Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Sistem Sekuler Melumpuhkan Hubungan Sosial Kemanusiaan


TintaSiyasi.com -- Satu keluarga tewas di perumahan Citra Garden I Ekstension, Kalideres, Jakarta Barat dinyatakan sudah tinggal di lokasi tersebut selama 20 tahun lebih. Ketua RT Asiung mengatakan bahwa keluarga tersebut dikenal tak pernah bersosialisasi dengan warga sekitar, jarang berkomunikasi dengan sanak saudaranya saat masih hidup. 

Selain itu, Asiung juga mengatakan bahwa keluarga tersebut tak pernah mengikuti kegiatan-kegiatan sosial di lingkungan RT semisal keagamaan. Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Barat Kompol Haris Kurniawan menerangkan penemuan ke-empat mayat tersebut awalnya saat warga sekitar merasa curiga setelah mencium bau busuk yang berasal dari salah satu rumah (Tribunnews.com, 13/11/2022).

Dilansir dari media yang sama, Kapolres Metro Jakarta Barat Kombes Pol Pasma Royce menyebut dari hasil pemeriksaan dokter forensik Rumah Sakit Polri Kramat Jati Jakarta Timur, ke-empat orang yang tewas tersebut sudah lama tidak mendapatkan asupan makanan dan minuman. Pasalnya, otot lambung yang dimiliki mayat tersebut sudah mengecil dan pihak Polres tak menemukan bercak darah di lokasi tersebut.


Potret Buram Masyarakat Kapitalisme Sekuler

Tidak hanya di Kalideres, kasus yang serupa juga terjadi di mana-mana sehingga dapat dikatakan kasus tersebut sudah menjadi rahasia umum. Inilah potret buram masyarakat kapitalisme sekuler dalam hubungan bertetangga, di mana kepedulian dan hubungan sosial kemasyarakatan telah berubah individualistis (egois). Rasa simpati dan empati kemanusiaan dikikis oleh sistem bobrok dan borok kapitalisme sekuler sehingga masyarakat yang berkecukupan seolah-olah buta dan tuli dengan jeritan derita saudaranya.

Rasa enggan menolong dan meminta tolong terpupuk subur sebab masyarakat kapitalisme sekuler menjadikan ukuran segala perbuatannya adalah keuntungan yang bersifat duniawi. Sehingga tidak heran jika menolong adalah suatu hal yang dihindari sedangkan meminta tolong bagi masyarakat kapitalisme sekuler adalah suatu kegengsian yang harus pula dihindari meskipun harus merenggut nyawa, seperti salah satu fakta yang terjadi di Kalideres.

Fakta yang terjadi di Kalideres juga menggambarkan lemahnya peran penguasa dalam membentuk kepedulian terhadap masyarakat. Banyaknya terjadi kasus yang serupa (meninggal karena kelaparan) menampakkan topeng buruk penguasa saat ini yang melalaikan tugasnya sebagai raain (pelayan) dan pe-riayah (pengurus) bagi rakyatnya. Penguasa lebih mengutamakan kepentingan pribadinya serta kepentingan para korporasi dan pemilik modal. Beginilah potret penguasa dalam kapitalisme sekuler, di mana materi (keuntungan) sebagai standar kehidupan.


Penguasa dalam Sistem Islam

Sangat jauh berbeda dengan potret penguasa dalam sistem Islam. Seorang penguasa atau khalifah telah tertanam rasa takut dalam hatinya ketika lalai terhadap tanggung jawab serta amanahnya dalam menjalankan tugasnya sebagai raain dan pe-riayah. Sebagaimana saat kepemimpinan Amirul Mukminin Khalifah Umar bin Al-Khattab merasa sangat ketakutan ketika menemukan salah satu warganya yang kelaparan (seorang ibu yang berusaha mengalihkan rasa lapar anaknya dengan memasak batu), saking takutnya Khalifah Umar bin Al-Khattab sampai ia sendiri yang memikul sekarung gandum di pundaknya. 

Di samping itu, masyarakat dalam naungan sistem Islam memiliki kepedulian besar terhadap saudaranya. Masyarakat Islam akan berusaha meneladani perilaku dan sikap Rasulullah SAW saat memperlakukan tetangganya baik tetangga itu Muslim maupun non-Muslim. Masyarakat Islam tidak menjadikan materi sebagai standar hidupnya melainkan ridha Allah sehingga apa saja yang mengundang ridha Allah akan mereka lakukan sekali pun perbuatan itu tidak menghasilkan keuntungan bagi dunianya termasuk menolong sesama saudaranya. 

Wallahu a'lam bishshawab. []


Oleh: Sartika
Tim Pena Ideologis Maros
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments