TintaSiyasi.com -- Pada tanggal 22 Oktober 1945 lalu Hadratusy Syaikh KH Hasyim Asy'ari mengambil momentum lahirnya resolusi jihad. Sehingga setiap tanggal 22 Oktober ditetapkan sebagai Hari Santri Nasional. Berbagai pondok pesantren pun semarak memperingati Hari Santri tersebut.
Wapres RI Ma'ruf Amin dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional di Tanara, Serang, Banten mengatakan bahwa jihad santri saat ini dapat diwujudkan dalam bentuk dakwah moderat digital maupun ekonomi digital agar jangkauannya lebih besar dan lebih banyak untuk melawan jihad-jihad yang destruktif untuk melawan upaya destruktif upaya radikalisme (Wartaekonomi.co.id, 28/10/2022).
Semangat dalam rangka memperingati Hari Santri tersebut mengingatkan kita bahwa pengabdian santri dan kyai untuk negeri ini nyata. Para santri dan kyai mengobarkan semangat perlawanan rakyat Indonesia terhadap upaya penjajahan kembali oleh kolonial Belanda pada 22 Oktober 1945, hingga pecah peristiwa 10 November yang kemudian diperingati hari pahlawan. Namun sejalankah peran santri dan kyai saat ini dengan santri dan kyai terdahulu yang ada di garda terdepan melawan penjajah?
Melihat para santri saat ini, sepertinya sudah tak sejalan lagi arus perjuangan dengan para santri dan kyai pada zaman dulu. Karena saat ini hanya fokus pada mengenang jasa semata, dan perayaan. Santri dan kyai saat ini tidak menjalankan peran sebagaimana mestinya. Seharusnya kyai dan santri adalah orang yang paling taat kepada syariat Allah dan orang yang menjadi garda terdepan menjaga ajaran agama Islam dan yang paling terdepan menentang kezaliman dan penjajahan sebagaimana para kyai dan santri terdahulu.
Tapi justru yang kita dapati fakta hari ini di mana banyak para santri dan kyai hari menolak penerapan syariat secara kaffah bahkan secara terang-terangan memusuhi orang-orang yang ingin menerapkan Islam kaffah dengan berbagai alasan yang tidak memiliki dasar.
Selain itu, mereka juga saat ini banyak yang tidak mengetahui adanya penjajahan gaya baru yang mana penjajahan ini sudah masuk ke berbagai aspek, pemikiran, politik, ekonomi, dan budaya. Alih-alih mereka melawan penjajahan gaya baru tersebut malah secara tidak sadar teracuni oleh pemikiran yang dibawa oleh penjajah, seperti liberalisasi, sekulerisme, sinkritisme, sehingga memunculkan Islam moderat, Islam liberal, Islam Nusantara, dan lain-lain dan pada akhirnya santri yang seharusnya memberikan kontribusi positif terhadap kebangkitan umat dan peradaban yang mulia kini santri justru dikebiri dalam mengamalkan Islam.
Dalam Islam, santri dan kyai adalah seorang yang seharusnya selalu melaksanakan apa yang Allah perintahkan dan mengajak kepada masyarakat untuk berislam secara menyeluruh.
Pada saat ini umat butuh, bahkan sangat butuh akan dakwah Islam. Dakwah akan membukakan pikiran mereka sehingga mendukung penerapan Islam kaffah. Penerapan Islam kaffah inilah solusi yang umat butuhkan untuk menghapuskan berbagai kerusakan yang terjadi.
Inilah pemberdayaan santri yang sesungguhnya, yaitu menerjunkan mereka ke dalam dakwah Islam kaffah. Dengan mengambil peran dakwah ini, para santri akan menjadi generasi terbaik.
Sebagaimana dalam firman Allah SWT dalam surat Ali-Imran ayat 110 yang artinya, "Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik."
Hari Santri seharusnya menjadi spirit kebangkitan Islam. Santri wajib berada di garda terdepan untuk berjuang mengembalikan kehidupan Islam. Mengganti sistem kufur menjadi sistem Islam yang mulia. Karena santri adalah pelopor kebaikan, penerus ulama demi menggapai ridla Allah taala.
Wallahu a'lam bishshawab. []
Oleh: Siti Rohmah, S.Ak.
Aktivis Muslimah
0 Comments