TintaSiyasi.com -- mental atau yang sering disebut Mental Illness. Saat ini, menjadi pembahasan yang menarik untuk diperbincangkan dikalangan pemuda. Dimana mental illness yang sangat lekat dikaitkan dengan salah satu masalah yang banyak dialami pemuda.
Mental illness adalah sebuah gangguan kesehatan pada mental seseorang yang dapat mempengaruhi pemikiran, perasaan, suasana hati, yang akhirnya akan menentukan bagaimana seseorang akan berperilaku. Bahkan tidak jarang orang yang mengalami gangguan mental akan melakukan hal-hal diluar akal sehat dan hal yang membahayakan dirinya termasuk bunuh diri.
Pakar Kesehatan Masyarakat UGM, Amira Ellyza Wahdi mengungkapkan hasil penelitian terbarunya bersama pakar dari Australia dan Amerika Serikat terungkap bahwa sekitar 2,45 juta remaja di Indonesia terindikasi mengalami gangguan jiwa atau termasuk ODGJ (orang dengan gangguan jiwa). Hal yang dapat memperkuat indikasi ini adalah adanya peristiwa dugaan bunuh diri oleh mahasiswa UGM. Peristiwa terjadi saat menjelang Hari Kesehatan Mental Sedunia yang diperingati tanggal 10 Oktober (timesindonesia.co.id)
Sedangkan di Surabaya, seorang perempuan berusia 24 tahun diduga melakukan aksi bunuh diri dengan cara melompat dari lantai tiga Tunjungan Plaza, terjadi pada Jumat (14/10/2022). (kompas.com)
Dalam menyambut Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia (World Suicide Prevention Day 2022) pada 10 Oktober 2022, World Health Organization (WHO) mengambil tema Creating Hope Through action. Dalam upaya mencegah bunuh diri perlu untuk memahami penyebab utama yaitu depresi pada seseorang. WHO menyatakan bahwa depresi berada pada urutan nomor 4 penyakit yanga ada di dunia, dan diprediksi menjadi masalah gangguan kesehatan yang utama. WHO mencatat pada 2019, sekitar 800.000 orang meninggal karena bunuh diri per tahun, di dunia. Angka bunuh diri tertinggi pada usia muda. Sedangkan di Asia Tenggara, angka bunuh diri tertinggi di Thailand 12,9 (per 100.000 populasi), Singapura (7,9), Vietnam (7.0), Malaysia (6,2), dan Indonesia (3,7), dan Filipina (3,7).(kemenkes.go.id)
WHO telah meyebutkan salah satu penyebab utama bunuh diri pada seseorang adalah karena depresi, yang bisa menjadikan seseorang mengalami gangguan kesehatan termasuk mental illness. Sedangkan penyebab mental illness diantaranya dari ranah individu seperti insomnia, memiliki trauma masa kecil yang dapat mempengaruhi pemikiran dan perilaku seseorang bahkan depresi. Selanjutnya di ranah masyarakat, masyarakat yang tidak memiliki pemahaman terkait mental illness dan memberikan label negatif pada seseorang yang konsultasi pada psikolog yang akhirnya memperburuk seseorang yang mengalami penyakit mental. Dalam ranah negara, sistem negara juga sangat mempengaruhi pola pemikiran dan perilaku warga negara.
Tapi sesungguhnya akar persoalan mental illness disebabkan adanya sekulerisme, yaitu dipisahkannya agama dari kehidupan. Sehingga, menjadikan penetapan standart hidup yang digunakan tidak tepat. Standart hidup yang dipakai untuk menentukan perbuatan hanya berdasarkan apa yang disukai atau tidak disukai, bahkan membuat manusia berbuat seenaknya dan cenderung mengikuti hawa nafsu. Kemudian, standart lain yang digunakan adalah keuntungan materi, melakukan apapun asalkan bernilai materi dan tidak memperhatikan baik dan buruknya perbuatan.
Kesuksesan seorang yang hanya dinilai dari materi, membuat pemuda yang tidak banyak menghasilkan materi menjadi insecure, pemuda menjadi bahan gunjingan orang atau masyarakat disekitarnya karena lulusan Perguruan Tinggi tidak kerja atau bayaran sedikit. Hal tersebut akan mempengaruhi mental pemuda yang akhirnya depresi sampai gangguan mental pada pemuda.
Masalah gangguan mental pada pemuda tidak cukup hanya diperingati, melainkan butuh solusi pasti yang tuntas menyelesaikan sampai akar masalah, bukan solusi yang seolah mengakhiri tapi ternyata kasus terulang kembali. Mencabut akar masalahnya yaitu Sistem Kapitalis Sekuler, yang menjadi akar masalah seluruh aspek kehidupan di negeri ini bukan hanya gangguan mental.
Sehingga solusi yang tepat mental illness adalah mengembalikan pada standart hidup yang benar. Halal, haram, baik, dan buruk hanya pada ketentuan Allah SWT. Apa yang dipandang baik adalah apa yang diridhoi Allah. Sangat berbeda ketika standart baik buruk dikembalikan pada sistem Islam , aturan yang dibuat oleh Pencipta manusia. Allah SWT bukan hanya Pencipta manusia tetapi Al-Mudabbir yaitu Allah Sang Maha Pengatur, pasti Allah SWT mengetahui apa yang terbaik untuk manusia.
Penanaman standar halal haram ini didukung dengan sistem pendidikan. Dalam Islam , generasi dididik menjadi generasi emas pembangun peradaban. Hal tersebut dapat diperoleh dengan menancapkan aqidah Islam yang kuat pada generasi muslim sejak dini. Selain itu generasi muslim dibiasakan untuk terikat hukum Islam sedini mungkin. Ditambah lagi dengan memahamkan generasi muslim bahwa Islam adalah agama juga ideologi yang harus diemban oleh umat Islam seluruh alam. Sehingga mereka menyadari bahwa perlu untuk mendakwahkan Islam ke segala penjuru dunia. Menancapkan pemahaman bahwa Islam tidak hanya agama ritual tetapi juga sebagai ideologi yang harusnya diterapkan sehingga akan menjadi pemecah seluruh problematika kehidupan.
Namun penjagaan generasi Islam tidak cukup hanya dengan menancapkan aqidah Islam dan memberikan pendidikan Islam sedini mungkin. Tapi membutuhkan diterapkannya hukum Islam dalam naungan negara. Dengannya generasi Islam dan kaum muslimin benar-benar terjaga. Islam akan menjadi rahmatan lil alamin, membawa rahmat bagi seluruh alam.
Oleh: Safda Sae, S. Sosio
Aktivis Dakwah Kampus
0 Comments