Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

PHK Massal Akibat Krisis Global


Tintasiyasi.com -- Ancaman krisis global yang melanda dunia telah di depan mata. Belum lagi dampak  perang antara Rusia dan Ukraina, yang menimbulkan dampak buruk terhadap industri. Salah satunya adalah terjadinya PHK massal yang tidak bisa dihindarkan.

Hal inilah yang dialami oleh industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT), di beberapa perusahaan yang terpaksa melakukan PHK massal. Menurut Ketua Umum Perkumpulan Pengusaha produk Tekstil Provinsi Jabar (PPTPJB) Yan Mei, per Oktober sudah ada 18 perusahaan yang tutup. Angka ini bisa bertambah seiring laporan yang masuk. Terjadinya PHK ini karena akibat dari resesi global (Investor.id, 2/11).

Dilansir dari CNBC Indonesia yang mewartakan bahwa perlambatan ekonomi tengah terjadi di sejumlah negara maju, seperti Amerika Serikat, Eropa, dan China. Hal ini tercermin dari Purchasing Managers Index (PMI) penundaan dan pembatalan ekspor yang mencapai 50 persen (6/11).

Selain disebabkan karena perang di kawasan Ukraina dan pengaruh geopolitik yang terjadi, krisis global juga disebabkan oleh kenaikan inflasi dan naiknya suku bunga di Amerika Serikat. Sehingga para konsumen memprioritaskan membeli makanan daripada kebutuhan lainnya.

Dampak Krisis Global

Indonesia, yang mempunyai keterikatan yang kuat secara ekonomi dengan AS, Eropa dan Cina, perlambatan ekonomi kedua negara ini juga sangat berpengaruh terhadap perekonomian di negeri ini.

Dampak resesi akan menurunkan ekspor Indonesia. Amerika Serikat, Cina dan Eropa yang menjadi tujuan utama ekspor dan pangsa pasar industri tekstil, dan lainnya, jelas mengalami penurunan. Jika ekonomi negara-negara pengimpor melemah jelas ekspor Indonesia akan turun. Harga-harga komoditas primer juga akan turun. 

Dengan demikian beberapa produksi di berbagai perusahaan juga akan mengalami penurunan. Ketika pemasukan berkurang akibat sepinya produksi maka pengurangan karyawan harus dilakukan. Maka terjadilah PHK massal.

Ketika terjadi penurunan ekspor yang dibarengi dengan peningkatan biaya impor, maka cicilan utang dan bunganya akan menyebabkan penurunan cadangan devisa Indonesia.

Hal ini akan memberi dampak pelemahan rupiah, ketika penerimaan devisa menurun. Sehingga beban Bank Indonesia dalam mengendalikan nilai tukar rupiah juga semakin terbatas.

Belum lagi dampak dari PHK massal yang menyebabkan banyaknya pengangguran baru, yang berefek pada krisis multidimensi. Dari masalah ekonomi sampai masalah sosial dan kesehatan mental yang bisa berakibat fatal. Maka hal ini seharusnya perlu sebuah solusi fundamental agar bisa keluar dari ancaman krisis global.

Kapitalisme Sekuler Penyebab Krisis Ekonomi

Kondisi ini sebenarnya menggambarkan rapuhnya sistem ekonomi kapitalis. Karena sistem ini merupakan sistem  yang rentan krisis, yang akan terus berulang. Banyaknya pekerja yang terkena PHK menjadikan pekerja bernasib malang. Banyaknya pengangguran akibat PHK massal, makin menjauhkan rakyat dari hidup sejahtera.

Krisis ekonomi yang dirasakan hampir seluruh dunia telah menunjukan indikator-indikator yang bisa dirasakan oleh siapa saja. Memang begitulah karakter ekonomi kapitalis, sistem ekonomi yang rentan terhadap krisis. Dalam sistem ekonomi kapitalis, krisis ekonomi bisa terjadi berkali-kali dan terus berulang, mengikuti gelombang pemicu yang ada. Sebagaimana yang terjadi ketika hantaman pandemi Covid-19 melanda dunia  maka ancaman krisis ekonomi global terbuka lebar. Diperparah dengan perang Rusia dan Ukraina dan permasalahan komplek lainnya, maka krisis global tidak bisa dihindarkan.

Hal ini disebabkan kerena pondasi dari sistem ekonomi kapitalis yang rapuh. Pondasinya dibangun dari struktur ekonomi yang semu, atau ekonomi non-riil, bukan ekonomi yang sesungguhnya. Setidaknya ada beberapa pilar dalam sistem ekonomi kapitalis yang rentan terhadap krisis, diantaranya:

Pertama, sistem mata uang yang menggunakan kertas, uang kertas jelas tidak mempunyai nilai intrinsiknya, pengguna hanya berbasis pada kepercayaan terhadap angka yang tertulis. 

Kedua, sistem utang yang berbasis pada perbankan yang  menghalalkan riba.

Ketiga, sistem investasinya berbasis pada spekulasi atau perjudian.

Pertumbuhan ekonomi pada sistem kapitalis seperti ini adalah hanya kepalsuan saja. Karena pertumbuhannya hanya berputar-putar pada kertas saja (kertas uang, kertas utang, kertas saham). Hal ini tidak akan bisa memberi kontribusi yang besar terhadap ekonomi riil yang terjadi di masyarakat. 

Karena sejatinya ekonomi yang tahan krisis adalah ekonomi yang perputaran di sektor riilnya berkembang pesat. Sehingga masyarakat merasakan pertumbuhannya secara nyata dan kasat mata. Sistem ekonomi kapitalis yang rapuh ini akan menjadi langganan krisis ekonomi. Apalagi jika dilanda oleh isu yang besar dan global seperti wabah Corona dan perang Rusia dan Ukraina.

Indonesia yang mempunyai struktur ekonomi yang lemah sudah bisa dipastikan juga terkena dampak yang luar biasa. Salah satu sebabnya adalah karena ketergantungannya pada bahan baku impor. Salain hantaman pandemi dan akibat salah kelola sumber daya alamnya. Membuat ekonomi Indonesia juga berada pada ambang krisis.

Sumber daya alam yang diserahkan kepada swasta dan asing, membuat rakyat pribumi bagaikan orang asing di negeri sendiri. Karena semuanya telah diserahkan kepada para pemilik modal. Rakyat hanya menjadi obyek penderita akibat kerakusan para penguasa yang bersanding mesra dengan para pemilik modal dan pengusaha raksasa.

Ditambah naiknya harga kebutuhan pokok, BBM dan tarif listrik benar-benar membuat rakyat semakin tercekik. Apalagi pungutan pajak dan naiknya PPN, membuat rakyat negeri ini semakin terperosok dalam kubang derita.

Sistem Ekonomi Islam dalan Islam

Islam selain sebagai agama juga sebagai mabda’ yang harus diemban oleh setiap pemeluknya. Islam mengatur manusia dengan syariat dari Allah SWT. agar bisa selamat di dunia dan akhirat. 

Ketika Islam dijadikan aturan dalam segala lini kehidupan, maka keberkahan dan rida Allah akan didapatkan, begitu pun sebaliknya. Sebagaiman firman Allah SWT. yang termaktub dalam Al-Qur’an surah Thoha: 124 yang artinya: “Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh, dia akan menjalani kehidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.”

Islam memiliki solusi yang bersifat sistemik dalam menghadapi krisis ekonomi, yaitu sistem ekonomi Islam. Dalam mengatur sistem ekonomi Islam, harus diawali dengan pembagian kepemilikan, yaitu: kepemilikan individu, kepemilikan umum dan kepemilikan negara.

Tujuan pembagian kepemilikan ini penting, agar tidak terjadi penguasaan kepemilikan umum oleh pihak swasta atau asing. Karena jika ini terjadi maka akan terjadi hegemoni ekonomi yakni penindasan terhadap pihak yang lemah oleh pihak yang kuat. Contohnya pencaplokan sektor tambang, gas, minyak bumi, sumber daya air, mineral, kehutanan, kelautan dan fasilitas umum oleh pihak swasta. Sehingga terjadilah gurita ekonomi di kalangan mereka. Kekayaan hanya akan berputar pada pemilik modal saja. Sementara rakyat tidak mendapatkan apa-apa, bahkan harus membeli dengan harga tinggi.

Selain pembagian kepemilikan, sistem ekonomi Islam harus bertumpu pada pembangunan sektor ekonomi riil, bukan sektor ekonomi non-riil sebagaimana ekonomi kapitalis. 

Sistem ekonomi Islam juga akan menentukan standar alat tukar yang tidak akan terkena inflasi, tidak lapuk oleh zaman, dan tidak terguncang nilainya oleh perubahan sosial politik. Islam menetapkan emas (dinar) dan perak (dirham) sebagai mata uang. Islam juga mengajarkan uang sebagai alat tukar harus produktif, tidak boleh diam, harus berputar. Namun, uang juga tidak boleh diputar dalam bentuk non-riil seperti dipinjamkan untuk mendapat riba dan sejenisnya.

Dalam ekonomi Islam, yang tidak kalah pentingnya adalah distribusi harta kekayaan oleh individu, masyarakat, maupun negara. Negara akan memastikan kesejahteraan rakyatnya individu per individu.

Negara wajib memberikan pengarahan dan batas kepada masyarakat agar dalam menikmati kekayaannya senantiasa dalam koridor kehalalan.

Jika terjadi ketidak keseimbangan ekonomi antara warga negara, karena kemampuan yang berbeda-beda, negara wajib menyeimbangkannya dengan memberi bantuan kepada kelompok yang lemah, agar mampu bangkit untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.

Dengan adanya pilar-pilar ekonomi Islam yang seperti ini, InsyaAllah Ekonomi islam akan bisa menjamin seluruh kebutuhan rakyatnya baik kebutuhan sekunder, maupun tersiernya. Penerapan ekonomi Islam ini, hanya akan terwujud jika didukung oleh sistem pemerintahan Islam. Yakni sebuah pemerintahan yang menerapkan Islam secara kaffah dalam segala aspek kehidupan, dalam bingkai Khilafah.


Wallahu’alam bishawab.

Oleh: Isty Da’iyah
Analis Mutiara Umat Institute
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments