TintaSiyasi.com -- Negeri Arab terkenal akan kekentalan Islamnya menjadi sorotan dunia, pasalnya negeri ini tak mau ketinggalan merayakan halloween yang diidentik dengan budaya Barat. Warga Arab Saudi berbondong-bondong berkumpul di Riyadh Boulevard merayakan halloween yang bertajuk “Scary Weekend”, pengunjung bisa masuk secara gratis ke boulevard dengan syarat mengenakan pakaian yang mengerikan. Perayaan ini berlangsung pada hari kamis dan jumat (merdeka.com, 30/10/2022).
Pesta ini diadakan hanya untuk menciptakan suasana kesenangan, sensasi, kegembiraan di balik berbagai kostum karakter. Salah satu peserta halloween mengenakan kostum makhluk mitologi Amerika Utara wendigo mengungkapkan bahwa ia mengikuti acara tersebut hanya untuk kesenangan dan tidak peduli tentang halal haramnya (viva.co.id, 30/10/2022).
Sejak pangeran Mohammed Bin Salman diangkat sebagai putra mahkota negara tersebut terus melakukan dobrakan ke arah moderat. Setelah melonggarkan larangan bagi kaum perempuan, negara semula sangat konservatif ini mulai mengizinkan gelaran konser, bioskop, penyatuan wanita dan laki-laki dalam satu kerumunan, hingga mengizinkan penjualan alkohol dan penggunaan bikini di tempat-tempat tertentu (cnnindonesia, 31/10/2022).
Di balik kebebasan dalam berpesta ria, Arab Saudi malah melarang memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW atau dikenal dengan maulid nabi. Hal tersebut mereka anggap sebagai bentuk kesesatan dan akan memberikan dampak yang tidak baik bagi pemerintahan (kompasiana, 04/02/2022). Padahal dengan diadakannya maulid nabi sebagai ajang untuk mengenang akhlak Rasulullah dan meneladani perjuangan Rasulullah dalam menegakkan Islam.
Ini menjadi bukti bahwa racun-racun kebebasan ala Barat sudah dicicipi kelezatannya oleh umat Islam dan menjadikan Barat sebagai rule mode yang patut untuk ditiru tanpa mereka ketahui bahwasanya itu merupakan gerbang kehancuran bagi umat islam.
Umat Islam Krisis Identitas
Halloween merupakan singkatan dari all hallows evening berarti malam hari semua orang kudus, halloween dirayakan satu hari sebelum hari suci Kristen yaitu hari para kudus. Orang-orang yang merayakan halloween akan mengenakan pakaian yang menyeramkan untuk memperingati kembalinya roh orang-orang yang sudah meninggal ke rumah mereka. Sekarang perayaan ini tidak hanya diselenggarakan oleh non-Islam, tetapi umat Islam yang telah terkikis nilai keislamannya turut bersuka ria berpesta.
Arab Saudi yang dikenal dengan negeri yang kental akan Islam, tempat suci umat manusia berkumpul berhasil dibobol pertahanannya oleh kapitalisme dengan mengedepankan asas kebebasan yang dianggap sebagai kreatifitas tanpa batas. Tanpa disadari ini menjadi bukti hilangnya identitas Islam. Penyusupan pemikiran Barat dilakukan pada setiap sendi kehidupan umat Islam dengan cara perang pemikiran, mereka berusaha menjauhkan umat Islam dari aturan Islam sendiri tanpa harus berpindah agama.
Wiliam Ewart Gladton, Mantan perdana menteri Inggris 1998 mengungkapkan “Percuma kita memerangi umat Islam, dan tidak akan mampu menguasainya selama di dada pemuda-pemuda Islam ini bertengger Al-Qur’an. Tugas kita sekarang adalah mencabut Al-Qur’an di hati-hati mereka, baru kita akan menang dan menguasai mereka. Minuman keras dan musik lebih menghancurkan umat Muhammad dari pada seribu meriam, oleh karena itu, tanamkanlah dalam hati mereka rasa cinta terhadap materi dan seks”
Pernyataan tersebut menjadi catatan besar bagi umat Islam bahwa paham sekuler tumbuh subur dalam negeri-negeri Islam bahkan umat manusia memuja sebagai sistem kehidupan terbaik. Tetapi pada kenyatannya sekularisme menawarkan hidup dalam kesenangan dan kebebasan tanpa tujuan hidup yang pada akhirnya mengikis identitas umat Islam. Dalam catatan sejarah pemuda Islam pernah berada puncak kegemilangan tetapi hari ini bagaikan air di atas daun talas, hidup dalam haluan kapitalisme.
Solusi Krisis Identitas
Krisis identitas umat Islam hari ini makin tampak jelas, meraka tidak mampu lagi merumuskan tujuan hidup di dunia, malah berpedoman pada kecenderungan semata. Rasulullah pun sudah memberi peringatan berupa larangan menyerupai kaum kafir, “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka” (HR. Ahmad dan Abu Daud).
Selain itu negara memiliki peran sangat besar dalam mengukuhkan akidah islamiah umat Islam agar tetap berada pada kebenaran. Maka ada beberapa hal yang harus dilakukan.
Pertama, membangkitkan pemikiran Islam pada setiap lapisan masyarakat, mulai dari membentuk individu yang bertakwa, mengaktifkan kontrol masyarakat, dan tanggung jawab negara sebagai periayah umat.
Kedua, membentuk sistem pendidikan yang berlandaskan kepada Islam. Di sini negara akan menerapkan kurikulum yang dapat membentuk pola pikir dan pola sikap sesuai dengan kepribadian umat Islam sehingga output yang dihasilkan adalah manusia-manusia yang bertakwa. Di sisi lain negara juga menyediakan fasilitas penunjang pendidikan secara cuma-cuma kepada masyarakat dari Baitul Mal, sehingga tidak akan ada lagi angka putus sekolah karena biaya pendidikan.
Ketiga, negara memberikan sanksi atas pelanggaran. Sanksi berfungsi untuk menjaga masyarakat agar tetap berada dalam koridor syariat ketika semua aspek Islam telah diterapkan dalam kehidupan. Dalam Daulah Islam warga negara non-Muslim akan dibiarkan melakukan ibadahnya masing-masing sesuai tuntunan agama mereka tetapi dalam batas yang telah di diperbolehkan hukum-hukum syariah.
Demikialah sistem Islam membasmi pemikiran-pemikiran yang tidak berlandaskan kepada Islam. Oleh karena itu jadilah pemuda Islam yang teguh pendirian atas kebenaran dan pembangkit dari kebatilan hari ini. []
Oleh: Putri Cahaya Illahi
Aktivis Muslimah
0 Comments