TintaSiyasi.com -- Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) meminta pemerintah tak mengeluarkan izin festival HijrahFest atau HijabFest, Dewan Pembina Mutiara Umat Institute, Puspita Satyawati, S.Sos. menyatakan, salah satu yang mesti dimiliki kelompok Islam ialah prinsip apa pun harokahmu, engkau tetap saudaraku.
"Apa pun harokahmu, engkau tetap saudaraku. Inilah prinsip yang mesti dimiliki oleh kelompok Islam dalam berinteraksi dengan kelompok Islam lainnya," ulasnya dalam segmen Kritik: HijrahFest Dilarang, Politik Adu Domba Melenggang? di kanal YouTube Tintasiyasi, Kamis (3/11/2022).
Redaktur Topswara.com ini menuturkan wasiat Allah SWT dalam QS. Al Hujurat: 10, "Innamal mukminuuna ikhwah, sesungguhnya mukmin atau orang beriman itu bersaudara."
"Ikatan akidah merupakan ikatan yang paling kuat di hadapan Allah. Jadi meskipun kita berbeda kelompok dan tinggal di mana pun, entah di Arab, Australia, Amerika, selama kita Muslim, ya berarti kita bersaudara," ujarnya.
Sehingga menurutnya, menjaga ukhuwah islamiyah itu penting. "Bukankah Islam bersatu tak bisa dikalahkan?" tanyanya.
Selain itu, menyikapi politik pecah-belah, Puspita menyampaikan, umat Islam harus paham ada hidden agenda di baliknya.
"Agar kita tak mudah percaya dengan isu atau opini negatif yang ditimpakan terhadap Islam, umat Islam, serta pejuangnya," terangnya.
Selanjutnya ia menyebut, harus memahami siapa musuh bersama (common enemy) bagi umat Islam.
"Kesalahan menetapkan musuh akan menyebabkan kesalahan dalam bersikap. Musuh LDNU itu bukan organisasi yang menyelenggarakan HijrahFest. Demikian pula organisasi yang kerap membubarkan pengajian itu juga bukan musuhnya kelompok pengajian tersebut," bebernya.
Puspita menegaskan bahwa musuh umat Islam adalah sistem busuk sekularisme kapitalistik liberalistik.
Ia pun meminta umat Islam untuk menegakkan kembali institusi pemersatu umat Islam yakni khilafah islamiyah. "Sejak ketiadaannya tahun 1924, umat Islam seperti anak ayam kehilangan induknya. Inilah yang membuat umat mudah dipecah-belah," cetusnya.
Akhirnya, Puspita mengingatkan pendapat Imam Syafi'i dalam menyikapi perbedaan pendapat antarkelompok Islam. "Pendapatku benar, tapi kemungkinan ada yang salah. Pendapatmu salah namun mungkin ada kebenaran di dalamnya. Jadi kita boleh yakin pada pendapat kita, tapi jangan memandang remeh terhadap pendapat yang lain," pungkasnya. [] Alfia Purwanti
0 Comments