TintaSiyasi.com -- Menanggapi bertambahnya beban berat yang dirasakan para perempuan sebagai dampak dari bekerja di luar rumah. Analis Mutiara Umat Institute Divisi Politik Perempuan dan Anak Nabila Zidane menjelaskan wanita dikatakan mulia dan berdaya harus dilihat dari sisi syariat Islam bukan akal.
"Wanita dikatakan mulia dan berdaya harus dilihat dari sisi syariat Islam bukan akal. Kalau akal maka kemuliaan ujung-ujungnya Dinilai dari banyaknya harta," ujar mbak Nabila sapaan akrabnya di YouTube TintaSiyasi Channel dalam acara Mumtaz Pol #4: Perempuan Mulia dan Berdaya Hanya Dengan Islam, Selasa (8/11/2022)
Mbak Nabila menanyakan, sebenarnya apa sih yang dimaksud dengan wanita disebut berdaya dan mulia. "Apakah yang bisa mendapatkan uang sendiri? Ataukah wanita yang mandiri, yaitu tidak tergantung dengan laki-laki? ataukah wanita itu berpendidikan tinggi?" tanyanya.
Ia mengungkapkan bahwa trend yang terjadi sekarang, seseorang dikatakan mulia itu ketika dia mempunyai banyak harta. Sehingga para wanita bekerja bukan hanya sekedar untuk membantu suami dalam rangka memenuhi kebutuhan keluarga, tetapi lebih kepada mengejar harta dan tahta.
"Akhirnya, tugas mulia Ibu yang seharusnya adalah mencetak generasi unggul yang berkepribadian Islam bergeser lebih fokus untuk mengejar duit, duit dan duit salah satunya demi existensi dirinya. Anak dibiarkan tumbuh berkembang di bawah didikan neneknya, pembantunya, TikTok, YouTube dan lain lain," ungkapnya.
Menurutnya, ide bahwa wanita harus bekerja, mandiri, tidak perlu bergantung kepada laki-laki adalah salah satu hasil dari pemikiran kaum feminis dimana mereka berusaha mengatur makhluk yang bernama wanita dengan akalnya agar dapat meraih yang namanya kesejahteraan.
"Padahal fakta dilapangan, wanita bekerja justru merasakan beban ganda yang berat, yaitu sebagai ibu sekaligus pencari nafkah. Belum lagi resiko banyaknya wanita mengalami pelecehan seksual oleh rekan kerja ataupun atasannya ataupun perselingkuhan. Wanita menjadi rawan stress karena banyaknya pekerjaan yang harus ditunaikan, keluarga terabaikan dan anak-anakpun terlantar, perceraianpun tidak bisa dihindarkan, inikah sejahtera?" tanyanya lagi.
Mbak Nabila menegaskan, begitulah jika manusia dibiarkan memakai aturan berdasarkan akal, maka dia akan mengalami kerugian. Dalam bahasa Al-Qur'an rugi itu artinya adalah tempat kembalinya ke neraka.
Kemudian Mbak Nabila membacakan Surah Al Ashr ayat satu sampai tiga
وَالْعَصْرِۙ اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍۙ اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ ەۙ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْر
"Demi masa. Sungguh, manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran."
"Dari ayat diatas bisa kita pahami bahwa dikatakan orang yang beruntung itu adalah orang yang beriman, bukan berharta. Lalu orang yang senantiasa beramal salih, bukan amal salah dan orang-orang yang saling menasihati dalam kebaikan dan kesabaran," paparnya.
"Nah, agar amal salih kita diterima, syaratnya kan harus benar antara ilmu dan praktiknya, maka yang berhak menentukan benar dan salah wajib dikembalikan kepada Al-Qur'an dan As Sunnah, bukan akal," pungkasnya. []
0 Comments