TintaSiyasi.com -- Setelah runtuhnya negara yang diridhai Allah, yang menjalankan Al-Qur’an dan As-Sunnah, yang memberikan rahmat seluruh alam, yakni Khilafah Islam terakhir di Turki umat Islam seperti anak ayam kehilangan induknya. Kebingungan, kegelisahan, tersesat tidak ada lagi tempat berlindung yang aman damai sentosa seperti khilafah. Umat Islam dipaksa bertekuk lutut berhukum dan hidup dalam sistem batil kebangsaan (nation state) tercerai berai satu dengan lainnya, penjajahan, penindasan, penghinaan terhadap ajaran Islam yang mulia, semua dirasakan oleh kita sekarang.
Tak terelakkan apa yang terjadi baru-baru ini, seorang Komisaris Perusahaan BUMN, kata khilafah yang merupakan ajaran Islam, diplesetkan oleh beliau dalam tweetnya @kangdede78 (23/10/2022) menjadi “khilaf*ck”. Ini sebuah penghinaan, mengganti term khilafah dengan arti yang kasar tidak pantas dilontarkan oleh seseorang apalagi seorang Muslim.
Khilafah merupakan kepemimpinan umum umat Islam yang mengatur urusan umat baik dalam maupun luar negeri dan menyebarkan Islam ke seluruh penjuru negeri dengan dakwah dan jihad.
Khilafah bukan hanya persoalan sejarah Islam, tetapi khilafah wajib diperjuangkan oleh kaum Muslim. Dengan tegaknya khilafah, maka penerapan syariah Islam otomatis akan menyentuh seluruh aspek kehidupan (kaffah). Keagungan Allah dijunjung tinggi, kemuliaan Rasulullah SAW terjaga, ajaran Islam terawat dengan sempurna, perlindungan terhadap kaum Muslim secara khusus dan umumnya manusia pasti jaminannya, dan Islam akan merahmati alam semesta beserta isinya.
Apa yang dilakukan oleh Komisaris BUMN tersebut sudah terjangkit islamofobia. Yang mana ini merupakan strategi Barat untuk melemahkan perjuangan kebangkitan Islam dan khilafah di dunia. Barat memainkan peran utama khususnya Amerika. Fitnah terkeji yang dirasakan umat Islam, yakni pada September 2001 setelah meledaknya Gedung WTC rezim Amerika menyudutkan dan mengklaim bahwasannya kelompok Al Qaeda di bawah pimpinan Osama bin Laden yang meledakkan Gedung tersebut. Melalui tragedi di tahun 2001 itu pula, Presiden Amerika saat itu, George W. Bush, menginisiasi pertama kali sebuah program dengan jargon war on terrorism (WoT) pada 16 September 2001 yang pada hakikatnya adalah perang melawan Islam. “Termasuk penjajahan di Irak dan Afghanistan. Tetapi dengan izin Allah, perang itu gagal memojokkan Islam dan kaum Muslim.” (Dr. Riyan, M.Ag. kepada Mediaumat.news, Sabtu (11/9/2021).
Di Prancis, Kepala National Observatory of Islamophobia Abdallah Zekri mengungkapkan, sepanjang tahun 2020 terdapat 235 serangan terhadap Muslim di Prancis. Jumlah itu meningkat dibandingkan dengan 2019 yang mencatatkan 154 kasus penyerangan. Serangan terhadap masjid pun melonjak 35 persen dibandingkan dengan 2019. Sebanyak 70 surat ancaman dikirim ke markas besar atau pengurus French Council of Muslim Worship (CFCM) tahun lalu. Zekri mengangkat kewaspadaan atas penyebaran kebohongan tentang Islam dan Muslim serta surel yang menghasut kebencian terhadap Muslim (Republika, 30 Januari 2021). Kemudian larangan hijab bagi perempuan bagi ibu-ibu hingga anak-anak, pemakaian burkah/burkini, mengawasi ketat asosiasi keislaman, ini tertuang pada RUU Antiseparatisme dikeluarkan oleh Pemerintahan Emanuel Macron Sang Pembelenggu Islam (Voa Indonesia,16 Mei 2021).
Dan apa yang terjadi di Indonesia merupakan rangkaian atau rentetan peristiwa-peristiwa sebelumnya yang terjadi di negara lain. Rezim di negeri sudah mengidap islamofobia luar biasa. Dimulai dari ajaran Islam dimodernisasi (moderasi beragama), pluralism agama yang target utamanya menurut kami ialah Islam dan umatnya, pencabutan badan hukum perkumpulan organisasi dakwah Hizbut Tahrir Indonesia pada 2017 dilanjut FPI 2020, kriminalisasi ulama dan yang terbaru menyelewengkan Islam sebagai agama pendatang yang dilontarkan Menag juga plesetan kata khilafah oleh Komisaris BUMN dalam twitternya.
Mereka menganggap Islam kaffah dan khilafah adalah ancaman bagi masyarakat dan negara. Justru menurut kami penerapan syariah Islam kaffah dan khilafah adalah solusi praktis untuk menyelesaikan persoalan umat dan negara ini dari cengkeraman oligarki yang hidup dalam kapitalisme demokrasi kufur. Maka kami senantiasa pantang menyerah berjuang dan mengajak umat terkhusus para mahasiswa Muslim bersatu untuk fokus pada perkara utama umat Islam, yakni diterapkannya hukum Allah di bumi ini. Yang kini sudah diabaikan oleh para penguasa boneka, yang mengakibatkan krisis di seluruh aspek kehidupan. []
Oleh: Ahmad Emankasep
Aktivis GEMA Pembebasan
0 Comments