TintaSiyasi.com -- Ulama adalah pewaris para nabi dan rasul. Sebagaimana tugas yang diemban para nabi dan rasul yakni menyampaikan risalah yang dibawa nabi yang merupakan perintah Allah SWT, Tuhan pencipta alam. Sehingga umat manusia mendapatkan petunjuk terkait dengan kehidupan dunia. Sebab, jika manusia tidak mengetahui tujuan dari penciptaannya, maka ia akan tersesat tanpa arah dan tujuan yang benar sebagaimana tujuan penciptaan yang telah ditetapkan oleh Sang Penciptanya, yakni Allah SWT di dalam surat Adz-Dzariyat ayat 56.
Tentunya ulama ini mewarisi risalah nabi Muhammad SAW. Sebab, nabi terdahulu sebelum Nabi Muhammad hanya mengajak kepada ketauhidan, yakni mengesakan Allah, aturan yang diturunkan diperuntukan sebatas untuk kaumnya masing-masing. Berbeda dengan risalah yang dibawa Nabi Muhammad SAW, selain ketauhidan juga menurunkan aturan yang kaffah atau sempurna bagi seluruh semesta alam.
Islam sebagai agama yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril yang mengatur hubungan manusia kepada Allah, mengatur hubungan manusia kepada dirinya sendiri serta hubungan manusia kepada sesama manusia. Tentu, tidak ada lagi agama yang sempurna selain islam,sebagai petunjuk kehidupan manusia . Bahkan Allah sendiri yang mengatakan hanyalah Islam satu-satunya agama yang diridhai di sisi Allah, sebagaimana firman Allah SWT didalam surat Al-Maidah ayat 3.
Oleh karena itu, ketika Kementerian Agama (Kemenag) akan menggelar Multaqa Ulama di pesantren Al Munawwir Krapyak, 15-17 November 2022 sebagai ajang pertemuan para ulama Al-Qur'an, haruslah menjadi momentum perjuangan risalah Nabi SAW. Sebab, umat saat ini sudah terlalu jauh meninggalkan Islam, bahkan mendekati pada fobia terhadap Islam. Maka harus ada perjuangan untuk menyadarkannya. Bahwa kondisi umat saat ini terpuruk dan terhina akibat meninggalkan risalah Nabinya. Bahkan penghinaan terhadap nabi saat ini secara terang-terangan dan berulang-ulang, tanpa ada pembelaan yang signifikan oleh para ulama bahkan hanya sekadar kecaman dalam tataran negara-negara Islam.
Ulama sebagai pewaris para nabi harus menjadi garda terdepan dalam perjuangan untuk mengembalikan kemuliaan Islam. Umat yang telah kehilangan para ulama saleh, merindukan sosok ulama yang berpegang teguh dengan tali agama, menjadikan pusaka yang ditinggalkan Rasulullah SAW yakni Al-Qur'an dan As-Sunnah sebagai petunjuk kehidupan dunia agar tidak tersesat. Sebagaimana yang telah diwasiatkan Nabi Muhammad SAW saat menjelang wafat, beliau bersabda, ”Aku tinggalkan untuk kalian dua perkara (pusaka). Kalian tidak akan tersesat selama-lamanya selagi kalian berpegang teguh pada keduanya, yaitu Kitab Allah (alquran) dan sunah Rasul” (HR. Malik, Muslim, dan Ah-hab al sunan).
Ulama pada saat masa kejayaan Islam, sebagai tonggak yang menguatkan para khalifah yang memimpin dunia pada masanya. Nasihatnya tidak terlepas dari Al-Qur'an dan As-Sunnah, sehingga mampu memberikan solusi yang benar kepada khalifah terhadap seluruh permasalahan yang dihadapi warga Negara Khilafah. Salah satu ulama yang sangat berpengaruh pada masa Khalifah Umar bin Khattab, Sa’id Bin Musayyab, beliau adalah ulama ahli hadis dan ahli fiqih dari Madinah. Begitu juga syekh Aaq Syamsuddin yang berhasil menempah Sultan Al Fatih yang mampu memenuhi bisyarah Rasulullah yakni menaklukan Konstantinopel.
Semua tidak terlepas dari andil besar perjuangan para ulama sebagai pewaris para nabi dan rasul. Ucapannya akan menjadi hujjah yang berpengaruh besar yang diikuti oleh kaumnya. Apabila ia menyampaikan kebenaran, yakni Islam, maka kaum itu akan selamat, tetapi jika sebaliknya ia menyampaikan kesesatan, maka tersesatlah kaumnya. Maka, ulama harus menjadi garda terdepan di barisan umat untuk mewujudkan kembali kemuliaan Islam dalam sebuah Daulah Islam yang akan mengayomi dan melindungi warga yang berada di bawah naungannya. []
Oleh: Sri Wijayanti
Aktivis Muslimah
0 Comments