikan acara berjalan aman dan lancar”. Ujarnya

Banyaknya personel yang diterjunkan untuk mengamankan pesta pernikahan putera Jokowi dinilai begitu berlebihan. Tokoh nasional Rizal Ramli mencatat, pesta pernikahan Kaesang terkesan lebih megah dan monarch dari mantuan Sultan Jogja atau Solo.

“Barisan kereta kuda bagaikan pernikahan kerajaan Inggris atau Belanda. Dikawal 10.300 pasukan. Padahal di Papua TNI hanya 3000-an. Seperti metamorfosa, dari Jokowi presiden asal rakyat biasa, menjadi Jokowi Sang Raja yang lebih hebat dari Sultan Jogja atau Solo. Sweet revenge,” tulis Rizal Ramli. (harianterbit.com, 13/12/2022)

Pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul, M. Jamiluddin Ritonga mengungkapkan hal yang senada. Pengamanan 10 ribu lebih personel terkesan negeri ini seperti tidak aman. Ia melihat pengamanan hajatan nikahan anak Jokowi seperti di Kota Solo dan Yogyakarta sedang dalam krisis. (harianterbit.com, 13/12/2022)

Melibatkan fasilitas negara untuk “kebutuhan pribadi” rasanya kurang etis, sekalipun posisinya sebagai kepala negara. Karena peruntukkan dari fasilitas negara ditujukan untuk kepentingan rakyat, bukan untuk kepentingan pribadi.

Menggunakan fasilitas negara untuk kepentingan pribadi/golongan bisa disebut sebagai “Benturan Kepentingan”. Dari laman mmc.kalteng.go.id, benturan kepentingan adalah situasi dimana pejabat atau pegawai memiliki kepentingan pribadi terhadap setiap penggunaan wewenang dalam kedudukan atau jabatannya, sehingga dapat mempengaruhi kualitas keputusan dan/atau tindakannya. 

Ironis, begitu kata yang mungkin tepat menggambarkan kondisi pernikahan putera Jokowi di tengah getirnya kehidupan rakyat yang sedang ditimpa berbagai musibah dan kesulitan hidup.

Aktivis 98 Yusuf Blegur pun turut berkomentar, mewahnya hajatan pernikahan anak Jokowi menunjukkan ada degradasi kepemimpinannya. Saat ini Jokowi selalu mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang tidak populis. Bahkan kebijakan Jokowi kerap menimbulkan kesulitan hidup rakyat, seperti menaikkan harga BBM, listrik dan lainnya. 

Saat negara banyak mengalami musibah dan tragedi, seperti kasus sambo, kanjuruhan, gempa Cianjur, beberapa erupsi gunung berapi serta lemahnya daya beli masyarakat akibat kenaikan harga sembako serta merosotnya ekonomi rakyat, yang semuanya itu berdampak buruk bagi rakyat. Tetapi Jokowi justru malah terus asyik dengan kemewahan dan kesenangan seperti tidak prihatin dan tidak punya empati. (harianterbit.com, 13/12/2022) 

Terkait penggunaan fasilitas ini, kita bisa temukan bagaimana teladan yang digambarkan pemimpin pada masa kejayaan Islam, yakni Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Sebagai pejabat negara, Umar bin Abdul Aziz berprinsip sangat hati-hati (wara') dalam menggunakan fasilitas negara.  

Dikisahkan bahwa kala itu Umar bin Abdul Aziz harus menyelesaikan tugas di ruang kerjanya hingga larut malam. Tiba-tiba, puteranya mengetuk pintu ruangan dan meminta izin masuk. Umar pun mempersilakannya untuk mendekat. 

Saat sang Putra hendak membahas urusan keluarga, Umar pun meniup lampu penerang di atas mejanya, sehingga seisi ruangan gelap gulita. “Mengapa Ayah melakukan ini?” tanya putranya itu keheranan. 

Umar pun menjelaskan, lampu yang ia pakai dibeli dengan uang negara dan dipakai hanya untuk keperluan negara. Bukan untuk kepentingan keluarga. Ia pun lantas memanggil pembantu pribadinya untuk mengambil lampu yang dibelinya dengan uang pribadinya.

Demikianlah, sosok-sosok pemimpin terbaik dalam sejarah Islam. Dan sudah seharusnya sosok inilah yang kemudian dijadikan teladan dalam berbagai urusan. Namun, rasanya sulit jika memang pribadinya bukan didasari pribadi yang bertakwa.

Pribadi yang bertakwa lahir bukan karena kesalihan pribadi. Tapi juga kesalihan sistem yang mengondisikan berbagai pihak untuk tetap berada dalam koridor ketaatan kepada Allah Swt. Tentu kesalihan sistem hanya bisa diwujudkan dengan penerapan sistem yang benar, yakni sistem Islam dalam institusi negara. 

Wallahu a’lam bi ash-shawwab


Oleh: Nur Rahmawati, S.Pd
Pendidik Anak Usia Dini
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments