Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Gizi Seimbang, Hanya Narasi di Tengah Kapitalisme

TintaSiyasi.com -- Indonesia adalah negeri dengan pesona alam yang indah dan kekayaan alam yang melimpah. Lautnya penuh ikan dan aneka kekayaan bahari. Tanah suburnya bisa ditumbuhi berbagai umbi-umbian. Sungguh anugerah Ilahi yang sangat berarti. Ironisnya hal ini berkebalikan dengan fakta yang terjadi. Rakyat lapar, penuh rintihan yang membuat nyeri hati. Memenuhi gizi adalah keinginan setiap orang tua untuk anaknya. Tapi bagaimana jika keadaan memaksa anak-anak tidak tercukupi gizi seimbangnya. Kemiskinan yang mendera rakyat, mereka makan seadanya saja perlu perjuangan yang ekstra, apalagi dengan takaran gizi seimbang? Seruan untuk memenuhi gizi tanpa empati, mana mungkin masyarakat bisa memenuhi di tengah kemiskinan yang mendera.

Dilansir dari republika.co.id (16/10/2022), Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) menekankan pentingnya pemenuhan gizi keluarga guna mengoptimalkan tumbuh kembang anak. Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan Kemenko PMK Agus Suprapto mengatakan, perilaku hidup bersih dan sehat perlu ditunjang dengan pemenuhan gizi seimbang dengan nutrisi yang optimal.

Dia menyebutkan, pemenuhan gizi keluarga perlu memperhatikan kandungan makronutrien, seperti karbohidrat, protein dan lemak, juga mikronutrien, seperti vitamin dan mineral serta air. "Dengan nutrisi yang optimal diharapkan imunitas anak terjaga dengan baik, jangan lupa untuk tetap menerapkan 3M yaitu menjaga jarak, memakai masker, dan mencuci tangan mengingat saat ini masih pandemi Covid-19," katanya.

Agus juga mengingatkan kepada orang tua untuk rutin memeriksakan kesehatan buah hatinya ke puskesmas atau fasilitas kesehatan dalam rangka mendukung proses tumbuh kembang anak. "Jika anak sakit, segera periksakan ke puskesmas atau fasilitas kesehatan terkait, bagi yang memiliki BPJS Kesehatan silakan dimanfaatkan," katanya.


Seruan Memenuhi Gizi Hanya Narasi

Seruan di atas untuk semua lapisan masyarakat. Tapi berbagai makanan pokok untuk memenuhi gizi tidak disediakan dan tidak diberikan secara menyeluruh kepada lapisan masyarakat. Penyeruan untuk memenuhi gizi berbanding terbalik dengan angka kemiskinan di Indonesia. Dengan angka kemiskinan yang ekstrem.

Dinsos Surabaya mencatat, sedikitnya 23.532 warga di wilayah setempat masuk dalam data kemiskinan ekstrem, yang diketahui dari hasil pencocokan data melalui administrasi kependudukan, yakni kartu tanda penduduk (KTP) dan kartu keluarga (KK) dengan kondisi di lapangan.

Wakil Ketua DPRD DIY, Huda Tri Yudiana menyebut, kemiskinan dan ketimpangan yang cukup tinggi di DIY masih menjadi pekerjaan rumah (PR) utama. Dua hal tersebut diharapkan dapat diselesaikan dan menjadi prioritas agenda kepemimpinan Gubernur/Wakil Gubernur DIY dalam lima tahun ke depan.

Dengan Gub/Wagub DIY periode 2022-2027 yang sudah dilantik oleh Presiden Jokowi pada 10 Oktober 2022 kemarin, diharapkan dapat menyelesaikan permasalah tersebut. Bahkan, saat pelantikan Jokowi juga berpesan agar Pemda DIY mengendalikan inflasi dan ketersediaan pangan.

Terkait inflasi, Huda menuturkan, saat ini ancaman inflasi yang diperkuat dengan kenaikan BBM dan diikuti kenaikan berbagai harga pangan, menjadi salah satu masalah serius yang dihadapi.

Sedangkan, terkait ketersediaan pangan, Huda menyebut, DIY telah mengambil kebijakan dan langkah antisipatif sejak lama. Dari sisi kebijakan, lanjutnya, pihaknya juga telah menetapkan perda lahan pertanian berkelanjutan yang mengamankan puluhan ribu hektar lahan untuk pertanian.

Dari wacana di atas kita mengetahui bahwa penyeruan untuk memenuhi gizi hanya narasi tanpa pembuktian yang kuat terhadap pemenuhan gizi masyarakat. Ketimpangan yang terjadi mengakibatkan stunting, kelaparan dan berbagai hal yang tidak di inginkan dalam masyarakat. 

Dalam hal ini berbeda dengan sistem Islam yang selalu menomorsatukan hajat hidup rakyat. Kepentingan rakyat dijamin penuh oleh negara. Sandang, pangan, papan, kesehatan itu adalah kewajiban negara untuk memenuhinya. 

Keuangan negara khilafah yang dicover oleh Baitul Mal digunakan penuh untuk memenuhi hajat rakyat. Tanah-tanah pertanian tidak ada yang dibiarkan kosong. Semua diolah dan ditanami bahan makanan pokok. Peralatan pertanian semua dicover oleh negara. Agar masyarakat mudah dalam mengolah tanpa kerepotan dalam biaya. Semua difasilitasi negara. Sumber air bersih dimanfaatkan penuh untuk rakyat semua peralatan pengolahan air bersih difasilitasi oleh negara. 

Lantas, tidakkah kita rindu dengan kehidupan yang menerapkan Islam secara komprehensif?
Wallahu a'lam bishshawab. []


Oleh: Venni Hartiyah
Sahabat TintaSiyasi
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments