Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Dunia Kembali Berduka, Atas Nama Kapitalisme Nyawa DiKorbankan



TintaSiyasi.com -- Setidaknya 82 orang terluka dalam insiden di kawasan hiburan malam Itaewon yang menggelar perayaan Halloween pertama sejak Covid. Laporan-laporan menggambarkan orang-orang yang putus asa akibat berdesak-desakan dan bertumpukan di atas satu sama lain. Sebagian besar korban meninggal dunia adalah para remaja berusia 20-an tahun. Sembilan belas diantaranya diyakini warga negara asing. Keterangan dari Kementerian Luar Negeri Indonesia menyebutkan, ada "dua WNI yang luka ringan" akibat tragedi itu. "Kedua WNI tersebut saat ini dalam keadaan baik dan telah pulang dari rumah sakit," kata Direktur Perlindungan WNI Kemenlu, Judha Nugraha, dalam keterangan tertulis, Minggu (30/10) siang. (BBC news Indonesia, 30/10/2022)

Belum reda rasa duka atas tragedi kanjuruhan yang menelan korban lebih dari 134 jiwa, kembali publik dikagetkan dengan tragedi Itaewon yang menelan korban 154 jiwa. Kemungkinan akan terus bertambah mengingat korban krisis yang berada di rumah sakitpun banyak. Mereka meninggal dalam keadaan mengenaskan, berdesak-desakkan berebut oksigen di gang yang sempit yang tidak bisa menampung ratusan ribu manusia secara bersamaan. 

Acara-acara besar seperti itu harusnya sudah mampu memprediksi jumlah peserta dan bagaimana cara mengatasi jika ada masalah genting. Faktanya hampir disemua acara besar mereka hanya berpikir keuntungan semata tanpa adanya pertimbangan jika akan timbul kecelakaan. Contoh nyata tragedi Kanjuruhan, dimana antara kapasitas stadion dengan jumlah tiket yang dicetak tidak sinkron. Maka tidak salah jika akhirnya penonton membludak dan panitia tidak siap akan hal itu dan yang terjadi di Itaewon pun tidak jauh berbeda. Mereka tidak siap dengan membludaknya penonton bahkan tidak memiliki solusi saat terjadi tragedi. Kejadian seperti ini akan terus terulang didalam sistem kapitalisme. Bagi mereka nyawa itu tidak ada harganya dibanding dengan keuntungan yang mereka dapat dari event-event tersebut.

Tahun 2010 tragedi festival air di Phnom Penh Kamboja menelan korban 339 jiwa dari ribuan pengunjung yang saling berdesak-desakan karena tempat yang tidak memadai akhirnya mereka terjepit, panik dan terjun kesungai tenggelam dan tersengat listrik. (BBC News Indonesia, 23/11/2010)

Dan masih banyak lagi tragedi yang disebabkan oleh kelalaian dari para pemilik event yang harusnya mereka mendapatkan sanksi karena telah menyebabkan  hilangnya nyawa manusia. Faktanya sanksi yang mereka dapatkan cukup ringan hingga tidak membuat para pelaku jera bahkan tragedi - tragedi lainnya terus terjadi. 

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا كُتِبَ عَلَيۡكُمُ الۡقِصَاصُ فِى الۡقَتۡلٰى  ؕ الۡحُرُّ بِالۡحُـرِّ وَالۡعَبۡدُ بِالۡعَبۡدِ وَالۡاُنۡثَىٰ بِالۡاُنۡثٰىؕ فَمَنۡ عُفِىَ لَهٗ مِنۡ اَخِيۡهِ شَىۡءٌ فَاتِّبَاعٌۢ بِالۡمَعۡرُوۡفِ وَاَدَآءٌ اِلَيۡهِ بِاِحۡسَانٍؕ ذٰلِكَ تَخۡفِيۡفٌ مِّنۡ رَّبِّكُمۡ وَرَحۡمَةٌ  ؕ فَمَنِ اعۡتَدٰى بَعۡدَ ذٰلِكَ فَلَهٗ عَذَابٌ اَلِيۡمٌۚ

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu (melaksanakan) qisas berkenaan dengan orang yang dibunuh. Orang merdeka dengan orang merdeka, hamba sahaya dengan hamba sahaya, perempuan dengan perempuan. Tetapi barangsiapa memperoleh maaf dari saudaranya, hendaklah dia mengikutinya dengan baik, dan membayar diat (tebusan) kepadanya dengan baik (pula). Yang demikian itu adalah keringanan dan rahmat dari Tuhanmu. Barangsiapa melampaui batas setelah itu, maka ia akan mendapat azab yang sangat pedih. (TQS. Al-Baqarah: 178)

Jika hukum Islam diterapkan maka tidak akan ada satupun nyawa melayang sia-sia tanpa adanya pertanggungjawaban.

Wallahu'alam Bissawab

Oleh: Lutfiatul Khasanah 
Pendidik
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments