TintaSiyasi.com -- Forum “Religion twenty” (R20) yang merupakan momentum dunia untuk bersatu menjaga kerukunan dan Indonesia memiliki peran penting dalam kehidupan beragama. Sehingga, pemahaman dan kajian studi islam dan agama lain di lembaga pendidikan mulai tingkat dasar hingga perguruan tinggi harus diperkuat dengan toleransi, moderasi dan penguatan nilai bersama (antaranews.com).
Dalam laman yang sama disebutkan menurut Guru Besar Sosiologi Hukum Islam UIN Jakarta. Forum R20 dan G20 adalah momentum yang penting bagi Islam Indonesia untuk dunia sebagai contoh kehidupan yang rukun. Pendidikan agama perlu mendapat perhatian khusus karena ia berdampak dalam kehidupan sosial. Selain itu, menurut beliau bahwa Indonesia harus menghadirkan model kehidupan beragama yang plural dan harmoni dalam Forum R20 dan G20 di Bali.
Religion 20 (R20) ini merupakan salah satu event besar yang diusung dalam rangkaian dari G20. R20 diinisiasi oleh NU dan diketuai bersama dengan Liga Muslim Dunia atau Muslim World League (MWL). Tujuan R20 adalah untuk mencegah isu identitas sebagai senjata, membatasi penyebaran kebencian kelompok, mendorong diskusi yang jujur dan realistis didalam komunitas agama, serta memasukkan nilai moral dan spiritual dalam struktur geopolitik dan ekonomi (antaranews.com).
Harapan atau tujuan R20 adalah untuk menjaga kerukunan dunia dengan langkah yang ingin ditawarkan dengan menyampaikan toleransi dan moderasi beragama yang disampaikan oleh Guru Besar UIN Jakarta. Disampaikan juga, bahwa ini merupakan moment penting Islam Indonesia untuk dunia menjadi kehidupan yang rukun, plural, dan harmonis.
Perlu untuk didetaili lebih jauh bahwa dalam rangkaian R20, yang ingin dipromosikan atau dijadikan solusi untuk dunia adalah Islam dengan labeling Islam moderat yang memakai slogan toleransi, dan anti radikalisme.
Yang menjadi pertanyaan, apakah benar Islam moderat itu adalah solusi bagi dunia? Sebenarnya Islam moderat ataupun moderasi beragama tidak bisa dilepaskan oleh upaya Barat khususnya Amerika, sejak Amerika mengkampanyekan atau menyampaikan sebuah langkah bersama untuk dunia tahun 2001 yaitu War On Terrorism, yang saat itu terjadi pengeboman di Menara Kembar Amerika. Kemudian Amerika menyampaikan pada dunia bahwa kita harus melakukan perang bersama untuk memerangi terorisme. Selanjutnya hal ini, dikupas atau dibahas secara mendetail sebagai langkah yang perlu untuk dilakukan oleh Amerika, di mana Amerika akan mempromosikan ke seluruh dunia melalui Lembaga Think Tank Amerika yaitu Rand Corporation, yang sejak 2001 Rand Corporation mulai untuk merancang strategi-strategi.
Pada tahun 2003 Rand Corporation menulis sebuah buku untuk memetakan atau mengklasifikasikan kaum Muslim. Kajian pertama Rand Corporation tertuang pada buku Civil Democratic Islam, Partner, Resources, and Strategies. Buku yang ditulis oleh Cheryl Benard tahun 2003, mengklasifikasikan umat Islam menjadi 4 golongan yaitu: kaum fundamentalis, kaum tradisionalis, kaum modernis, dan kaum sekularis. Di dalam kajiannya sudah disebutkan ciri-ciri kaum fundamentalis itu memusuhi Barat dan Amerika Serikat yang berusaha merusak juga menghancurkan demokasi modern. Kaum tradisionalis pandangannya lebih moderat. Sedangkan kaum modernis dan sekularis adalah yang paling dekat dengan Barat dalam hal nilai dan kebijakan. Sehingga yang sudah terlabeli fundamentalis adalah kaum yang tidak mengikuti apa yang disampaikan atau apa yang menjadi arahan dari Amerika. Kaum inilah yang sangat diperhatikan pergerakannya oleh Amerika.
