Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Kapitalisme: Jurang Pemisah Antara Generasi dengan Agama


TintaSiyasi.com -- Ketika melihat kejadian-kejadian yang menimpa saudara-saudara kita di Palestina yang mana mereka mendapatkan berbagai macam penindasan, serangan senjata, bom nuklir,  pembantaian terhadap penduduk sipil, bahkan anak-anak pun mereka bunuh. Serta masih banyak kejadian-kejadian yang membuat darah seakan mendidih.

Atau suku Uighur di Cina yang mana mereka ditahan di camp-camp khusus dan di sana mereka menjalani sesuatu yang disebut dengan program reedukasi atau 'pendidikan ulang'. Mereka dipantau secara ketat, disiksa fisik dan mentalnya, bahkan dipaksa untuk meninggalkan keyakinan mereka.

Jika kedua kasus yang menimpa saudara-saudara kita tersebut berbentuk serangan fisik dan pelakunya dapat disaksikan secara langsung oleh kita. Sadar gak sih kalau generasi saat ini juga mendapatkan serangan yang begitu masif, serangan yang tidak kalah mengerikan jika dibandingkan dengan serangan fisik?

Serangan itu adalah serangan pemikiran. Serangan pemikiran yang dirancang dan dipropagandakan oleh kafir Barat untuk menyebarluaskan ideologi mereka. Ideologi yang tegak atas dasar pemisahan agama dari kehidupan (sekularisme), mereka tidak menolak eksistensi agama karena mereka mengakui adanya Sang Pencipta yang menciptakan alam semesta, manusia, dan hidup. Namun ketika mereka menetapkan bahwa agama harus dipisahkan dari kehidupan, maka pengakuan terhadap eksistensi agama hanyalah sekadar formalitas belaka.

Kapitalisme telah membawa generasi Muslim jauh dari jati dirinya sebagai seorang Mukmin. Mereka tidak lagi mengedepankan hukum syarak dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, mereka memisahkan antara agama dengan kehidupan.

Potensi besar generasi muda yang seharusnya menjadi penggerak perubahan telah dilumpuhkan dan berubah menjadi generasi yang hedonis dan permisif, mereka terus diserang dari hulu hingga hilir tanpa mereka sadari mereka sedang menyeduh racun yang berbalutkan madu.

Serangan diberbagai bidang baik bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, politik hingga ke lapisan-lapisan masyarakat sudah berhasil terwarnai dengan tsaqofah-tsaqofah asing yg dijadikan sebagai standar berfikir dan berperilaku. Juga serangan yang digencarkan melalui fun, food, and fashion.

Hal ini terbukti dengan banyaknya tren disebuah aplikasi video yang mana para wanita tidak lagi mengedepankan kemuliaan (izzah) dan harga diri (iffah) nya sebagai seorang Muslimah. Banyaknya ‘food challenge’ yang ditiru oleh remaja tanpa melihat standar halal dan baik (tayib) dari makanan tersebut. Serta banyaknya influencer-influencer yang dijadikan sebagai panutan dalam berpakaian ala OOTD hijab padahal tidak sesuai dengan apa yang Allah perintahkan dalam Q.S  Al-Ahzab ayat 59 dan an-Nur ayat 31.

Semua ini merujuk pada kelatahan tren global dan diperkeruh dengan jauhnya nilai-nilai Islam dari generasi muda. Hal ini akan makin berbahaya jika generasi muda tidak disentuh pemikirannya dan tidak dinaikkan derajat berpikirnya. Sementara di sisi lain tokoh-tokoh yang menyuarakan kebenaran Islam seringkali dijegal, rohis-rohisnya ditakuti propaganda radikal. Sehingga menyebabkan moralitas serta nilai-nilai yang akan menyelamatkan generasi muda tidak tegak di tengah-tengah mereka.

Generasi muda sedang tidak baik-baik saja, di tengah gencarnya serangan dari kapitalisme, kita juga harus gencar dalam menyuarakan Islam kaffah sebagai solusi hakiki. Mengajak generasi muda untuk berpikir cemerlang, berpikir untuk berbuat dan berbuat untuk meraih tujuan.
Menumbuhkan kembali potensi generasi muda sebagai penggerak perubahan yang telah dilumpuhkan oleh sekularisme.

Jika kemaksiatan saja bisa dengan mudah kita temui di mana-mana dan bahkan mendapat penerimaan di tengah masyarakat, mengapa kebenaran tidak?

Kebanyakan orang sering sekali mewajarkan yang salah dan menyalahkan yang benar. Yang lebih menyedihkannya lagi adalah ketika orang-orang Muslim itu sendiri yang justru alergi terhadap agamanya. Padahal setiap Muslim harus mau terikat dengan hukum Allah karena Allah adalah Ahkamul Hakimin alias sebaik-baik pemberi ketetapan hukum.

Allah SWT berfirman: “Bukankah Allah adalah sebaik-baik pemberi ketetapan hukum?” (TQS. At-Tiin : 8).

Maka sebagai orang yang beriman kita wajib berhukum sesuai dengan hukum yang ditetapkan oleh Allah, meskipun hukum Allah tersebut saat ini tidak diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat, namun kita tetap dan akan selalu terikat dengan hukum Allah tersebut. 

Sebagaimana firman Allah: “Dan tidaklah pantas bagi laki-laki yang mukmin dan perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada pilihan (yang lain) bagi mereka tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh, dia telah tersesat, dengan kesesatan yang nyata” (TQS Al-Ahzab : 36).

Dari ayat diatas kita dapat mengambil pelajaran bahwa setiap Muslim harus menjadikan hukum Allah sebagai acuan dalam menjalani kehidupan di dunia ini sekalipun berat baginya. Karena itu adalah bentuk ketakwaan kita terhadap Allah dan Rasul-Nya. Sehingga kita harus mau selalu terikat dengan hukum syara’k di mana pun dan kapan pun serta mau menggunakan akal dalam mencapai keimanan pada Allah SWT. Apabila iman kepada Allah SWT telah dicapai melalui proses berfikir, maka kesadaran kita terhadap adanya Allah akan menjadi sempurna. []


Oleh: Marissa Oktavioni
Aktivis Muslimah
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments