Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Masyarakat Sekuler vs Masyarakat Islam



TintaSiyasi.com -- Dilansir dari tribunnews.com, Minggu (13/11/2022), Satu keluarga tewas di Perumahan Citra Garden I Ekstension, Kalideres, Jakarta Barat disebut sudah tinggal di lokasi tersebut selama 20 tahun lebih.

Ketua RT07/15 Asiung mengatakan, keluarga yang tewas itu disebutkan sudah tinggal jauh lebih lama ketimbang dirinya di perumahan tersebut. "Diatas 20 tahun lebih, lebih lama dari saya soalnya saya tinggal disini aja sudah 20 tahun," ucap Asiung kepada wartawan di Perumahan Citra Garden I Ekstension, Kalideres, Jakarta Barat, Minggu (13/11/2022).

Sampai detik ini pihak kepolisian menyelidiki penyebab kematian satu keluarga tersebut. Sebab, tetangga bahkan sanak saudaranya pun belum mengetahui apa penyebab kematian tragis tersebut. Karena selama hidupnya keluarga tersebut jarang bersosialisasi dengan tetangga, bahkan komunikasi dengan  saudaranya pun sangat jarang. Mereka sekeluarga dinilai sebagai warga yang tertutup.

Sistem Sekular Menjadi Biangnya

Seperti itulah gambaran masyarakat dalam sistem sekuler yang menjauhkan agama dari kehidupan. Maka terbentuklah masyarakat yang berkepribadian individualis. Masyarakat dalam sistem sekuler menganggap bahwa masyarakat itu, hanya sebatas kumpulan individu-individu saja. Walaupun tanpa ada interaksi antara satu sama lain. Jadi wajar, apabila masyarakatnya menjadi manusia yang tertutup. Pemimpinnya pun kurang peduli terhadap kondisi masyarakat, serta tidak mampu membuat masyarakat rukun, damai dan sejahtera.

Jadi kondisi saat ini, yang menerapkan sistem sekuler sangat memungkinkan tidak adanya kepedulian antar sesama manusia dan hubungan sosial kemanusiaan. Kasus ini juga menggambarkan lemahnya peran pemimpin umat dalam bentuk kepedulian terhadap rakyat. Berbeda dengan masyarakat dalam Islam.

Masyarakat Dalam Islam

Islam memandang masyarakat adalah sekumpulan individu-individu yang tak terpisakan, mereka disatukan oleh perasaan, pemikiran dan peraturan yang sama. Aqidah yang satu mewujudkan ikatan yang sangat kuat di antara manusia. Ikatan itulah yang sejak dahulu dipakai untuk membentuk masyarakat Islami. Aqidah Islam juga menjadikan perasaan antar masyarakat menyatu, yang memiliki perasaan empati karena Allah, bersatu karena Allah karena tujuannya hidup hanya untuk meraih ridho Allah.

Sejak 14 abad berlalu, Islam telah menjadikan syariat dalam menegakkan silaturrahim. Seperti contoh ketika Rasulullah menjaga hubungan sosial antar masyarakat dalam sholat berjamaah. Perintah sholat berjamaah dan keutamaannya yang biasa dilaksanakan lima kali setiap hari, akan menggugah pertisipasi dan kebersamaan umat Islam dalam menguatkan sistem dan modal sosial. Dengan itu akan terjalin kebersamaan, komunikasi akan berjalan dengan baik. Bukan sekadar untuk mendapat pahala semata.

Rasulullah saw. Mengajarkan pentingnya persatuan, saling bertegur sapa, saling mengenal dan memahami antara satu sama lain. Hal itu akan mengikis munculnya problematika sosial dan mencegah sikap amoral.

Islam juga mengajarkan untuk saling menjaga silaturrahim antar saudara, Allah Swt. Berfirman;

Yang artinya: "Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat-baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri.

Silaturahmi adalah amalan yang dilakukan umat muslim untuk menyambung tali persaudaraan. Pentingnya menjalin silaturahmi tertuang jelas dalam surat An-Nisa ayat 36 disebutkan tentang pentingnya bersilatur rahmi. Bahkan, perintah tersebut berdampingan dengan perintah untuk bersujud kepada Allah SWT. Rasulullah saw juga menyampaikan bahwa silaturrahmi salah satunya dapat memperpanjang umur dan memudahkan rezeki. "Barang siapa yang ingin diluaskan rezekinya dan ingin dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia bersilaturahmi." (HR. Bukhari)

Dalam hadits lainnya, Rasulullah SAW juga menjelaskan bahwa silaturahmi merupakan salah satu pertanda keimanan. Orang-orang yang beriman diperintahkan untuk menjaga silaturahmi, Allah sangat membenci pemutus tali silaturahmi. "Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia menyambung tali silaturahmi." (HR. Abu Hurairah)

Allah SWT sangat menyukai hambanya yang suka menjaga silaturahmi. Disebutkan dalam satu hadits, Allah SWT akan dekat kepada manusia yang ramah dan penuh perhatian kepada saudaranya.

Dalam hadits sahih riwayat Bukhari dan Muslim, Artinya: Dari Asma ia berkata: Aku datang ke ibu saat dia kafir pada masa Rasulullah saw. Aku lalu bertanya pada Nabi: Aku datang pada ibuku karena dia rindu, apakah boleh aku silaturrahim? Nabi menjawab: Iya, tetaplah berhubungan dengan ibumu.

Kemudian menjalin hubungan silaturrahmi dengan non-muslim yang bukan kerabat hukumnya boleh walaupun tidak wajib asalkan mereka berbuat baik pada kita maka kita dianjurkan untuk berbuat yang sama. Dalam QS Al-Mumtahanah 60:8 Allah berfirman;

Artinya: Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.

Hanya dalam naungan Islam lah hubungan sosial kemasyarakatan dapat terjalin dengan baik, bahkan meski berbeda keyakinan.

Wallahu a'lam bisshowah

Oleh: Sania Nabila Afifah
Member Komunitas Muslimah Rindu Jannah



Baca Juga

Post a Comment

0 Comments