Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Tindakan Refresif Aparat Hingga Berujung Duka

TintaSiyasi.com -- Sepekan sudah berlalu, tragedi berdarah yang begitu menyayat hati dan meninggalkan luka mendalam. Apalagi bagi pihak keluarga. Duka itu datang dari dunia sepak bola Indonesia, tepatnya di Stadion Kanjuruhan. Dalam laga pertandingan antara Arema FC melawan Persebaya (01/10). Pertandingan berjalan dengan lancar hingga pertandingan babak kedua. Skor yang ada adalah 2-3, dengan kemenangan tim tamu (Persebaya). 

Sebenarnya kericuhan yang terjadi adalah antara para pendukung Arema FC dan petugas keamanan. Saat itu petugas menembakkan dengan tindakan refresifnya langsung menembakkan gas air mata ke para pendukung yang berada di lapangan. Tak hanya itu, petugas juga menembakkan ke arah tribun penonton. Walhasil, para penonton terkejut dan semua bergegas menuju pintu keluar. Hal ini kemudian yang akhirnya mengakibatkan banyak yang kehabisan napas, terluka, dan terinjak-injak karena berdesakan. Akibat kejadian itu, sebanyak 131 orang yang meninggal dunia, 440 orang mengalami luka ringan, dan 29 orang luka berat. Harga yang sungguh sangat mahal untuk sebuah pertandingan sepak bola (sultra.antaranews.com, 08/10/2022).

Sedih dan pilu melihat fakta kejadian di atas, banyak nyawa melayang hanya karena terlalu cinta terhadap tim sepak bola kebanggaannya. Aktivitas menonton pertandingan yang harusnya membawa ‘refresh’ sejenak namun ternyata telah menelan banyak korban manusia. Ada anak yang kehilangan orang tuanya ataupun sebaliknya. Sungguh ironi dan membawa duka mendalam bagi negeri ini dan seluruh masyarakat dunia.

Kita bisa melihat bahwa dalam tragedi tersebut tak lepas dari respon yang kurang baik dari pihak keamanan yang sedang bertugas saat itu. Mereka dengan sigap dan refresif langsung melakukan tindakan di tempat dengan menyemprotkan gas air mata ke arah para penonton yang ada di lapangan. Tak hanya itu, pihak keamanan juga menyemprotkannya ke arah tribun penonton. Inilah fakta yang tidak bisa kita diamkan begitu saja. Seolah tindakan tersebut adalah benar adanya. Padahal seharusnya pihak keamanan masih bisa melakukan tindakan yang lebih aman untuk semua, baik bagi pemain, penonton dan pihak keamanan sendiri. Seandainya komunikasi itu dibangun dengan baik, berbicara dengan nada yang mengayomi serta melindungi tentu tak akan sampai pada ada korban yang jatuh (meninggal dunia). namun yang diambil justru ketegasan dan kekerasan yang langsung terlihat.

Padahal sejatinya, pihak keamanan tersebut bertugas untuk mengamankan jalannya pertandingan dari awal sampai akhir. Bukan justru malah sebaliknya, membuat pemantik kericuhan itu sendiri. Sungguh fatal apa yang dilakukan oleh pihak keamanan, karena menembakkan gas air mata sebenarnya tidak dibenarkan dan dilarang FIFA. Jika masih bisa melakukan tindakan berdiskusi maka tak perlu melakukan tindakan kekerasan. Dan sebenarnya dalam sebuah pertandingan dilarang keras untuk melakukan penembakan gas air mata ke arah penonton. 

Jelas saja tindakan pihak keamanan membuat ricuh keadaan. Semua orang berlari menuju satu titik, yaitu pintu ke luar. Bisa kita bayangkan bagaimana situasi saat itu? Semua berusaha untuk menyelamatkan diri sendiri dan sebisa mungkin membantu temannya. Namun, karena banyak orang, maka yang terjadi berdesak-desakan, bahkan sampai ada yang terinjak-injak. Tak hanya itu, para penonton yang berada di tribun juga merasa sesak napas dan akhirnya tak mampu lagi untuk bernapas hingga tak sedikit yang meninggal dunia.
 
Dari tragedi Kanjuruhan ini seharusnya menjadi evaluasi besar negeri ini. Mengapa masih terjadi tindakan refresif aparat terhadap warga sipil? Padahal sejatinya menembakkan gas air mata saat di pertandingan amat dilarang. Karena ada undang-undang yang mengaturnya. 

Berikut negara juga seharusnya mampu bertanggung jawab atas kejadian tersebut. Karena negara menjadi tameng terdepan bagi rakyat. Bahkan berkewajiban untuk melindungi serta menjaga masyarakat dengan baik dan benar sesuai dengan aturan. Tidak malah bertindak sekehendak pribadi mereka sendiri.

Semoga tak ada lagi aktivitas yang semisal dengan ini, karena amat berbahaya. Padahal nyawa kaum Muslim begitu luar biasa di mata Allah SWT. Bahkan tersanding pada sebuah hadis.

Dari al-Barra’ bin Azib radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Ù„َزَÙˆَالُ الدُّÙ†ْÙŠَا Ø£َÙ‡ْÙˆَÙ†ُ عَÙ„َÙ‰ اللَّÙ‡ِ Ù…ِÙ†ْ Ù‚َتْÙ„ِ Ù…ُؤْÙ…ِÙ†ٍ بِغَÙŠْرِ Ø­َÙ‚ٍّ

Hilangnya dunia, lebih ringan bagi Allah dibandingnya terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak.” (HR. Nasai 3987, Turmudzi 1455, dan dishahihkan al-Albani).

Semoga Islam akan segera tegak di muka bumi ini agar aturan yang ada hanya bersumber dari Sang Pencipta, Allah SWT. Dengan keimanan yang kokoh, maka akan menjalankan amanah dengan baik. Dan tidak akan melakukan tindakan yang berbahaya bagi orang lain ataupun sampai terjadi kejadian kehilangan ratusan nyawa hanya karena permasalahan yang sepele yang direspon dengan tindak refresif. Apalagi hal itu dilakukan oleh aparat yang seharusnya melindungi bukan bertindak sewenang-wenang. 

Wallahu a’lam bishshawab. []


Oleh: Mulyaningsih
Pemerhati Generasi
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments