TintaSiyasi.com -- Pemuda adalah aset bangsa. Peran pemuda tentu menjadi faktor yang sangat berpengaruh untuk bangsa dan negara pada masa yang akan datang. Pemuda saat ini merupakan pemimpin di masa depan. Namun kondisi pemuda saat ini sungguh memprihatinkan. Bagaimana kelak masa depan bangsa ini, apakah sesuram kondisi pemuda kini?
Pemuda adalah agent of change. Namun hampir setiap hari bahkan setiap jam kita mendengarkan berita tentang ulah dari gangster. Mirisnya lagi mereka ada di berbagai daerah. Seperti yang diberitakan dalam suarajakarta.Id bahwa ada puluhan remaja diduga gangster melakukan konvoi di kawasan Cakung, Jakarta Timur pada Jumat (30/9/2022) dini hari. Gangster tersebut cekcok dengan warga. Diduga ada lebih dari 75 orang namun polisi hanya berhasil mengamankan 14 pelajar yang akan melakukan tawuran dan saat ditangkap ditemukan sajam atau celurit sebanyak empat bilah celurit di jalanan.
Di Tangerang pada tanggal 11/10/22 menurut Merdeka.com, ada 8 anak dari 2 kelompok gangster yang akan melakukan tawuran di Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan, diamankan polisi. Tidak hanya di sana karena mereka ada di Pondok Gede, Bekasi, Bogor, Banyumas jawa tengah dan hampir seluruh kota lainya.
Gangster sendiri menurut kbbi.we.id adalah penjahat; bandit; anggota geng (kelompok orang yang mempunyai kegemaran berkelahi atau membuat keributan) dan umumnya berisi para pelajar dalam artian mereka adalah pemuda.
Penyebab Pemuda Menjadi Gangster
Ada banyak alasan yang menyebabkan para remaja bergabung dengan anggota gangster dan ikut terlibat dalam perilaku negatif seperti tawuran, narkoba, dan lainnya.
Menurut CEO Rumah Konseling, Muhammad Iqbal mengatakan keharmonisan rumah tangga menjadi penyebab kenakalan remaja. Mereka bukan dari kalangan keluarga yang tidak mampu dan justru kebanyakan dari kurangnya kasih sayang dan minimnya tauladan dari orang tuanya.
Selain itu buruknya perilaku remaja saat ini karena sistem pendidikan yang kini diterapkan. Sistem yang tak mumpuni dalam menciptakan generasi yang unggul dan cemerlang. Sekularisasi sistem pendidikan yang liberal. Meniadakan nilai agama dalam bertingkah laku. Tak mengenal benar atau salah. Ini pun menjadi salah satu penyebab utama timbulnya krisis identitas dan hanya tahu pola eksistensi diri dengan jalan yang keliru. Remaja hanya tahu kesenangan. Tanpa tahu, arah tujuan hidupnya.
Belum lagi, arus media digital yang luar biasa. Tanpa filter. Generasi muda meniru segala sesuatu yang dilihatnya. Tanpa memperhitungkan aturan. Banjirnya tontonan tak berakhlak, tak berilmu dan tak bermanfaat, menciptakan remaja yang keliru dalam mengambil pola pikir dan pola sikapnya. Ini pun sangat berbahaya.
Solusi Menfilter Gengster
Sungguh Islam sangat menjaga generasi. Karena peradaban yang gemilang, dapat diraih dengan akhlak yang cemerlang. Sistem Islam menyajikan kurikulum pendidikan yang terstruktur dan menerapkan dan menjadikan syariat Islam sebagai landasan pendidikan utama.
Tidak dipungkiri dalam Islam mewajibkan keluarga menjadi awal pendidikan generasi. Dan juga masyarakat sebagai pengontrolnya. Masyarakat tidak berlaku individualis, itu bukan anak saya namun melihat generasi muda itu tanggung jawab saya juga.
Terlebih lagi di Islam ada kewajiban untuk negara sendiri yang berfungsi lebih utama dalam pendidikan generasi. Negara berkewajiban menciptakan regulasi yang tepat tanpa memperhitungkan untung rugi. Karena dalam Islam, generasi adalah kunci penggerak utama peradaban. Sehingga pendidikan pemuda menjadi hal yang paling utama dalam pelaksanaannya.
Dalam penerapan Islam kaffah dalam bingkai khilafah, akan sangat kecil kemungkinan adanya tindak kriminal. Karena negara wajib hadir dalam penyusunan sistem pendidikan Islam berbasis akidah Islam. Sehingga dapat dipastikan terciptanya generasi tangguh yang aktif dan produktif berbasis syariat Islam.
Penyelenggaraan pendidikan Islam berkualitas dengan biaya yang sepenuhnya ditanggung negara, otomatis dapat menekan tingkat kenakalan remaja. Sehingga dalam naungan khilafah pendidikan generasi akan saling berkaitan, saling berkesinambungan antara keluarga berlandaskan akidah Islam, masyarakat yang selalu mengontrol ketika di luar rumah atas dasar keimanan, serta negara yang mengatur regulasi pendidikan serta menjatuhkan sanksi yang tegas ketika terjadi penyelewengan akhlaq ataupun moral. Wallahu a'lam bishshawab. []
Oleh: Lilik Solekah, S.H.I.
Ibu Peduli Generasi
0 Comments