Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Bencana Terjadi di Mana-Mana, Mitigasi dan Penanggulangan Bencana Alam Rendah


TintaSiyasi.com -- Negeri ini telah berduka, bertubi-tubi bencana datang menerpa, misalnya gempa, banjir dan erupsi gunung menyusul merambah ke banyak wilayah. Belum usai gempa di Cianjur, negeri ini dihantam kembali dengan Gempa di Garut. Bencana banjir menyusul terjadi di Kabupaten Pati. Selanjutnya Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMG) menyatakan status gunung Semeru di Jawa Timur pada Ahad, 4 Desember 2022 telah dinaikkan dari level 3 atau Siaga menjadi level 4 atau Awas.

Terjadinya bencana memang bagian qadha Allah SWT yang harus diterima penuh ridha dan sabar. Seperti dalam hadis riwayat Bukhari yaitu, "Tidaklah suatu musibah yang menimpa seorang Muslim melainkan Allah SWT akan menghapus (dosa orang itu) dengannya, bahkan duri yang menyakitinya sekalipun."

Akan tetapi meskipun bencana adalah ketetapan Allah yang tidak dapat dipastikan kedatangannya, tetapi setidaknya manusia dapat memperkirakan dan memiliki alarm pertama menghadapi bencana alam. Manusia diberi kelebihan oleh Allah yaitu akal untuk berpikir. Manusia dapat memikirkan mitigasi gempa agar tidak timbul korban serta meminimalkan dampak kerugian. 

Namun konsep seperti ini tidak berjalan optimal dalam kapitalisme dikarenakan sistem aturan yang ada berasas pada untung rugi. Dalam sistem ini pihak berkuasa adalah para korporat. Negara hanya berperan sebagai regulator kebijakan. Hal tersebut terbukti dengan kegiatan eksploitasi lingkungan seperti alih fungsi lahan yang berlebihan, eksploitasi kekayaan alam, maupun pembalakan liar hutan masih tetap eksis hingga saat ini. 

Kegiatan tersebut membawa keuntungan bagi korporat terkait namun ini juga membawa dampak buruk bagi lingkungan karena ekosistem kehilangan daya dukungnya. Sedangkan penguasa kapitalisme lebih tunduk pada korporat. Sehingga wajar jika mitigasi bencana dilakukan ala kadarnya. Penguasa hadir setengah hati dalam upaya mitigasi yang pastinya memerlukan modal besar. 

Sebenarnya bisa melihat dari gempa Cianjur bahwa penguasa tidak siap dengan mitigasi, penanggulangan, dan antisipasinya. Sehingga bencana ini memakan banyak korban jiwa dan menghasilkan kerugian fisik yang begitu besar. Belum lagi nasib sebagian para pengungsi yang kekurangan makanan, pakaian, dan barang logistik lainnya.

Padahal andai penguasa sangat memperhatikan keselamatan warga. Hal penting itu tidak akan pernah luput. Namun, hal ini tidak akan pernah dilakukan oleh penguasa kapitalisme.

Sangat berbeda dengan penguasa sistem khilafah sebagai institusi negara yang membawa amanah sebagai raain. Khilafah Islamiyah menggariskan kebijakan-kebijakan komprehensif, prinsip kebijakannya disandarkan syariat Islam yang ditunjukan untuk kemaslahatan rakyat.

Upaya penanganan bencana alam meliputi penanganan pra bencana, ketika dan sesudah bencana. Upaya pra bencana dirancang untuk mencegah atau menghindarkan penduduk dari bencana. Semisal pencegahan banjir khilafah akan membangun sarana fisik seperti pembangunan kanal, bendungan, pemecah ombak, tanggul. Khilafah juga melakukan reboisasi (penanaman kembali), pemeliharaan daerah aliran sungai dari pendangkalan, relokasi, tata kelola yang berbasis amdal (analisis mengenai dampak lingkungan), memelihara kebersihan lingkungan.

Khilafah juga akan memetakan daerah rawan gempa dan potensi tsunami. Di wilayah seperti ini, khilafah akan optimal menggunakan teknologi alarm peringatan bencana. Informasi BMKG membangun tahan gempa dan sejenisnya. Hal yang sama akan berlaku di daerah pegunungan vulkanik.

Khilafah juga akan melakukan edukasi masyarakat sehingga memiliki pemahaman yang benar terhadap bencana, peka terhadap bencana, dan mampu melakukan tindakan yang benar ketika dan sesudah bencana. Khilafah akan membentuk tim SAR secara khusus yang dibekali dengan kemampuan dan peralatan yang canggih untuk mengevakuasi korban bencana.

Ketika terjadi bencana, seluruh kegiatan dirancang untuk mengurangi korban jiwa dan kerugian material akibat bencana. Kegiatan yang dilakukan adalah evakuasi korban dengan cepat, membuka akses jalan dan komunikasi dengan korban. Jika bencana yang terjadi banjir atau gunung meletus yang mengeluarkan lahar, maka material tersebut akan dialihkan ke tempat yang tidak dihuni manusia atau menyalurkannya ke saluran yang sudah disiapkan.

Khilafah memastikan para korban tidak kekurangan dengan keadaan mereka yang tertimpa musibah. Gambaran khilafah mampu menangani semuanya dapat terlihat dari keberhasilan Khalifah Umar bin Khattab ketika paceklik yang menimpa jazirah Arab. Khalifah Umar membentuk tim yang terdiri dari para sahabat seperti Yazid bin Ukhtinnamur, Abdurrahman bin Al Qari, Miswar bin Makhramah, dan Abdullah bin Uthbah bin Mas'ud ra bertugas melaporkan dan merancang upaya yang akan dilakukan untuk menangani korban paceklik. Adapun menejemen pada bencana dirancang untuk recovery psikologis warga yang terdampak bencana. Khilafah juga akan melakukan perbaikan lingkungan tempat tinggal mereka pasca bencana. 

Inilah langkah-langkah yang ditempuh khalifah untuk menangani bencana. Khalifah akan optimal dengan mitigasi bencana sebagai upaya melindungi dan menjaga warganya dari marabahaya. Inilah sistem Islam yang menjamin dan menyejahterakan umat manusia karena penguasa memandang bahwa dirinya pelayan yang mengurusi urusan rakyat, tunduk patuh pada Syariah Islam dan menyakini bahwa setiap apa yang dilakukan akan dimintai pertanggungjawaban.

Wallahu a'lam bishshawab. []


Oleh: Sahna Salfini Husyairoh, S.T.
Aktivis Muslimah
Baca Juga

Post a Comment

1 Comments

  1. Islam sangaaat detail memperhatikan kodrat dan ke.aslahatan ummat manusia

    ReplyDelete