Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Bullying, Potret Buruk Pendidikan Berasaskan Sekulerisme

TintaSiyasi.com -- Satuan Reserse Kriminal Polres Tapanuli Selatan menetapkan 2 pelajar berinisial IH dan VH sebagai tersangka. Keduanya ditetapkan sebagai tersangka karena menendang dan memukul korban, yang merupakan seorang nenek.

Kapolres Tapanuli Selatan, AKBP Imam Zamroni menjelaskan, kedua tersangka berstatus pelajar SMK itu naik, dari sebelumnya terlapor menjadi tersangka sejak Selasa, 22 November 2022.

Dalam kasus tersebut, IH berperan sebagai pelaku yang menendang korban. Sedangkan VH memukul korban dengan kayu. Pasal yang disangkakan adalah 352, yaitu tindak penganiayaan ringan atau tipiring.(liputan6.com, 24/11/2022)

Kasus bullying pelajar terhadap seorang nenek menggambarkan betapa buruk sikap pelajar saat ini. Hal tersebut menunjukkan kegagalan sistem pendidikan dalam mencetak anak yang berakhlak mulia dan menghormati orang tua.

Di kasus lain, seperti perundungan yang terjadi pada siswa SMP plus Baiturrahman Bandung hingga pingsan lantaran ditendang bagian kepalanya dengan kaki sebanyak tiga kali tidak diselesaikan dengan tuntas, namun dengan kompromi yang tidak memberi rasa keadilan kepada korban. Tak jarang pihak sekolah terkadang menyembunyikan adanya kasus _ bullying yang terjadi di sekolahnya.

Fakta tersebut jelas kontradiksi dengan program sekolah ramah anak (SRA) yang bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang aman, sehat dan menyenangkan bagi anak sekolah. Menyembunyikan kasus bullying menunjukkan ketidaksiapan sekolah dalam program SRA tersebut. Inilah potret buruk sistem pendidikan di negeri ini yang berasaskan sekulerisme, yaitu pemisahan antara agama dari kehidupan.

Pendidikan sekuler telah menjauhkan pelajar dari nilai-nilai Islam. Alhasil identitas keislaman yang semestinya melekat pada pelajaran menjadi hilang. Pelajar menjadi profil berperilaku sekularistik dan liberalistik sebagaimana budaya Barat. 

Semua itu kemudian diperparah oleh hilangnya peran keluarga, khususnya ibu sebagai pendidik generasi dan juga hilangnya fungsi kontrol masyarakat serta rusaknya sistem sosial dan sistem hukum di negeri ini akibat penetapan sistem hidup sekuler liberalistik.

Karena itulah kasus kekerasan khususnya yang dilakukan pelajar atau pemuda tidak berdiri sendiri melainkan bersifat sistemik. Dimana kasus ini muncul sebagai konsekuensi logis dari penerapan sistem hidup yang salah. Merebaknya bullying di kalangan generasi tidak boleh didiamkan. Umat seharusnya menjadikan Islam sebagai satu-satunya sistem kehidupan yang berjalan di negeri ini. Sebab Islam diturunkan oleh Allah SWT sebagai solusi atas setiap problem kehidupan.

Islam memberikan perhatian besar kepada generasi yang merupakan pembangun peradaban gemilang. Menghentikan kasus bullying haruslah dilakukan dengan dua langkah, pertama yaitu preventif (pencegahan). Upaya preventif dilakukan dengan mengembalikan peran keluarga, masyarakat dan negara. 

 Kedua, kuratif (pengobatan). Upaya kuratif dilakukan untuk mengobati mereka yang memiliki kecenderungan melakukan bullying dengan pendekatan yang akan mempengaruhi pola berpikir remaja saat menghadapi fakta kehidupan. Sehingga mereka akan meninggalkan perilaku tersebut dengan penuh kesadaran.

Islam menempatkan keluarga sebagai tempat pendidikan dan pembentukan karakter yang terpenting bagi seorang remaja. Orang tua haruslah memberikan teladan kepada anak-anak mereka dalam berkata dan bersikap. Sebab tidak sedikit para pelaku bullying berasal dari keluarga yang rusak akibat pola komunikasi yang buruk dari orang tua.

Orang tua hendaklah membekali anak-anak mereka dengan akidah yang kokoh dan akhlak yang terpuji. Karena itulah para orang tua, khususnya Ibu juga harus membekali dirinya dengan Islam untuk diajarkan kepada anak-anak mereka. Islam memandang bahwa menjaga generasi bukan hanya tugas orang tua, akan tetapi juga butuh peran dari masyarakat dan negara.

Anggota masyarakat Islami memiliki tanggung jawab untuk saling menasehati, mengajak pada kebaikan dan mencegah tindakan yang tercela. Masyarakat tidak boleh abai terhadap permasalahan di sekitarnya. Sedangkan negara memiliki peran sentral dalam menyaring segala tontonan di media yang berpengaruh besar terhadap pembentukan kepribadian generasi.

Begitu pula sistem pendidikan yang dijalankan oleh negara haruslah sistem pendidikan yang berasaskan akidah Islam. Sistem pendidikan Islam ini tidak hanya mencetak generasi mampu menguasai sains dan teknologi, tetapi juga mencetak mereka menjadi generasi bertakwa yang takut berbuat maksiat atau pelanggaran. Namun perlu dipahami bahwa sinergitas antara orang tua, masyarakat dan peran negara dalam memutus rantai bullying akan sulit diwujudkan jika tata kehidupan yang diterapkan adalah sekuler liberal di bawah pemerintahan demokrasi. 

Hanya tata kehidupan yang sesuai aturan Sang Pencipta, yakni syariat Islamlah yang mampu membangun suasana ketakwaan di tengah masyarakat hingga menjauhkan mereka dari kemaksiatan. Sistem kehidupan Islam ini hanya terwujud dalam institusi Islam, yaitu Khilafah Islamiyah.

Oleh: Nabila Zidane
Analis Mutiara Umat Institute

Baca Juga

Post a Comment

0 Comments