TintaSiyasi.com -- Kasus bullying kembali ramai terjadi. Sepertinya tak pernah selesai dan tuntas terselesaikan di negeri ini. Mulai bullying yang terjadi di lingkungan sekolah, yakni terhadap sesama pelajar. Sebagaimana yang dirilis kumparan News, 20 November 2022, bullying dilakukan seorang pelajar SMP di Bandung, dengan menendang kepala pelajar lain sampai terjatuh dan dilarikan ke rumah sakit.
Begitu juga bullying yang dilakukan pelajar kepada seorang nenek di Tapanuli Selatan baru-baru ini. Menurut Kapolres Tapsel, AKBP Imam Zamroni, para pelajar ini mengaku tidak ada niat untuk melukai hanya iseng-iseng saja. (Kumparan News, Ahad 20 November 2022).
Inilah salah satu fakta para pelajar sedang mengalami krisis moral dan jauh sekali dari ajaran Islam. Padahal, pelajar sejatinya adalah pribadi yang terdidik, seharusnya bisa menjadi contoh yang baik dengan memiliki kepribadian yang baik pula, berbekal ilmu-ilmu yang mereka dapatkan di bangku sekolah.
Ironisnya dalam sistem saat ini mereka jauh dari gambaran pemuda yang berkepribadian baik, yang sangat menghormati kepada yang lebih tua. Sistem saat ini yang sekuler (memisahkan agama dari kehidupan) sangat nyata berlaku juga di dunia pendidikan atau sekolah. Porsi pelajaran agama yang sangat sedikit menjadi salah satu pemicu jauhnya pelajar dari ajaran agamanya. Akhirnya melahirkan generasi yang krisis moral dan jauh dari norma norma agama.
Parahnya, negara dalam sistem sekuler ini membolehkan agama mengatur dalam ranah privat saja hanya sebatas ibadah mahdah, untuk urusan publik, agama tidak ada peran mengatur. Akibatnya kebebasan menjadi jalan hidup generasi muda saat ini. Gaya hidup tanpa arahan agama yang benar melahirkan generasi yang rapuh, mudah tersulut amarah dan terprovokasi. Maka wajar semakin marak bullying di kalangan pelajar.
Padahal, Islam sebagai agama yang sempurna telah mengatur bagaimana melahirkan generasi yang berkepribadian Islam. Karena tujuan pendidikan dalam Islam terciptanya manusia yang memiliki pola fikir dan pola sikap sesuai tuntunan Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Oleh karena itu, mendidik generasi tidak hanya di bangku sekolah saja, tapi peran keluarga juga sangat penting, yakni orang tua, terutama ibu menjadi pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya. Ditambah pula peran masyarakat menjadi penopang dalam kehidupan generasi muda, saling mengingatkan dan mencegah kemungkaran adalah keniscayaan dalam sistem Islam.
Adapun faktor yang tak kalah penting lainnya adalah peran negara. Negara memiliki pengaruh terbesar untuk membekali generasi muda yang taat akan ajaran dari Sang Pencipta mereka yaitu Allah SWT. Pasalnya negara akan memberi sanksi yang tegas jika ada yang menyimpang dari aturan Islam itu sendiri.[]
Oleh: Eva Susandra, S.H.
Aktivis Dakwah di Depok
0 Comments