Pada 2004, Rand Corporation merumuskan lebih intensif bukan hanya kontra terorisme atau tindakan fisik tapi sudah mulai dengan sebutan radikal atau mengarah ke konsep berpikir radikal. Sehingga, Rand Corporation merekomendasikan untuk membentuk jaringan Islam moderat. Perumusannya melalui buku The Muslim World After 9/11 yang ditulis oleh Angel M. Rabasa pada tahun 2004, yang berisi melakukan proyek memetakan Dunia Islam pasca Peristiwa 9/11. Pemetaan ini bertujuan untuk memeriksa sumber-sumber radikalisme Islam dan mengetahui kondisi, proses, dan peristiwa pemicu tindakan radikalisme. Menggunakan label Islam radikal untuk membahasakan lebih tajam daripada label Islam fundamentalis seperti kajian Rand Corporation sebelumnya.
Selanjutnya, pada tahun 2006 Rand Corporation merumuskan panduan untuk memerangi kalangan yang disebut Islam radikal. Selanjutnya, membangun jaringan Islam moderat dengan sasaran prioritas adalah akademisi atau intelektual Muslim liberal sekuler, sarjana agama muda yang moderat, aktivis masyarakat, kelompok perempuan terlibat dalam kampanye kesetaraan gender, wartawan dan penulis. Sedangkan isu yang dimuat seperti pendidikan demokrasi, memerangi dominasi media Muslim anti demokrasi, kesetaraan gender, dan advokasi kebijakan kaum islamis.
Proyek deradikalisasi juga dibentuk Rand Corporation dalam buku Deradicalizing Islamist Extremist, ditulis oleh Angel Abasa pada tahun 2011. Program yang direkomendasikan adalah penangkapan kaum radikal, pemerintah menerapkan langkah kontrateroisme yang terukur, program agar ekstrimis yang dipenjara mengaku kesalahannya.
Strategi yang digunakan dalam menghadapi kaum Muslim adalah stick and carrot strategy atau politik belah bambu. Siapa kaum Muslim yang dikasih carrot dan siapa kaum Muslim yang akan digebuk, siapa yang akan dikasih dana juga mana yang diinjak atau ditekan.
Sedangkan R20 inisiatornya adalah organisasi besar yang banyak mempromosikan islam moderat, namun sebenarnya ini adalah strategi Barat untuk memecahbelah kaum Muslim, agar kaum Muslim terpecah dan terpetak dalam kondisi bingung akan mengambil Islam yang mana. Jika R20 tujuannya untuk menjaga kerukunan dunia, apakah bisa menjaga kerukunan dunia dengan solusi Islam moderat yang ditawarkan Barat? Yang sebenernya Islam moderat itu sebuah konsep atau solusi ala kapitalisme yang dilabeli atau dibungkus dengan embel-embel Islam. Jika melihat fakta, bagaimana kapitalisme sama sekali tidak bisa menyelesaikan problem dunia, seperti perang Rusia Ukraina yang tidak bisa selesai dengan menggunakan solusi kapitalisme.
Pertanyaannya jika dikatakan Islam moderat adalah solusi untuk menjaga dunia. Maka masalah di dunia mana yang layak untuk diselesaikan dengan solusi yang ditawarkan kapitalisme? Solusi yang lahir dari rahim sistem rusak kapitalisme yang dibuat dari akal pikiran manusia yang terbatas. Kapitalisme yang bertentangan dengan aturan Allah atau sistem Islam. Sedangkan dunia ini milik Allah, dan bumi ini milik Allah. Lantas, layakkah aturan manusia yang terbatas itu menandingi aturan Allah dalam mengatur semua yang ada di bumi dan dunia ini? Maka, jika kaum Muslim menginisiasi atau sebagai inisiator untuk menyatukan dunia atau ingin menjaga kerukunan dunia, maka seharusnya kembali pada islam yang diterapkan secara kaffah, dalam institusi yang terbukti membawa kemaslahatan seluruh bumi dan dunia, bahkan menyatukan dunia lebih dari 13 abad lamanya. Sistem buatan Allah untuk mengatur bumi dan dunia milik Allah. []
Oleh: Safda Sae, S.Sosio.
Aktivis Dakwah Kampus
0 Comments