Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Belajar dari Musibah yang Bertubi-tubi


TintaSiyasi.com -- Indonesia gawat darurat. Dalam setahun terakhir, Indonesia dilanda musibah yang bertubi-tubi. Belum usai banjir dan longsor, gempa melanda. Belum berhenti gempa, gunung semeru erupsi. Begitu banyak catatan yang harus segera ditindaklanjuti untuk evakuasi secara cepat dan tepat.

Masih suasana berduka sejak tanggal 21 November lalu, Cianjur dan sekitarnya dilanda gempa berkekuatan 5,6 SR di kedalaman 10 Km. Meski tidak berpotensi tsunami, tetapi dampak kerusakannya cukup parah. Ditambah lagi dengan adanya gempa susulan yang terus menerus terjadi. Gempa tersebut mengakibatkan banyak korban jiwa dan harta.

Indonesia memang terkenal dengan gempanya. Berkah posisinya yang berada di jalur lempeng tektonik inilah yang menjadi salah satu sebab Indonesia langganan gempa. Meski demikian, daerah rawan gempa bisa dipetakan dan diantisipasi dengan pembangunan infrastruktur di daerah tersebut. Oleh karena itu perlu langkah proaktif yang secara kontinu diedukasikan kepada masyarakat yang tinggal di daerah rawan gempa.

Akan tetapi langkah itu akan sulit dilakukan jika tidak ada kesadaran untuk saling mengingatkan. Apalagi pembangunan infrastruktur antigempa pasti akan membutuhkan dana dan daya konstruksi yang kuat. Jika tidak ada dukungan dari pemerintah pusat, masyarakat dengan ekonomi bawah pasti tidak mampu untuk hal itu. Mereka akan membangun rumah seadanya.

Terlepas dari musibah gempa, musibah lainnya juga perlu antisipasi dini. Namun sayangnya, seringkali kita baru menyadari setelah musibah itu terjadi. Edukasi tentang evakuasi diri baru diajarkan setelah semuanya terkendali. Alhasil ketika terjadi musibah, masyarakat sering panik dan salah mengambil tindakan. Penanganan oleh pihak terkait pun akan terhambat.

Berbagai musibah yang bertubi-tubi ini menjadi sebuah teguran dari Allah. Terlalu banyak dosa dan kerusakan yang dibuat oleh tangan usil manusia. Alam yang sudah ditata dengan baik, justru dirusak dengan keegoisan orang-orang rakus. Mau mengelak apa lagi jika sudah terjadi seperti ini.

Kejahatan merajalela, zina dan riba bertebaran, itu sudah cukup membuat Allah murka. Ini membuktikan bahwa masyarakat kita sudah terlalu jauh dari syariat-Nya, terlalu asyik memikirkan dunia hingga lupa ada hak Allah yang harus kita penuhi. 

Di balik semua musibah ini, sudah seharusnya kita menyikapinya dengan lebih menguatkan iman kita kepada Allah, lebih banyak bersabar, bertawakal dan bertobat kepada Allah serta bermuhasabah diri atas semua yang telah dilakukan.

Dalam hal penanganan musibah pun, pemerintah tidak boleh lepas tangan apalagi hanya mengandalkan para relawan masyarakat. Jaminan keamanan, kesehatan, serta seluruh hajat masyarakat sudah selayaknya menjadi kewajiban pemerintah. Akan tetapi, hal itu sulit dilakukan di sistem ini kecuali sedikit saja, yakni hanya mencari simpati rakyat tanpa memikirkan nasib para korban bencana selanjutnya. Pengurusan rakyat oleh pemerintah tidak mungkin bisa dilaksanakan dengan baik kecuali dengan menjalankan seluruh hukum dan aturan dari Allah dalam wujud penerapan syariatnya secara kaffah dalam seluruh aspek kehidupan.

Wallahu a'lam bishshawab. []


Oleh: Nur Hidayati 
(Lisma Bali)
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments