Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Seruan R20, War On Terorism, Solusi Pragmatis Peradaban Dunia


TintaSiyasi.com -- Setelah digelar di Bali selama dua hari pada 2-3 November lalu, Forum Religion of Twenty (R20) berlanjut ke Yogyakarta dan Jawa Tengah pada 4-6 November 2022. Para tokoh agama yang menghadiri R20 kemudian diajak untuk mengunjungi sejumlah tempat peribadatan dan pusat studi keIslaman, yaitu Candi Kimpulan di area kampus Universitas Islam Indonesia (UII), Candi Prambanan, Vihara Mendut, Candi Borobudur, dan Pondok Pesantren Sunan Pandanaran. 

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf dalam sambutannya mengatakan, kehidupan yang rukun dan tentram sudah menjadi sebuah kewajiban yang harus dilakukan, dirawat, dan ditunjukkan seluruh elemen bangsa dengan latar belakang apapun, baik dari sisi etnis, budaya, suku, maupun agamanya.  Hal inilah yang hendak ditunjukkan Gus Yahya kepada para pemimpin agama melalui kunjungan-kunjungan tersebut (Republika.co.id, 8/11/2022).

Perlu diketahui forum ini pertama kali diselenggarakan di Bali dengan total partisipan yang terkonfirmasi hadir dalam perhelatan forum R20 sebanyak 338 dari 32 negara Dengan menghadirkan 45 pembicara dari 5 benua. Agenda ini akan menjadi agenda tahunan sejalan dengan Presidensi G20 yang secara kontinyu akan digelar di India ada tahun 2023, di Brasil pada tahun 2024 dan di Afrika Selatan pada 2025. 

Tampaknya, pertemuan ini secara sungguh-sungguh akan menunjukkan kepada dunia, khususnya negara-negara Barat, bahwa Islam adalah rahmat bagi alam semesta. Ini akan meminimalkan perasaan islamofobia oleh sebagian masyarakat di negara-negara Barat.


Seruan Menjadikan Agama sebagai Solusi

Kehadiran forum R20 dibuat untuk memastikan bahwa agama berfungsi sebagai sumber solusi yang dinamis, bukan masalah serta berhenti menjadikan agama sebagai sumber masalah. 

Direktur Forum on Islamic World Studies (FIWS) Farid Wadjdi mengatakan bahwa agama bukanlah sumber masalah dunia. Adapun yang terkait konflik Rusia vs Ukraina, tidak ada hubungannya dengan agama, karena kedua negara ini mayoritas beragaman Nasrani. 

Sebaliknya, konflik kedua negara ini erat kaitannya dengan kebijakan politik negara Amerika untuk memperkuat posisi NATO agar tetap dibawah payung Amerika, setelah ada upaya negara-negara Eropa berupaya lepas dari Amerika. 

Menurut beliau, dialog antarumat beragama atau apa pun istilahnya tidak pernah akan bisa menyelesaikan persoalan konflik karena akar persoalannya bukan pada agama. Mereka sama sekali tidak pernah menyalahkan ideologi imperialisme kapitalisme global, tidak menyalahkan tatanan ekonomi kapitalis, tidak menyalahkan war on terorism, war on radicalism.


Bertentangan dengan Realita yang Ada

Isu terorisme, radikalisme itu tidak lepas dari kebijakan negara-negara Barat. Isu-isu itu merupakan mainan mereka untuk menuduh Islam dan kaum muslim seolah menjadi sumber persoalan. Oleh karena itu, sangat tidak tepat kalau persoalan-persoalan yang ada pada saat sekarang ini dikaitkan dengan agama.

Menyerukan Islam sebagai solusi global memang bagus, tetapi bukan dengan paradigma Barat. Ketika Islam diformulasikan menurut sudut pandang sekularisme, nilai-nilai Barat akan turut tercantum dalam solusi tersebut. Misalnya, memerangi radikalisme dengan moderasi beragama, yaitu menjadi Muslim moderat yang tidak menolak pemikiran-pemikiran dan pandangan hidup Barat.

Jika Islam adalah solusi, lantas mengapa umat Islam yang berjuang menegakkan khilafah yang merupakan ajaran agamanya dituduh sebagai teroris dan dianggap radikal? Bukankah hal ini sangat kontradiktif? Faktanya narasi radikalisme lebih banyak menyasar kelompok-kelompok Islam yang ingin menerapkan syariat Islam secara total dalam tatanan bermasyarakat dan bernegara. Bahkan kerap menjadi pihak tertuduh menyebarkan kebencian, intoleran, dan antikeberagaman terhadap non-Muslim. 

Semua tuduhan itu jelas beralasan karena esensinya Islam bertentangan dengan ide barat. Kapitalisme menganggap bahwa agama memiliki tempat dan posisi yang tidak lebih sekadar ibadah ritual. Agama tidak boleh turut campur mengatur urusan masyarakat dan negara. Persis akidah sekularisme yang menjauhkan agama dari kehidupan.

Padahal, jika menyangkut Islam, ruang lingkupnya tidak sekadar ibadah. Islam adalah agama ruhiyah dan siyasiyah. Artinya, Islam memiliki paket lengkap dalam mengatur urusan ibadah (individu), kemaslahatan umum (masyarakat), dan negara. 

Islam memiliki pandangan hidup yang khas yang dari akidah ini lahir aturan-aturan cabang, yaitu sistem politik, pemerintahan, ekonomi, sosial masyarakat, pergaulan, sanksi, serta pertahanan dan keamanan. Dengan kata lain, Islam memenuhi semua cakupan sebagai sebuah ideologi, yaitu falsafah hidup yang memiliki sistem untuk diterapkan.

Rahmat lil ‘alamin tidak akan terasa jika tidak menjadikan Islam sebagai pandangan hidup (the way of life). Islam adalah satu-satunya ideologi sahih yang layak diterapkan sebagai sistem kehidupan. Ideologi Islam mampu menjawab seluruh problem masalah dunia, menjelaskan aturan syariat secara terperinci dalam mengurai persoalan, serta mengatur kehidupan mulai sejak bangun tidur hingga membangun negara yang berlandaskan Islam (khilafah). 

Wallahu a'lam bishshawab. []


Oleh: apt. Nurwanasari Hamzah, S.Farm.
Aktivis Muslimah
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments