Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Pelajar kok Membegal!


TintaSiyasi.com -- Pelajar harusnya belajar dengan baik dan benar. Mereka menuntut ilmu dengan sungguh-sungguh supaya pintar dan beradab. Harapannya, mereka memiliki bekal ilmu yang bermanfaat bagi sesama dan mampu membangun masa depan yang lebih baik. Namun, apa jadinya jika pelajar justru melakukan tindakan tak terpuji dan merugikan seperti pembegalan? 

Itulah yang terjadi di Kota Medan pada Jumat (21/10) lalu di mana segerombolan pelajar terlibat pembegalan di siang bolong. Aksi tak terpuji itu terekam kamera pengawas milik Dishub Kota Medan. Mereka berkonvoi di jalanan hingga kemudian membegal dua pengendara motor yang tengah terjebak macet di Jalan Gagak Hitam, Kota Medan. Gerombolan pelajar yang sebagian besar berseragam pramuka itu kemudian menyasar dan memukuli dua pengendara motor tersebut (detik.com, 29/10/2022).

Dua di antara gerombolan pelajar tersebut kemudian ditangkap dan ditetapkan sebagai tersangka. Sementara yang lainnya dibebaskan dan mendapatkan pembinaan. Dua orang tersebut berinisial JL (17) dan R (16) yang terbukti merampas sepeda motor orang lain dan menjualnya. Keduanya diduga melakukan penganiayaan dan perampasan sehingga dikenakan pasal 365 KUHP dengan ancaman hukuman di atas tujuh tahun penjara (detik.com, 1/11/2022).


Kenapa Membegal?

Bagaimana bisa para pelajar yang harusnya giat belajar di sekolah malah melakukan aksi kriminal yang merugikan orang lain? Bila kita memahami keadaan yang terjadi di tengah masyarakat saat ini, maka kita bisa menjawabnya. Pelajar yang menjadi bagian dari masyarakat kini memang hidup dalam sebuah sistem yang bersifat materialistis. Mereka melihat sesuatu dari sisi materi dan cenderung mengabaikan norma-norma yang berlaku.

Kapitalisme sekularisme liberal yang sedang bercokol dalam kehidupan ini menjadikan manusia hanya fokus pada materi. Mengejar materi dengan segala cara menjadi mindset yang tertanam pada manusianya. Tak ayal, aturan pun akan ditabrak jika dianggap menghalangi jalannya dalam meraih tujuan.

Kebebasan yang diwadahi dalam sistem sekuler ini begitu marak di tengah masyarakat. Bebas melakukan apa saja dan tak takut konsekuensi begitu lumrahnya terjadi. 

Di dunia nyata maupun dunia maya, beragam perilaku bebas terpampang nyata. Media sosial menyajikan konten-konten yang menunjukkan gaya hidup hedonisme, permisif, dan suka-suka. Materi di atas segalanya. Kebahagiaan adalah di saat memiliki uang dan harta benda lainnya. Ilmu seolah tak penting. Mendapatkan uang jauh lebih penting dari pada bersekolah. Sayangnya lagi, itu diraih dengan cara-cara yang tidak terpuji dan instan. Inginnya mendapatkan sesuatu tanpa mau bersusah payah. Jadilah, melanggar aturan bukan suatu masalah.

Media massa juga menyajikan berita setiap saat di mana pelanggaran dan kejahatan dilakukan, bahkan tanpa rasa takut dan malu. Para koruptor yang mencuri uang rakyat tanpa hati nurani sama sekali. Para penegak hukum yang justru terlibat kekerasan dan kriminalitas. Hukum yang tebang pilih dan berpihak pada mereka yang memiliki modal dan kekuasaan. Itulah yang menjadi tontonan bagi generasi saat ini. Lambat laun, tanpa adanya filter yang tepat, hal-hal tersebut melekat dan diterima sebagai hal yang biasa saja.

Begitu pula halnya dengan para pelajar yang membegal tersebut. Mereka melihat dan mengalami sendiri bagaimana kehidupan berjalan dengan aturan liberal dan menjauhkan agama. Aturan ada, tetapi tidak bisa menciptakan ketertiban dan kesejahteraan. Pelanggaran terus terjadi karena hukum tak bisa memberi efek jera. Aturan dibuat sesuai dengan kepentingan yang punya kuasa.

Tak heran bila pelajar kita sampai menjadi begal. Mereka mencontoh dan melakukan apa yang ada di tengah masyarakat. Gaya hidup bebas telah menjadi jalan yang ditempuh.


Wajah Pendidikan Sekuler Liberal

Di sisi lain, terlibatnya pelajar dalam aksi pembegalan menjadi wajah pendidikan ala sekuler. Sistem pendidikan yang memisahkan agama dari kehidupan membuat para pelajar kering dari nilai-nilai agama yang harusnya menjadi pengatur. Mereka bebas berlaku apa pun. Konsekuensi perbuatan tak dipikirkan. Halal dan haram sama sekali tak menjadi standar dalam bertindak.

Paradigma pendidikan yang salah ini terlihat nyata dari output yang dihasilkan. Pendidikan dengan asas sekuler telah gagal membentuk karakter manusia yang baik dan beradab. Pendidikan ini tak bisa mencetak manusia sesuai visi dan misi penciptaannya. Yakni sebagai hamba yang taat pada Sang Pencipta.

Aksi kriminalitas yang dilakukan pelajar adalah salah satu contoh kegagalan sistem pendidikan yang diterapkan. Harus mau diakui bahwa sistem yang ada, tidak mencukupi untuk menbentuk karakter pelajar yang hakiki. Para pelajar tidak diarahkan untuk menjadi manusia yang sadar posisinya sebagai hamba Allah. Mereka dijejali oleh kurikulum yang justru menjauhkan dari aturan Sang Khaliq. Mengejar materi lebih utama daripada mendapatkan ridha-Nya.

Banyak kita saksikan hari ini di mana para pelajar dan generasi muda terpapar nilai-nilai sesat sekularisme. Mereka terjerat berbagai permasalahan seperti narkoba, pergaulan bebas, perundungan, pelecehan seksual, dan pelanggaran lainnya. Di usia yang harusnya masih merajut mimpi untuk masa depan, mereka justru telah terbenam menjadi pelaku kejahatan.

Inilah kesalahan sistem pendidikan sekularisme kapitalisme yang sekaligus menjadi kegagalannya. Sampai kapan pun, selama sistem ini masih berlaku, maka sangat sulit bisa mencetak generasi yang unggul dan beradab. Tak mungkin bisa mewujudkan generasi yang tak hanya pintar secara akademis, tetapi juga bertakwa pada Allah SWT dalam sistem buatan manusia.


Sistem Pendidikan Islam Solusinya

Islam memiliki aturan yang lengkap untuk kehidupan. Islam juga mengatur tentang pendidikan. Dalam Islam, pendidikan tidak hanya untuk mencerdaskan, tetapi juga untuk membentuk manusia yang berakhlak mulia. Sistem pendidikan Islam memiliki tujuan mencetak generasi supaya memiliki kepribadian islami (syakhsiyah islamiah) dengan pola pikir dan pola sikap yang dibimbing oleh akidah Islam. 

Kurikulum pendidikannya berasaskan akidah Islam sehingga mampu mencetak pribadi yang unggul, memiliki tsaqafah Islam yang matang, menguasai iptek, dan pakar dalam berbagai bidang kehidupan. Tidak ada pemisahan antara agama dengan kehidupan. Ilmu agama dan ilmu kehidupan sama-sama dipelajari dan saling berkesinambungan pada seluruh jenjang pendidikan.

Hasil dari sistem pendidikan Islam ini tampak pada kokohnya keimanan dan mendalamnya pemikiran Islam pada para peserta didik. Keterikatan pada hukum syarak menjadi karakter yang melekat kuat. Ini membawa pengaruh positif dalam kehidupan sehari-hari. Aktivitas dakwah disadari sebagai sebuah kewajiban sehingga dilakukan dengan serius. Aktivitas amar makruf nahi mungkar berlangsung di tengah masyarakat. 

Negara adalah pihak yang menyelenggarakan sistem pendidikan sesuai akidah Islam. Tidak boleh menerapkan sistem selain Islam. Peran negara sangat penting dalam pendidikan. Negara menyediakan fasilitas dan infrastruktur pendidikan yang memadai bagi rakyatnya di seluruh wilayah. Biaya pendidikan juga ditanggung negara sehingga rakyat dapat menikmati pendidikan yang terjangkau dan berkualitas.

Negara harus selalu menciptakan suasana yang kondusif untuk pendidikan. Segala pemikiran asing yang menyimpang dan merusak tidak dibiarkan dan segera dibabat habis. Ketakwaan benar-benar dijaga untuk terus hidup. Suasana dan semangat dakwah dibangun di tengah masyarakat. Satu sama lain saling mengingatkan dan menasihati dalam kebaikan dan takwa. Islam benar-benar diterapkan di semua sisi kehidupan. 

Dengan begitu, maka tidak akan ada pelajar yang sempat melakukan pelanggaran. Aktivitas yang dilakukan adalah yang positif dan meninggalkan yang sia-sia. Mereka akan fokus dan bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Mereka akan serius mempelajari tsaqafah Islam demi berkontribusi dalam dakwah. Mereka juga akan membekali diri dengan berbagai ketrampilan dan menebarkan manfaat sebanyak-banyaknya. Mengaplikasikan ilmunya untuk kemajuan dan kebaikan umat manusia. Semua dilakukan dengan spirit mencari ridha Allah SWT.

Wallahu a’lam bishshawab. []


Oleh: Dina (Ummu Ismail)
Sahabat TintaSiyasi
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments