Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Kesesatan Berpikir: Kaitkan Khilafah dengan Radikalisme dan Terorisme


TintaSiyasi.com -- Isu terorisme kembali mencuat, kali ini Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri menangkap tiga terduga teroris di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, pada akhir Oktober lalu. Selain itu Densus juga melakukan penangkapan kepada seorang oknum aparatur sipil negara (ASN) yang diduga terlibat jaringan teroris. ASN tersebut berinisial S dan merupakan seorang guru di Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Gunung Sekar, Kabupaten Sampang, Madura (Kompas.Com).

Sebelumnya, tepat tanggal 25 Oktober, ramai diberitakan seorang wanita menerobos Istana Merdeka, wanita bercadar tersebut juga sempat menodongkan pistol ke anggota pasukan pengamanan presiden (Paspampres) yang sedang menjaga. Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menelusuri rekam jejak wanita yang membawa pistol menerobos Istana Negara di Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat. Perempuan bernama Siti Elina itu disebut pendukung Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). "Dalam penelusuran sementara, profil pelaku Siti Elina, memang memiliki pemahaman yang radikal serta pendukung salah satu ormas radikal HTI, yang telah dibubarkan pemerintah. Ia juga diketahui sering memposting propaganda khilafah melalui akun media sosialnya," kata Direktur Pencegahan BNPT, Ahmad Nurwakhid saat dikonfirmasi, Rabu, 26 Oktober 2022 (Medsos.id).


Fitnah Keji dan Hipokritnya Sistem Sekuler

Fakta di atas bukan kali pertama, pengaitan isu terorisme dan radikalisme dengan Islam merupakan bentuk islamofobia yang sengaja dilakukan oleh para pembenci Islam melalui media massa. Istilah radikal sering disematkan kepada individu atau kelompok yang memperjuangkan penerapan hukum Islam dalam negara, atau kepada individu atau kelompok yang sering menyerukan jihad fisabiilillah, atau yang menganggap Amerika sebagai musuh umat Islam, serta memiliki tujuan menegakkan Khilafah Islam, dan lain sebagainya. Jelas ini adalah fitnah keji dan sebuah kesesatan berpikir. 

Beda hal jika pelaku pembunuhan, kekerasan, atau pelaku teror itu bukan berasal dari Islam, seperti oknum pendeta, atau bahkan KKB (Kelompok Kriminal Bersenjata) yang jelas-jelas sudah menewaskan banyak korban. Namun para pejuang sekularisme tidak pernah melabeli mereka dengan istilah terorisme ataupun radikalisme. Hal ini menunjukkan wajah asli sistem sekuler yang hipokrit. 

Dari kasus yang berulang ini sudah selayaknya umat Islam sadar bahwa siapa saja dapat disasar dengan tuduhan keji tersebut, meskipun tak pernah jelas latar belakangnya, demikian juga penanganan kasusnya.

Menghubungkan istilah khilafah dengan terorisme atau radikalisme merupakan sebuah penghinaan terhadap ajaran Islam, yang sengaja ditujukan untuk menjegal dakwah Islam politik, mereka membuat stereotipe negatif di tengah umat sehingga umat takut, bahkan menolak perjuangan penegakan khilafah. 

Kedengkian dan kebencian yang ada dalam hati para penghadang khilafah terhadap Islam membuat mereka tak menginginkan Islam diterapkan secara kaffah sebagai rahmatan lil alamin. Mereka sadar Islam adalah ancaman bagi sistem sekuler yang mereka emban saat ini, oleh karenanya segala upaya makar mereka lakukan guna menjegal kebangkitan Islam kembali di muka bumi. 


Dakwah Aman dan Nyaman dalam Naungan Daulah Islam

Khilafah adalah ajaran Islam, dan mendakwahkan serta memperjuangkannya adalah aktivitas mulia. Merupakan fitnah keji jika mengaitkan aktivitas penegakkan khilafah dengan aksi terorisme. Selain itu Rasulullah SAW sebagai panutan umat Islam telah memberikan teladan dalam perjuangan dakwah Islam selama di Makkah hingga tegaknya Daulah Islam di Madinah, perjuangan tersebut berupa aktivitas dakwah fikriyah (pemikiran) tanpa ada aksi kekerasan fisik sedikit pun.

Mengutip kata-kata Lutfi Afandi (al Wa'ie), "jika ada pihak yang mengaku pejuang khilafah lalu melakukan aksi teror, tentu selain karena faktor kejahilan terhadap syariah Islam, hampir pasti dia melakukan kedustaan atas nama perjuangan. Jika ada pihak yang mengaitkan aksi terorisme dengan perjuangan penegakan khilafah, diduga kuat mereka adalah para pembenci Islam dan memiliki niat buruk untuk menghancurkan Islam."

Tidak bisa dipungkiri tantangan dakwah saat ini lebih besar dibandingkan berdakwah ketika Daulah Islam sudah ada nanti. Karena faktanya secara historis umat Islam hanya akan aman dan nyaman dalam naungan khilafah, termasuk saat melakukan aktivitas dakwahnya. 

Bagaimana pun aktivitas dakwah harus terus dilaksanakan, terlebih dalam sistem rusak sekularisme seperti saat ini. Para aktivis dakwah harus makin gigih dan bersungguh-sungguh dalam menyampaikan Islam kaffah ke tengah umat. Wallahu a'lam. []


Oleh: Wiwit Irma Dewi, S.Sos.I
Pemerhati Sosial dan Media
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments