Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Isu Perundungan Jilbab di Sekolah, LBH Pelita Umat: Ada Kelompok Sekuler Radikal yang Memanfaatkan Momen Itu


TintaSiyasi.com -- Terkait Isu Perundungan jilbab di SMAN Seragen oleh seorang guru, Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Pelita Ummat Chandra Purnairawan, SH.,MH. Menilai ada kelompok sekuler radikal yang memanfaatkan momen itu.

“Rupanya ada kelompok-kelompok sekuler radikal yang memanfaatkan momen itu,” ungkapnya di acara Fokus: Nasihat Berjilbab di Sekolah Berujung Ancaman, Kok Bisa? Di kanal YouTube UIY Official, Ahad (20/11/2022)

Menurut Chandra, dirinya berani menyatakan bahwa ada kelompok-kelompok sekuler radikal yang memainkan isu perundungan jilbab tersebut.

Menurutnya, kelompok sekuler radikal mengstigmatisasi terhadap ajaran Islam dalam konteks kerudung atau jilbab dan segala macam.

“Oleh karena itu, untuk mengecek apakah sesuatu itu dilakukan tindakan perundungan, maka tadi saya katakan bahwa apakah guru tadi menggunakan kekerasan ataupun bahasa-bahasa kasar yang digunakan, kalau itu digunakan masuk kategori tindakan perudungan,” ujarnya.

“Tetapi kalau hanya sekedar menasehati, misalnya mengingatkan tentang bahaya neraka bahwa nanti kalau tidak pakai jilbab akan di masukkan kedalam neraka oleh Allah SWT, Kalau dia guncang dengan kata neraka itu, bukan karena gurunya memang di dalam Al-Qur'an begitu,” sambungnya.

Menurutnya, Kalau ada seorang guru membcakan Al-Qur'an, kemudian ada kata-kata kalau kamu tdak begini akan masuk Neraka paling bawah paling keras, tiba-tiba tergoncang, tergoncang karena mendengarkan kata Neraka itu, maka menurutnya, itu bukan karena salah guru tersebut.

Oleh karena itu, Chandra melihat bahwa itu bukan sekedar isu masalah kerudung, tetapi lebih kepada pertarungan antara kelompok sekuler dengan kaum Muslim. Hanya saja menurutnya, saat ini pada periode rezim sekarang, kelompok sekuler tersebut ditopang oleh kekuasaan, ditopang poliitik, dengan isu radikal, ekstrimisme, segala macam.

“Setelah itu apa, setelah main isu radikal segala macam, kekuasaan masuk, beda pada masa rezim sebelumnya, itu hanya sekadar ghazul fikr (perang pemikiran), dulu banyak para pemikir-pemikir liberal ya tapi masih dalam konteks adu pemikiran, pemikiran dibantah dengan pemikiran, dialektika dibalas dengan dialektika, gagasan dibalas dengan gagasan,” jelasnya.

“Kalau sekarang tidak bisa, apakah sekarang ada penurunan intelektual, ketika ada gagasan tidak diadu dengan gagasan, tapi dengan politik dan kekuasaan,” pungkasnya.[] Aslan La Asamu
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments