Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Pendidikan Tanpa Aturan Islami, Hanya Bicara Soal Mimpi

TintaSiyasi.com -- Saat ini banyak sekali perusahaan yang sedang melakukan PHK besar-besaran terhadap para karyawannya, salah satunya perusahaan Philips. Philips memutuskan akan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), menyusul anjloknya penjualan akibat penarikan ventilator dan peralatan medis dari pasar. Jumlah pekerja yang bakal terkena PHK mencapai 4.000 orang, seperti dikurip dari m.kumparan.com Senin(24/10). Hal ini pasti berdampak besar bagi para pekerja, sebab mereka akan kehilangan mata pencaharian mereka selama ini.

Namun, diisisi lain dikutip dari Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah memberi sinyal positif soal upah minimum provinsi (UMP) 2023. Ida menyebut akan ada kenaikan UMP. Namun, ia masih merahasiakan besaran kenaikan tersebut. "Ada beberapa (persen kenaikannya)," kata Ida dalam acara Festival Pelatihan Vokasi, Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta Pusat, Minggu (30/10).

Sebetulnya pendidikan vokasi ini bukanlah solusi tuntas untuk kesejahteraan suatu masyarakat. Pelatihan pendidikan vokasi ini sebetulnya hanya membentuk seseorang untuk menjadi tenaga kerja teknis saja, bukan menjadi seorang ahli, yang tentu saja standar gajinya tidaklah setinggi para ahli. Mereka akan dibentuk hanya sekedar bisa melakukan sesuatu tanpa paham secara mendalam akan suatu pekerjaan.

Namun, pada faktanya kesejahteraan tidak hanya ditentukan dari berapa besaran gaji saja, namun memang ada banyak faktor lain yang berpengaruh terhadap kesejahteraan mayarakat. Salah satunya bagaimana mereka mendapatkan pendidikan sebelum akhirnya terjun ke dunia kerja. Dan juga biaya kesehatan yang sangat tinggi, maka sejahtera masih menjadi sebuah mimpi.

Hal ini disebabkan oleh tidak diterapkannya aturan Islam dalam sistem saat ini. Dalam bidang pendidikan, Islam akan menjamin setiap warga negara atau umat mendapat kesempatan belajar yang sama. Mereka akan diperbolehkan memilih bidang ilmu apa saja yang mereka inginkan selama tidak bertentangan dengan Islam, tanpa melihat apakah mereka para orang kaya yang mampu membayar pendidikan yang bagus, atau mereka yang memiliki kecerdasan lebih dari yang lain. Semuanya akan mendapatkan hak yang sama dalam sistem pendidikan ini.

Dalam sistem pengajarannya pun bukan hanya sekedar transfer ilmu dari guru terhadap murid. Namun, sistem pendidikan Islam adalah pembinaan, dimana seorang murid akan terus didampingi agar mereka menjadi benar-benar paham akan suatu ilmu, bukan hanya sekadar tau ataupun hafal. Maka output yang dihasilkan adalah para ahli ilmu dibidangnya masing-masing, menjadikan mereka akan benar-benar mampu mengaplikasikan apapun yang sudah mereka pelajari.

Ketika mereka sudah menjadi ahli maka hasil dari penemuan atau karya apapun yang mereka buat akan sangat dihargai oleh pemimpin dalam Islam, terutama jika apa yang ia hasilkan merupakan sesuatu yang sangat berguna bagi kesejahteraan umat. Sebagai contoh, pada zaman kekhalifahan dulu, setiap seorang penulis buku, hasil karya mereka akan ditimbang dan akan diberikan penghargaan sesuai dengan ilmu yang telah ia tulis kedalam buku tersebut.

Berbeda dengan pendidikan saat ini, pendidikan seolah-olah hanyalah satu fase atau syarat yang harus dilalui agar bisa masuk ke dunia kerja. Dan karena sistem pendidikan saat ini kebanyakan hanyalah transfer ilmu, maka hasil outputnya pun hanya sekedar seseorang yang mampu bekerja sebagai tenaga teknis saja. Tentu saja, gaji seorang tenaga teknis tak akan sebesar seorang ahli, maka wajar mereka sangat menginginkan  kenaikan upah dan sangat takut di PHK. 

Janji kenaikan UMP yang sering terdengar juga sebetulnya tidak akan membuat sejahtera, karena kapitalisme memiliki standar pengupahan yang memang tak memungkinkan hidup masyarakat menjadi sejahtera. Karena tentu saja standar kenaikan upah tersebut tak sebanding dengan realita kebutuhan pada masa aat ini. Dengan situasi ekonomi yang dalam ancaman resesi, bisa jadi  PHK tak akan terelakkan lagi. Yang tentu saja akan beresiko pada para lulusan pendidikan vokasi ini.

Semua hal ini takan terjadi jika sistem Islam diterapkan, tidak hanya pada sistem pendidikannya saja tapi pada seluruh aspek kehidupan. Sebab, semua aspek kehidupan saling berkesinambungan dan saling mempengaruhi satu sama lain, maka harus diterapkan secara kaffah atau menyeluruh dalam naungan Khilafah Islamiyah, maka kesejahteraan akan terwujud, bukan hanya sekedar mimpi.


Oleh: Rheiva  Putri R. Sanusi
Mahasiswi
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments